“...Pengajaran harus bersifat kebangsaan. Kalau pengajaran
bagi anak-anak tidak berdasarkan kenasionalan, anak-anak tak mungkin mempunyai
rasa cinta bangsa dan makin lama terpisah dari bangsanya, kemudian barangkali
menjadi lawan kita. Pengajaran nasional itulah hak dan kewajiban kita...” ―Ki Hadjar Dewantara, 1928
Buku ini disusun dari hasil pengumpulan artikel, naskah, maupun bahan pidato Ki Hadjar Dewantoro oleh Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa yang kemudian diklasifikasikan dalam delapan bab. Di mana bab 1 membahas tentang Pendidikan Nasional yang dirinci tentang pendidikan dan pengajaran nasional, ko-edukasi dan ko-instruksi atau mendidik dan mengajar anak-anak perempuan dan laki-laki bersama-sama. Pada pembahasan ini, Ki Hadjar Dewantoro bahkan menjelaskan detail sekali variabel usia yang akan mempengaruhi dalam pendidikan.
Syarat-syarat pengetahuan menurut Ki Hadjar Dewantoro terdiri dari ilmu hidup batin manusia (psikologi), ilmu hidup jasmani manusia (fisiologi), ilmu keadaan atau kesopanan (etika atau moral), ilmu keindahan atau ketertiban lahir (estetika), dan ilmu tambo pendidikan (ikhtisar cara-cara pendidikan) (h.27).
Peralatan pendidikan atau cara-cara mendidik sangat banyak. Tetapi pada pokoknya, Ki Hadjar Dewantoro merumuskan menjadi enam, yaitu memberi contoh (teladan), pembiasaan (habituasi), pengajaran (instruksional), perintah, paksaan, dan hukuman (disiplin), laku (pengendalian diri), pengalaman lahir dan batin (empati) (h.28).
Untuk keperluan pendidikan, saat itu Ki Hadjar Dewantoro membagi usia pendidikan menjadi tiga tahap, yaitu antara usia 1-7 tahun masa kanak-kanak dengan metode pendidikan keteladanan dan pembiasaan, 7-14 tahun sebagai masa pertumbuhan jiwa pikiran (intellectual period) dengan metode pendidikan pengajaran dan disiplin, dan 14-21 tahun sebagai masa terbentuknya budi pekerti (social period) dengan metode pendidikan pengendalian diri dan pengalaman lahir dan batin.
Buku ini
menguraikan konsep tentang pendidikan sebagai sarana untuk menumbuhkan
nilai-nilai budaya pada peserta didik untuk membantu menjadi pribadi yang utuh.
Menariknya, buku ini membahas sistem among pendidikan Ki Hadjar Dewantoro yang
menekankan kebebasan berpikir dipadukan dengan kesadaran budaya.
Buku ini
menyajikan pandangan Ki Hadjar Dewantoro, bahwa pendidikan itu harus
disesuaikan dengan kehidupan dan penghidupan rakyat agar lebih bermanfaat bagi
kehidupan bermasyarakat.
Beliau juga
menggarisbawahi, bahwa
"Pendidikan yang dapat membebaskan orang dari ketergantungan kepada orang lain dan bisa membangun kemandirian."
Ada beberapa
konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantoro yang masih relevan untuk saat ini, yakni:
1. Konsep Pendidikan Holistik; pendidikan yang mengembangkan seluruh
aspek kemanusiaan dari peserta didik untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti
atau karakter, pikiran atau intelektual, dan menyehatkan tubuh anak.
Beliau juga menyebutkan, bahwa
"Tujuan pendidikan adalah untuk memajukan kesempurnaan hidup."
Kehidupan dan penghidupan peserta didik itu selaras dengan dunianya.
2. Sistem Among. Sistem among masih relevan sampai sekarang. Sebab,
sistem ini menekankan kebebasan berpikir dipadukan dengan kesadaran budaya. Selain
itu, pendidikan berperan sebagai fasilitator dan juga motivator dalam proses
pembelajaran.
3. Pendidikan Karakter. Tujuannya adalah menumbuhkan manusia yang
merdeka secara fisik, merdeka secara mental, dan merdeka secara spiritual
(karakter moral), di samping pengembangan sifat-sifat atau sikap-sikap
kerukunan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi,
tanggung jawab, dan disiplin (karakter kinerja).
4. Tri Pusat Pendidikan yang bertumpu pada lingkungan rumah atau
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pikiran-pikiran Ki Hadjar Dewantoro ini relevan dalam kita menumbuhkan
karakter unggul di era revolusi 4.0 ini. Dengan membaca tulisan-tulisan dari
pemikiran Ki Hadjar Dewantoro yang sudah hampir berusia 100 tahun ini, kita
akan:
- Menjaga relevansi dan kontinuitas.
- Buku ini menjadi sumber inspirasi untuk inovasi.
- Memperkuat identitas dan karakter bangsa.
- Panduan menghadapi tantangan zaman.
- Refleksi dan evaluasi.
- Menjembatani kesenjangan antargenerasi.
- Mengandung nilai-nilai luhur.
Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari konsep pemikiran masa lalu, di antaranya jangan sampai kita melakukan over glorifying. Dengan pertimbangan, bahwa
- Konteks zamannya berbeda. Di mana pikiran tokoh masa lalu lahir dalam konteks zaman yang pada saat itu mungkin sesuai. Sehingga kita perlu memahami konteks historisnya dan tidak serta-merta melakukan penerapan tanpa penyesuaian di masa kini.
- Perkembangan ilmu pengetahuan. Tulisan pemikiran Ki Hadjar Dewantoro merupakan perkembangan ilmu pengetahuan di masa itu. Rentang waktu tulisan pemikiran ini di buat hingga sekarang, sudah banyak perubahan. Bahkan pemahaman kita tentang ilmu otak, ilmu psikologi, neuroscience berkembang luar biasa. Karenanya, ada konsep-konsep yang mungkin sudah tidak relevan, bahkan perlu diperbarui. Pembaruan ini pun menjadi salah satu prinsip pemikiran Ki Hadjar Dewantoro, "Kita harus selalu terbuka terhadap proses pembelajaran atau hal yang baru."
- Tantangan zaman yang berubah. Tantangan pendidikan hari ini tentu berbeda dengan tantangan yang dihadapi di era masa lalu. Dan kita perlu menginterpretasikan ulang pemikiran lama untuk menjawab tantangan kontemporer.
- Perbedaan kondisi sosial budaya.
- Perlu bersikap kritis. Tidak mengidealisasi pemikiran tokoh masa lalu secara berlebihan.
Terakhir, penekanan
tentang perlunya membaca buku ini juga didasari oleh latar sejarah peletakan
konsep pendidikan di Indonesia itu sendiri. Selain singkatnya masa jabatan
Menteri Pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantoro ―hanya tiga bulan (19 Agustus s.d. 14 November 1945), sesungguhnya legacy yang ditinggalkan adalah legacy yang memiliki dasar
pemikiran, legacy yang memiliki
konsep. Di situlah konsep tersebut menjadi rujukan. Itu sebabnya, jangan pernah
merendahkan gagasan, jangan pernah merendahkan pikiran. Karena di situlah yang
sebenarnya yang menjadi rujukan di dalam penyusunan berbagai macam kebijakan,
khususnya di dalam dunia pendidikan.
Pendidikan dan Pengajaran nasional | Ko-edukadi dan Ko-instruksi Anak-anak Perempuan dan Laki-laki Bersama-sama | Pengajaran Nasional | Hal Pendidikan | Dasar Pendidikan | Pendidikan Nasional | Sistem Trisentra | Konvergensi | Pembagian Pelajaran Kebangsaan Buat Tiap-tiap Tingkat Pengajaran | Pengajaran dan Pendidikan dengan Dasar Kebangsaan | Sifat dan Maksud Pendidikan | Perguruan Nasional | Konkordansi dan Konvergensi
Pengajaran Bagi Rakyat Kita Kurang dan Mengecewakan | Protes PGHB atau Hancurnya Sistem HIS Kolonial | Bertumbuhnya Peguruan Nasional di Atas Kubur Westersch-Koloniaal Schoolsysteem | Nomenclatuur dalam Pendidikan Kebangsaan | Sekedar Riwayat "Permusyawaratan Perguruan Indonesia" | Mobilisasi Intelektual Nasional untuk Mengadakan Wajib Belajar | Kritik dari Seorang Profesor | Hubungan Internasional | Taman Madya | Hubungan Kita dengan Dr. Rabindranath Tagore | Hubungan Perguruan Kita dengan Luar Negeri | Pengajaran di Jawa | Pemberantasan Buta Huruf | Pendidikan Baru | Penghargaan terhadap Perguruan Partikelir | Pembukaan Taman Tani Taman Siswa | Mempertinggi dan Memperteguh Pendidikan Pengajaran Rakyat | Memperluas, Memperdalam, dan Mempertinggi Pengajaran Rakyat | Dasar Pendidikan dan Maksud Tujuan Pengajaran | Pendidikan | Dasar-dasar dan Azas-azas Pembaharuan Pengajaran | Sanggup dan Mampu Memilih Kebudayaan yang Baik untuk Bangsa Indonesia | Tentang Differensiasi Pengajaran di SMUA dan Reorganisasi SMUA I dan II di Yogyakarta | Pembaharuan Pengajaran | Pendidikan Rakyat secara Kilat dan Serentak | Kedudukan Sekolah Partikelir di dalam Republik | Satu bangsa, Satu Kebudayaan | Pengajaran Agama dalam Sekolah | Belajar sambil Bekerja dan Berlatih Mengabdi Masyarakat | Ikhtisar Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia | Taman Siswa dan Shanti Niketan | Pandit Nehru Berkunjung ke Taman Siswa | Subsidi Sekolah Partikelir | Badan Kongres Pendidikan Indonesia | Sistem Pendidikan Guru secara Integral | Pengajaran Kepandaian dalam Taman Siswa | Kebudayaan dan Pengajaran dalam Hubungan antara Negara | Pendidikan dan Pengajaran untuk Seluruh Indonesia | Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Bagi Golongan-golongan Minoritet
Metode Montessori, frobel, dan Taman Anak | Tentang Permainan Kanak-kanak | Tentang Frobel dan Metodenya | Permainan Kanak-kanak | Kesenian Kanak-kanak | Dr. Maria Montessori Penganjur Pendidikan Merdeka | Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Kebudayaan | Taman Indria
Olah Gending sebagai Pendidikan | Pelajaran Srimpi dan Konsekuensinya | Aestetik atau Soal Keindahan | Dasar-dasar Pendidikan di dalam Tonil | Gunanya Wirama di dalam Pendidikann dan Hidup manusia | Permainan, Tari, dan lagu di dalam Pendidikan | Hubungan Pendidikan dan Kultur | Kultur dan Kunst di dalam Perguruan | Kesenian di dalam Pendidikan | Pendidikan dan Kebudayaan | Pendidikan di dalam Sandiwara | Hubungan Kesenian dengan Pendidikan | Dasar-dasar Umum dan Garis-garis Besar Pendidikan Kesenian di Taman Siswa
Faedahnya Sistem Pondok | Sistem Pondok dan Asrama Itulah Sistem Nasional | Dasar-dasar Pondok dan Asrama Taman Siswa | Keluarga sebagai Pusat Pendidikan | Pengaruh Pondok atau Internat | Pendidikan Keluarga | Pengaruh Keluarga terhadap Hidup Tumbuhnya Budi Pekerti | Hidup Keluarga sebagai Sendi Persatuan
Ketertiban, Perintah, dan Paksaan | Garis Hidup Berlingkaran | Hal Watak | Tabiat Pengrusak Lahir dan Pengrusak Batin: Vandalisme dan Terrorisme | Soal nafsu dan Naluri Keturunan | Kursus Psikologi untuk Kaum Ayah-Ibu di dalam Keluarga | Apakah yang Dinamakan Jiwa Itu? | Ceritera Takhayul tentang Anak Kalap | Kortsluiting, Ansteckung, dan Hilangnya Penguasaan Diri di dalam Jiwa Manusia | Tentang Instict, Intuisi, Laku, dan Ilmu dalam Hal Pendidikan | Tentang dasar dan Ajar | Masuknya Pengaruh-pengaruh ke dalam Jiwa Kanak-kanak | Trisaksi Jiwa | Disiplin
Tentang Adab atau Ethik | Tentang Adat Istiadat | Pengajaran Adab di dalam Perguruan | Hal Pertanggungan Jawab | Pendidikan dan Kesusilaan | Kemerdekaan dan Kesusilaan | Senyari Bumi Sedumuk Batuk Dilakoni Taker Pati | Apakah Adab dan Kesusilaan Itu? | Pengajaran Budi Pekerti
Pengajaran Bahasa | Bahasa Jawa sebagai Bahasa Pengantar di Sekolah MULO | Huruf Latih Itulah Huruf Internasional | Pengajaran Bahasa yang Rasionil | Hanya Bahasa Indonesia Berhak menjadi Bahasa Persatuan | Soal Menulis Bahasa Jawa dengan Huruf Jawa dan Latin | Soal Bahasa di dalam Taman Siswa | Soal Pelajaran Bahasa Jerman | Soal Bahasa | Peranan Bahasa | Bahasa-bahasa Asing | Soal Bahasa Belanda adalah Soal Perjuangan Nasional.
Bibliografi
Judul: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Penulis: Ki Hadjar Dewantara
Tebal: xxiv+555 hlm.
Genre: Pendidikan
Cetakan: II, 1977
ISBN: 978-602-17212-3-0
Penerbit: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta
0 Komentar