Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Resensi: "Babad" Walisongo

Berawal dari laporan perjalanan Ibnu Bathuthoh yang sempat singgah di Samudra Pasai, di mulailah pengutusan du’at ke Nusantara. ™ 1385 M. Seorang da’i bernama Ahmad Jamaluddin Husain Al-Akbar (kelak dikenal dengan nama syaikh Jumadil Kobro) mengajak ketiga anaknya; Ibrohim, Barokat, dan ‘Ali Nurul Alam; meninggalkan Samarkand saat kota itu di gempur Timur Lenk. Meski Muslim, Timur Lenk begitu bengis. Dasar ekspansinya bukan dakwah Islam, tetapi tentang eksistensi personanya. Syaikh Jamaluddin Husain sekeluarga hijroh ke Persia. Di sana, beliau berkenalan dan diterima dengan sangat baik oleh syaikh Maulana Malik Ibrohim; seorang ulama yang tenar, baik hati, dan dihormati yang kelak berjuluk Sunan Gresik. ™ 1387 M. Timur Lenk merangsek ke negara Persia. Syaikh Jamaluddin Husain dan syaikh Maulana Malik Ibrohim memilih menyingkir dari Persia menuju Turki. Bersama mereka, turut pula sahabat syaikh Maulana Malik Ibrohim, yakni syaikh Subakir dan syaikh ‘Ali Akbar. ™

Resensi: Orang Cina, Bandar Tol, Candu, & Perang Jawa

Dalam buku sejarah di sekolah, banyak anggapan yang seolah kaprah bahwa perang Diponegoro dipicu karena soal perampasan pembangunan jalan di tanah milik sang pangeran. Alhasil wacana yang berkembang di benak publik bahwa perang itu baru muncul karena atas persoalan pribadi Pangeran Antawirya (Pangeran Diponegoro) semata. Kisah nestapa sosial dan ekonomi yang kala itu memang sangat mencekik rakyat Jawa terabaikan. Belum lagi soal bahwa Perang Jawa juga sebagai imbas meluasnya wabah penyakit kolera hingga meletusnya gunung Merapi juga tak dipahami.   Atau juga soal konsumsi candu yang merajalela. Di mana-mana sampai pelosok bertebaran rumah ‘minum candu’ sebagai hal yang akrab oleh rakyat. Pemandangan orang yang lagi mengisap candu banyak terlihat dalam di dokumen lama era kolonial. Kini, semua derita seolah hilang tak berbekas. Namun, kini sudah ada wacana yang lain. Sejarawan berkebangsaan Inggris yang lahir di Myanmar; Peter Carey; membuka hal lain yang selama ini tertutupi

Resensi: Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah

Barangkali kita —yang belum pernah membaca buku ini— akan penasaran dengan susunan tokoh-tokoh yang ditulis oleh Michael H. Hart. Bagi Muslim, memang sudah sepantasnya Nabi Muhammad ditempatkan pada urutan paling awal dari seratus tokoh dunia sepanjang sejarah. Sebab pribadi beliau sangat mempesona dan pengaruh Nabi Muhammad saw pun mampu mengubah wajah dunia dan peradaban —di tilik dari seorang penggembala kambing dan pengaruh ajarannya pernah menguasai sepertiga bumi. Dan memang banyak menjadi perdebatan tentang posisi pertama tokoh-tokoh ini. Hal tersebut tidak lepas dari residu-residu sejarah yang meninggalkan penggambaran menyeramkan tentang Muslim di kalangan non-Muslim. Terlebih lagi adalah posisi Nabi Isa menempati urutan ke-3 di bawah Isaac Newton. Hal ini mengundang polemik di kalangan Nasrani —meski pun di kalangan Muslim tak sedikit yang menaruh rasa penasaran terkait penempatan Nabi Isa ini. Tetapi lebih mengagetkan adalah penempatan Nabi Musa yang jauh di urutan 1