Tuturan ustadz Salim A. Fillah tentang “Futuhat Nusantara” menjelaskan, bahwa sosok Syaikh Subakir yang berasal dari Persia itu tinggi, putih, mancung. Memiliki keahlian ruqyah dan tata kota. Beliau memotret tempat yang beliau pilih untuk berdakwah, yakni sekitaran gunung Merapi, dari puncaknya untuk merancang kota masa depan. Saya membayangkan langkah beliau mengamati kota dari atas gunung Merapi seperti halnya Rosululloh saw merenungi kondisi sosial keberagamaan masyarakat Makkah melalui gua Hiro’. Keahlian ruqyahnya itu beliau gunakan untuk menghalau segala kepercayaan takhayul masyarakat sekitar Merapi agar menyadari bahwa segala yang berlaku di dunia hanyalah atas kehendak Alloh semata. Sosok tinggi dan mancungnya itulah —konon— yang menyebabkan masyarakat lereng Merapi menyebutnya Mbah Petruk; sosok salah seorang tokoh Punokawan yang memiliki ciri yang identik. Siapakah gerangan sosok bernama Syaikh Subakir itu? Ada hubungan dan perannya dalam lembaga dakwah bernam