Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Resensi: Bahtera Sebelum Nabi Nuh; Kisah Menakjubkan tentang Misteri Bencana Banjir di Zaman Kuno

Kisah bencana banjir dan bahtera Nabi Nuh termuat dalam al-Qur’an, Taurot, maupun Alkitab. Cerita ini diyakini sebagai tragedi banjir pertama dalam sejarah. Namun, detail cerita dan kebenaran sejarah peristiwa itu tetaplah misteri. Hingga akhirnya, seorang ahli di British Museum, Dr. Irving Finkel, berhasil mengungkap kode-kode misterius pada sepotong tablet kuno dari tanah liat yang berusia lebih dari 4000 tahun, dan memungkinkan munculnya penafsiran baru secara radikal tentang mitos bahtera Nabi Nuh dan bencana banjir kuno. Cerita detektif memikat ala Dr. Finkel ini bermula ketika pada 2008 ia menemukan tablet persegi panjang seukuran tangan beraksara Babilonia, yang diyakini sebagai dokumen pertama ciptaan nenek moyang manusia. Tablet yang diperkirakan dibuat pada 1850 SM ini merupakan salinan dari riwayat banjir Babilonia, sebuah mitos Mesopotamia kuno yang mengungkapkan antara lain instruksi pembuatan perahu besar untuk bertahan hidup dari banjir. Melalui serentetan penemuan

Resensi: Bulan Sabit dan Matahari Terbit; Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang

Sedikitnya literatur yang membahas tentang sejarah Islam Indonesia. Hal ini cenderung bertujuan untuk mengaburkan bukan saja pentingnya Islam Indonesia itu sendiri, tetapi juga perbedaan-perbedaan yang mendalam antara para pemimpin Muslim dan kelompok sosial dan politik Indonesia lainnya, baik yang tradisional maupun yang modern di zaman kolonial. Demikian papar Prof. Dr. Harry Jundrich Benda dalam pengantar bukunya The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942-1945 (The Hague, 1958), yang terjemahannya kini kita baca. Buku ini mencoba menelusuri perkembangan Islam Indonesia dan peranan penuh liku-liku yang dimainkannya di zaman modern dalam sejarah politik Indonesia di bawah kekuasaan asing. Prof. Benda yang wafat tahun 1972 pada akhir hayatnya menjabat Guru Besar Sejarah Asia Tenggara di Universitas Yale, Amerika Serikat. Karyanya ini merupakan sumbangan sangat berharga bagi penulisan sejarah Indonesia terutama periode mutakhir. Ba

Resensi: Bukan 350 Tahun Dijajah

Sampai generasi 2000-an dalam pelajaran sejarah di sekolah, masih banyak tercatat mengenai total tahun tahun penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. 350 tahun, ini angka yang sering disuguhkan oleh buku-buku sejarah. Angka yang fantastis ini tentu membuat banyak orang berpikir, seperti apa bangsa Indonesia dahulu sampai bisa dijajah selama itu. Bahkan sebelum membahas tentang bangsa Indonesia , tentu pemberian nama Indonesia teramat baru, yang diberikan dua orang yang beda zaman hidupnya dan tidak saling mengenal. Nusantara adalah nama yang tepat bagi Indonesia . T etapi dalam tulisan ini , tidak akan membahas asal muasal dari nama Indonesia dan Nusantara. Buku “Bukan 350 Tahun Dijajah” karya G.J. Resink, ia seorang alumni dari sekolah tinggi hukum Batavia lalu menjadi guru besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Buku ini telah terbit sejak 1968 oleh University of British Columbia. Buku ini pembelaan yang dilakukan oleh Penulis atas kehebatan kerajaan yang berada di Nus

Resensi: Sejarah Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur'an

Sekitar pertengahan abad ke-17 SM , Yusuf yang masih anak-anak dibawa ke Delta Timur di Mesir yang berada di bawah kekuasaan orang-orang Hyksos. Dia kemudian dapat menduduki posisi yang sangat tinggi, mungkin jabatan kedua setelah Raja. Ayahnya, Ya’qub, ibunya, 11 saudaranya , dan keluarga mereka kemudian datang dan menetap di wilayah yang sama . T erusirnya orang-orang Hyksos oleh Fir ’ aun Ahmose I sekitar pertengahan abad ke-16 SM , menyebabkan Bani Israel diperbudak seperti banyak orang asing lain di tanah Mesir . M ereka disebarkan , baik secara individual maupun kelompok ke berbagai wilayah Mesir sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja . P ada awal dekade ketiga dari abad ke-13 SM , budak -budak Israel −bersama dengan budak-budak yang lain− dikumpulkan dari berbagai wilayah Mesir dan dikirim ke wilayah lama mereka di D elta Timur . D i tempat ini , Ramses II memutuskan untuk membangun sebuah kota baru pada situs yang sama dari Av ariz kuno −yang pernah menjadi