Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Resensi: Shalahuddin Al-Ayyubi; Pahlawan Perang Salib

Seberapa banyak dan seberapa mendalam pengetahuan kita tentang tokoh-tokoh Islam terdahulu? Selain kurangnya pengetahuan tentangnya, juga tak jarang banyaknya penyisipan kisah-kisah yang tidak benar, baik yang sengaja dimasukkan, berasal dari penafsiran sepihak, atau karena berita burung yang umum dipercaya. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara kita dengan pendahulu; pahlawan-pahlawan nan gagah perkasa penyebar sinar Islam ke seluruh persada. Padahal di belahan sana; Eropa; trauma akan kebesaran Islam melalui pahlawan-pahlawannya masih menghantui, bagaikan melihat sosok hantu yang akan membinasakan dan menghancurkan peradabannya. Ketakutan akan munculnya ‘Umar bin Khoththob, Thoriq bin Ziyad, dan Sholahuddin Al-Ayyubi ‘baru’ tidak pernah lekang dari angannya. Seperti lazimnya kredo yang telah akrab kita ketahui, bahwa “Kemenangan punya syarat-syaratnya, sebagai mana kekalahan punya sebab-sebabnya”. Pada pembahasan di awal disebutkan, bahwa situasi politik di beberapa wilayah beg

Resensi: Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) menggugat kandungan buku karya Ir. Mangaradja Onggang Parlindungan berjudul “Tuanku Rao”. Banyak kejanggalan isi buku tersebut sehubungan dengan sejarah yang dipaparkan Mangaradja Onggang Parlindungan. Hingga pada kesimpulan akhir, Buya Hamka menyebutkan dalam Pendahuluan buku ini, “Kurang lebih 80% dari isi buku itu tidak benar, dan secara agak kasar boleh disebut dusta (h.1).” Bab 1 ―Buku “Tuangku Rao” dan Saya “Dari 27 Januari 1964 sampai 23 Januari 1966 saya meringkuk dalam tahanan sebagaimana nasib tiap-tiap orang yang berpikiran merdeka di dalam negara totaliter ... Pada 26 Mei 1966 barulah saya bebas sama sekali (h.5). Di waktu itulah saya mendapat kiriman sebuah buku tebal, istimewa, dan menarik hati. Judul buku itu: “Tuanku Rao”... Di atas sekali dicetak hitam nama pengarangnya MANGARADJA ONGGANG PARLINDUNGAN (h.6). Setelah saya baca, hati saya terus terusik. Yang pertama dan paling utama menarik hati saya melebihi yang lain

Resensi: Anatomi Budak Kuffar

Awal era ‘90-an, pernah terbit majalah Islam —tapi saya tidak banyak ingat tentang urutan yang timbul dan di tenggelamkan, di antaranya ada Sabili, Inthilaq, An-Naba’ yang ke semuanya sempat mengalami intervensi konten entah oleh siapa hingga pencabutan izin penerbitan. Sebelum adanya pencabutan izin, pernah ada salah satu majalah yang memuat materi secara serial dengan judul “Anatomi Budak-budak Kuffar”. Saya secara pribadi belum pernah membaca serial tersebut yang konon baru di muat satu atau dua edisi —karena ‘keburu’ di banned artikel tersebut oleh pihak yang terganggu dengan isinya pada edisi berikutnya. Dan perburuan artikel ini alhamdulillah terobati setelah 25 tahun mencari. Buku ini diterbitkan seiring efek destruktif dari pemikiran Islam yang ‘nyleneh’ oleh seorang cendekiawan Muslim sepulang dari pendidikannya di Barat dengan mengatakan, “Amerika pembangunannya maju pesat, tanpa teriak-teriak taqwa” (Pengantar). Pada Muqoddimah dipaparkan, bahwa budak adalah seb

Resensi: Kudeta Pasukan Yeniceri

Kali ini kita mengupas isi novel besutan Jason Goodwin yang memang ‘kepincut’ dengan sejarah Byzantium di Turki, dan karena ketertarikannya tersebut lahirlah beberapa karya literasi beliau. Salah satunya novel ini. Namanya Yashim. Ia adalah seorang kasim; lelaki yang dikebiri, di Turki masa lalu banyak dipekerjakan di harem sultan sebagai penjaga para selir atau sebagai  abdi istana (h.4) dan dipanggil Lala; sang Pelindung; oleh keluarga Sultan Mahmud IV. Seraskier; Panglima; memberikan tugas khusus kepada Yashim untuk melakukan penyelidikan atas hilangnya empat perwira Garda Baru kesultanan setelah salah satu perwira ditemukan tergeletak dalam sebuah bejana besar di pojok kandang kuda dengan kondisi mengerikan; Si prajurit yang tewas itu masih berseragam. Tubuhnya meringkuk di dalam belanga, memenuhi dasarnya: lengan-lengannya, yang terikat pada pergelangan, terletak di samping kepala sedemikian sehingga mukanya tak terlihat... Mukanya terpapas habis. Dari dagu sampai di a