Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Resensi: Banjir Darah

Anak-anak milenial, mesti membaca tuturan almarhum Anab Afifi dan Thowaf Zuharon ini. Meskipun Anab Afifi telah mengupas kekejian Partai Komunis Indonesia (PKI) pada buku pertamanya berjudul “Ayat-ayat yang Disembelih”, buku beliau berjudul “Banjir Darah” ini benar-benar menjadi kompilasi bentuk aksi kekejian PKI yang terjadi dari kisaran pemberontakan 1948 sampai 1965. Sejak kelahirannya tahun 1920, organisasi Komunis di Indonesia ini tak henti-hentinya meresahkan warga dengan segala bentuk terornya. Berawal dari pemberontakan terhadap pemerintah Hindia-Belanda, partai politik yang awalnya berbentuk Serikat Rakyat ini berusaha memporak-porandakan Indonesia dengan aksi kudeta berkali-kali. Entah apa yang mereka —tokoh-tokoh PKI— dapat selama berkunjung ke ‘pentolan’ Komunis di Uni Soviet kala itu, sehingga kepulangan mereka ke tanah air makin biadab, bahkan ke saudara sendiri. Kebijakan publik oleh penguasa politik di pusat maupun daerah (pro PKI) yang tak berkeadilan membuat rakyat me

Resensi: Benturan NU-PKI 1948-1965

“Pancasila sekadar alat pemersatu. Jika rakyat sudah bersatu, maka Pancasila tidak diperlukan lagi... Jika PKI telah berkuasa mutlak, rakyat akan bisa bersatu.” Kalimat di atas diucapkan DN. Aidit selaku Ketua CC PKI yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mengecoh lawan-lawannya. Buku ini secara khusus memang memaparkan kronologi peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam bentuk kronik, di mana seluruh isinya berdasarkan kesaksian korban dan pelaku sejarah ini diharapkan sebagai penyambung benang merah perjalanan sejarah Nahdhotul Ulama bagi generasi muda NU. Banyaknya barisan muda NU yang terprovokasi dan termakan narasi simpatisan PKI masa kini yang membalikkan fakta sejarah, bahwa mereka adalah korban dari serangkaian upaya kudeta yang dilakukan DI/TII, Masyumi, TNI yang dibantu NU. Bagi PKI, NU menjadi partai politik yang jauh lebih garang dan lebih tangguh dari Partai Masyumi —setelah Masyumi dibubarkan pemerintah. Dari serangkaian aksi pemb