Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Resensi: Sekolah Menyenangkan

  “…guru dan murid sama-sama merindukan bel pulang sekolah.” Penggalan kecil apa yang menjadi fenomena umum di sekolah ini dijelaskan dalam Pendahuluan. Hal itu salah satu dampak dari kepadatan kurikulum, proses belajar hanya monoton, dan kelas dikendalikan guru. Lahirnya paradigma Holistik-Sistemik-Organismik membuat arus baru dari hegemoni paradigma Newtonian yang identik dengan materialistik, mekanistik, dan deterministik. Dan sekolah interaktif menjadi warna baru yang tidak biasa. Sekolah interaktif berada di tempat beririsannya tiga lingkungan pendidikan; sekolah untuk mengasah kompetensi, keluarga tempat dibentuknya karakter, dan masyarakat sebagai wahana melatih kepemimpinan. Apa yang ditempuh sekolah interaktif cukup unik dan humanis, yakni mengaktivasi otak limbik sebelum proses belajar-mengajar. Dengan menyederhanakan peraturan, guru dapat mengeksplorasi seluas-luasnya knowledge , skill , dan attitude dengan tetap berpondasi pada moral, spiritual, dan integritas. Belajar

Resensi: Sekolah Kreatif

  Mendapatkan karakter siswa yang mampu bertanya dengan bahasa yang terstruktur dan bermutu, menjadi idaman siapa pun. Dan guru kelas mempunyai peluang yang sangat besar untuk menghasilkan siswa yang kritis, mandiri, berpikir matang —jika memiliki ilmu dan kemauan. Tentu saja, untuk menghasilkan profil siswa semacam ini tidak bisa sambil lalu. Ia harus di program dengan matang daei sejak konsep sampai penilaian dan dijalankan dengan konsisten. Mengapa disebut “Sekolah Kreatif”? Sebab guru mempunyai peran besar dalam mencapai maksud pembelajaran dengan meragam teknik yang berfokus pada kemampuan dasar komunikasi. Dalam buku ini, para guru akan mendapatkan beberapa keuntungan atau manfaat, seperti cakrawala pembelajaran, motivasi belajar, efektivitas mengajar, semangat untuk lebih giat dalam melayani siswa. Di dalamnya memuat sejumlah instruksi praktis untuk aktivitas belajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Strategi pembelajaran yang diterapkan selalu menuju strategi pembang

Resensi: Menuju Rumah Minim Sampah

  Berapa tahun kita mengenyam pendidikan? Sejauh mana perilaku kita terhadap bahan sisa konsumsi (sampah) pada diri kita? Meninggalkan sampah ditempat kita mengonsumsi makanan atau membuang sampah sembarangan merupakan perilaku belum terdidik sama sekali tentang sampah —seberapa pun tinggi pendidikan akademinya. Sedangkan membuang sampah pada tempatnya, menunjukkan perilaku bersih diri, tetapi belum bersih lingkungan. Kok bisa? Karena membuang sampah pada tempat sampah, tidak berarti menyelesaikan masalah sampah. Perilaku tersebut hanya memindahkan sampah. Perilaku terpuji terhadap permasalahan sampah dapat dicapai dengan latihan bertahap. Setidaknya ada tiga model belajar meminimalkan sampah dalam rumah, yakni yang kita kenal dengan 5R ( refuse /menolak, reuse /menggunakan ulang, reduce /mengurangi, recycle /mendaur ulang, rot /pembusukan) di mana urutannya tergantung kebutuhan. Atau dengan Strategi 3 Pintu; Pintu Depan (prakonsumsi: meminimalkan dan menyaring potensi sampah yan