Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Resensi: Portugis & Spanyol di Maluku

Bumi datar adalah satu anggapan lain selain menjadikan bumi sebagai pusat rotasi tata surya (geosentris). Meyakini bahwa bentuk bumi seperti lempengan berbentuk bulat nan relatif datar seperti meja dengan tepian piringan sebagai acuan ujung dunia adalah keyakinan Gereja di masa lampau. Keyakinan ini pula yang sengaja ditebarkan Portugis dan Spanyol ―yang mendapatkan pengetahuan bahwa bumi itu bulat setelah melakukan pelayaran― kepada negeri-negeri pesaingnya untuk tidak berani-berani menjelajahi lautan luas. Dan jauh sebelum adanya petualangan bangsa Portugis dan Spanyol menjelajahi dunia, ilmuwan Muslim sudah membuktikan bahwa bentuk bumi adalah bulat pada abad ke-10; Abu Rayhan Al-Biruni. Pasca keberhasilan Reconquesta, Perjanjian Tordesillas yang disetujui pada 7 Juni 1494 oleh Portugis dan Spanyol secara angkuh telah membagi dunia di luar Eropa ke dalam lingkup kepentingan yang sama, yang dilakukan persis seperti membelah jeruk. Garis Tordesillas membentang dari Kutub Utara

Resensi: Segenggam Iman Anak Kita

Sepeninggal kita, tidak ada yang kita harapkan dari apa yang kita punya di dunia ini kecuali ―kata Rosululloh saw― “Apabila mati anak Adam maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak yang sholih yang selalu mendoakan.” Semakin jauh kita meninggalkan masa-masa kenabian, ibarat sungai yang makin hari makin tercampuri dengan kotoran yang sebagiannya telah menjadi satu. Sehingga kita akan kesulitan untuk mencari air jernih. Dan air tampaknya paling jernih belum tentu ia bersih. Boleh jadi kontaminasinya sangat banyak tetapi tertutupi oleh kaporit atau hal-hal lain sehingga tidak tampak dari mata hati kita. Atau mata hati kita yang sudah sedemikian rabun disebabkan sudah terlalu akrab dengan kemaksiatan, kekeliruan, kerusakan maupun syubhat. Semakin jauh meninggalkan mata air kenabian, semakin perlulah kita melihat para generasi terbaik sepeninggal Rosululloh saw menjalani agama ini. Jika kita asing dengannya, maka kita akan sem

Resensi: Barisan Pemuda Zaman Nabi

Pemuda menjadi elemen penting dalam sejarah peradaban Islam. Betapa banyak tokoh besar yang mengukir kebesaran Islam dengan tinta emas ketika muda. Dengan keimanan di dada, mereka berjuang demi agama. Pada zaman Nabi SAW, ‘Ali bin Abi Tholib menjadi sosok pemuda tangguh yang kerap mendampingi Rosululloh SAW dari sebelum hijroh. Kisah fenomenal ‘Ali yang berani mempertaruhkan nyawa untuk Rosululloh SAW saat perintah hijroh datang pun kerap diulang dalam buku sejarah Islam. Dari beberapa buku atau kitab Siroh yang saya koleksi dan baca —Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW (Moenawar Chalil), Sirah Nabawiyah (Romadhon Al-Buthy), Sirah Nabawiyah (Shafiyurrahman al-Mubarakfury), Manhaj Haraki (Al-Ghadhban)— mengisahkan rencana Nabi untuk keluar dari Kota Makkah tercium kaum Quroisy. Seorang pemuda Quroisy dipilih dari setiap kabilah. Tujuannya agar setiap kabilah memiliki tanggung jawab yang sama terhadap darah Muhammad. Mereka adalah pemuda pilihan.

Resensi: Don't be Angry, Mom

Setiap orangtua atau yang diberikan (atau memposisikan diri memikul) amanah sebagai pendidik anak-anak, sepertinya tidak ada yang kebal dengan rasa marah. Sebab, ia memang bagian dari kemanusiaan itu sendiri. Era revolusi industri 4.0 memang mempunyai kekhasan dalam mewarnai dunia. Semua sektor nyaris computerized . Sehingga peran manusia di lapangan sangat diefisienkan. Akibatnya, orangtua yang bekerja pun harus mencari peluang dan sektor kerja yang baru. Mencari peruntungan lain yang dapat memaksimalkan peran mereka agar rezeki tetap dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Di tempat kerja harus berurusan dengan peningkatan produk benda mati, di rumah harus menangani tanggung jawab kepada anak. Di mana anak pastilah bukan produk benda mati semacam robot. Di awal bab, Penulis mengenalkan dulu pada definisi “marah” menurut beberapa ahli; Rosululloh saw, Chaplin, Imam An-Nawawi, Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Imam Ghozali. Rosululloh saw: “Ketahuilah, sesungguhnya amarah itu bar