Langsung ke konten utama

Resensi: Prophetic Parenting; Cara Nabi SAW Mendidik Anak

“Tidak ada buku yang sama nilainya dengan buku ini. Bagaimana tidak? Sang penulis telah mengikat hati anak-anak dengan pemimpin umat manusia; Muhammad SAW.” —Asy-Syaikh Ahmad Qollasy

Dunia pendidikan merupakan ladang luas yang dapat dengan mudah tercemari oleh metode pendidikan Barat yang sarat dengan ideologi kapitalisme dan sekuler yang seluruh materinya mengarah kepada satu tujuan: menyiapkan seorang anak agar memiliki kemampuan untuk merealisasikan setiap keinginan duniawinya. Untuk tujuan ini, dilakukan berbagai percobaan dan observasi yang biasa dilakukan kepada hewan. Akibatnya —setelah mengikuti metode ini, masyarakat kita tidak lagi melahirkan manusia yang memiliki sifat-sifat sebagai seorang manusia seutuhnya.

Penulis menyandarkan rumusan materi dalam buku ini kepada kajian Siroh Nabawiyah dan As-Sunnah. Sehingga penulis memiliki pemahaman, bahwa pendidikan bagi anak bermula dari ketika kedua orangtua menikah. Kemudian hubungan kedua orangtua, kesholihan mereka, dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebajikan, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk sisi psikis dan kecenderungan bagi sang anak.

Penulis juga mengetengahkan tentang pentingnya pertumbuhan anak di gendongan ibunya, keluarga, dan lingkungannya serta hubungan kekerabatan dengan kedua orangtua dan karib-kerabatnya. Juga tentang pentingnya menjaga nilai-nilai islami dalam masa pertumbuhannya dan membiasakan untuk selalu berpikir.

Penulis juga menekankan pentingnya memakai berbagai media dan alat peraga yang sesuai dengan usia anak. Itu semua Penulis simpulkan dari metode pendidikan Islam, hadits-hadits Nabi SAW, dan pernyataan para pakar pendidikan Islam.

Beliau juga memaparkan secara ringkas tentang kisah-kisah islami dan berbagai kilasan peristiwa sejarah Islam yang sangat bermanfaat dalam mendidik pola pikir anak yang beliau sadur dari berbagai kitab-kitab Islam. Semua itu untuk membentuk pola pikir sang anak agar terbiasa dengan suasana islami, tumbuh besar di dalam lingkungan yang islami, dan membentuk watak islami yang dengannya dia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang membawa mudhorot, serta menjadi perisai yang melindungi dirinya.

Satu bab tentang nasihat-nasihat untuk kedua orangtua, satu bab tentang hak-hak balita yang masih mengonsumsi ASI, dan satu bab tentang pembangunan kepribadian anak sejak disapih hingga masuk usia baligh. Penulis juga menyusun satu bab khusus yang berisi pengarahan kepada anak agar berbakti kepada kedua orangtua. Juga bab lain yang mengkaji tentang metode pendidikan fisik dan psikis yang berpengaruh pada anak.

Pada bagian penutupnya, penulis menyajikan bab yang khusus mengkaji pemberian hukuman kepada anak. Terakhir, penulis memberikan penguatan dua kali empat puluh buah hadits; empat puluh hadits pertama ditujukan kepada para orangtua, dan empat puluh hadits berikutnya ditujukan kepada anak.

Penulis selalu menyertakan hadits dalam setiap pemikiran yang dituangkan, contoh aplikatif para ulama salaf dan para imam. Pendapatnya selalu disertai dalil-dalil yang shohih. Itu sebabnya penulis menyebut keunggulan buku ini memenuhi prinsip menyeluruh, realitas, universalitas, kesetaraan, keseimbangan, dan kesatuan.

Sangat sedikit buku yang khusus mengkaji tentang pendidikan Nabi SAW untuk anak. Buku ini salah satu dari kajian yang langka tersebut. Sebab, Penulis memaparkan dengan akidah seorang mukmin, pemikiran seorang pakar, pendapat seorang pemerhati cermat, dan perincian seorang teknokrat sejati. Penulis membaginya dalam beberapa bab dengan susunan bahasan yang beliau atur sedemikian rupa.

Kesimpulannya, setiap keluarga Muslim membutuhkan buku ini untuk diletakkan dalam perpustakaan keluarga dan ditelaah, kemudian seluruh petunjuk di dalamnya diaplikasikan dalam bentuk amal nyata.

 

Resume

Bab: 1. Nasihat Cinta untuk Calon Orangtua

Islam adalah agama keluarga. Keluarga Muslim adalah benih dari masyarakat Islam. Rumah tangga adalah salah satu benteng akidah Islam. Setiap anggota keluarga harus berdiri siap siaga di posnya masing-masing.

Salah satu hak suami adalah mencari tahu sampai sejauh mana wawasan istrinya.

Hak yang pertama untuk anak adalah dipilihkan baginya seorang ibu sebelum dia dilahirkan; yang cantik, mulia, taat beragama, terhormat, cerdas, berakhlak terpuji, teruji kecerdasannya dan kepatuhannya kepada sang suami. —‘Umar bin Khoththob

Seorang istri adalah harta hakiki yang disimpan seseorang di dunia dan di akhiratnya.

Tujuan pernikahan dalam Islam:

  • Memperbanyak jumlah kaum Muslimin dan memberi kegembiraan di hati Rosululloh SAW;
  • Menjaga diri dan mendekatkan diri kepada Alloh SWT;
  • Membangun generasi Muslim;
  • Kelangsungan hidup manusia;

Karakter para pendidik sukses:

  • Tenang dan tidak terburu-buru;
  • Lembut dan tidak kasar;
  • Hati yang penyayang;
  • Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa;
  • Toleransi;
  • Menjauhkan diri dari marah;
  • Seimbang dan proporsional;
  • Selingan dalam memberi nasihat.

Aku mendengar Rosululloh SAW bersabda, “Fitnahnya seseorang terletak pada istrinya, hartanya, anaknya, dirinya, dan tetangganya. Dapat dihapus dengan sholat, puasa, sedekah, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran”.” —Hudzaifah r.a.

Sahal Ats-Tsauri berusaha sekuat tenaga untuk menjaga anaknya. Padahal, anaknya belum dilahirkan. Ia melakukan berbagai amal sholih agar ketika Alloh berkenan memberinya anak, anak tersebut menjadi anak sholih.

 

Bab: 2. Metode Mendidik Anak hingga Usia Dua Tahun

Doa untuk proses kelahiran, diriwayatkan oleh Ibnu Sunni, yakni membaca ayat ke-54 surat Al-A’rof, ayat ke-3 surat Yunus, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas. Sanad tersebut tergolong dho’if. Hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Sunni untuk wanita yang mengalami kesulitan saat melahirkan, suami wanita tersebut menuliskan surat Al-Ahqof ayat 35, surat An-Nazi’at ayat 46, dan surat Yusuf ayat 111 dalam mangkuk berisi air, kemudian disiramkan pada perut dan kemaluan wanita tersebut agar Alloh mudahkan pada proses melahirkan.

Mendidik bayi pada hari pertama kelahiran:

  • Mengeluarkan zakat fitrah;
  • Berhak menerima harta waris;
  • Pemberitahuan dan ucapan selamat atas kelahiran si bayi;
  • Azan di telinga kanan, iqomat di telinga kiri;
  • Berdoa dan bersyukur kepada Alloh;
  • Men-tahniq bayi dengan kurma.

Mendidik bayi pada hari ketujuh kelahiran:

  • Memberi nama bayi dengan nama terbaik, karena setan mengilhamkan nama-nama yang buruk dan tidak syar’i;
  • Mencukur rambut;
  • Aqiqoh;
  • Khitan.

Mendidik bayi dengan menyusui dan menyapih. Menyusui adalah memberi minum dari tubuh sang ibu (air susu ibu). Secara medis, ASI memiliki keunggulan:

  • Si bayi meminum susu yang sangat bersih dan higienis;
  • Tidak dingin, juga tidak panas;
  • Selalu ada setiap saat;
  • Tidak rusak karena disimpan;
  • Sesuai dengan lambung si bayi;
  • Memenuhi segala kebutuhan gizi bayi;
  • Membentuk sistem imun bagi bayi dalam melawan kuman penyakit;
  • Minum susu langsung dari ibu mencegah obesitas bagi ibu dan anak;
  • Minum susu langsung dari ibu menimbulkan kasih sayang dan memperkuat ikatan antara ibu dengan anaknya.

Pakaian yang terkena kencing dari bayi yang makannya hanya dari susu ibu, hanya butuh diperciki atau menyiram dengan air saja di tempat yang terkena kencing (tidak mencucinya). Sedangkan status kencing bayi, disepakati bahwa hukumnya najis.

Imam sholat hendaknya mempersingkat sholatnya jika di antara makmum perempuan ada yang membawa anak bayinya.

Sedangkan anak balita yang belum mampu menyelesaikan hajatnya sendiri atau pergi ke kamar mandi untuk buang air dan tidak mampu memberitahukan kepada salah satu orangtuanya, maka anak tersebut tidak boleh dibawa masuk ke masjid.

 

Bab: 3. Metode Mendidik Anak ala Nabi

  • Orangtua menampilkan keteladanan yang baik.
  • Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan; dalam perjalanan, waktu makan, dan sewaktu sang anak sakit.
  • Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak.
  • Menunaikan hak anak.
  • Memanfaatkan waktu-waktu mustajabah untuk senantiasa mendoakan kebaikan bagi anak.
  • Sedangkan anak dengan membelikannya mainan.
  • Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan.
  • Jangan ajari anak untuk mudah marah dan mencela.

 

Bab: 4. Bagaimana Mempengaruhi Akal Anak?

  • Menceritakan kisah-kisah. Kisah kenabian seluruhnya berpedoman pada kejadian nyata yang terjadi pada masa lampau, seperti kisah Nabi Ibrohim, Isma’il, dan Siti Hajar. Ceritakan pula kisah Kifl; seorang pemuda yang mentobati zinanya dan mendapat ampunan Alloh. Kisah ini diceritakan ketika si anak mendekati masa baligh. Juga kisah ujian keimanan tiga orang dari Bani Isroil masa lampau; si belang, si botak, dan si buta. Ada pula kisah berhikmah dari seorang yang terpaksa memulangkan utangnya melalui kayu yang ia lubangi dan ia hanyutkan di lautan karena tak ada kapal untuk ia segera menemui pemilik uang.
  • Berdialog langsung ke inti persoalan.
  • Berbicara dengan anak sesuai dengan kadar akalnya.
  • Lakukan tanya-jawab untuk melengkapi pemahaman anak.
  • Melatih anak dengan beragam aktivitas untuk memantik akalnya dengan cara memperhatikan dengan seksama dari apa yang dicontohkan orangtua.
  • Mengarahkan anak untuk meneladani Rosululloh SAW.

 

Bab: 5. Bagaimana Mempengaruhi Jiwa Anak?

  • Berteman dengan anak.
  • Menanamkan kegembiraan pada anak.
  • Mengadakan perlombaan dan memberikan hadiah bagi pemenang.
  • Memotivasi dan mendukung potensi anak.
  • Memberikan pujian dan sanjungan.
  • Bermain bersama anak.
  • Menumbuhkan rasa percaya diri anak; menguatkan keinginan, membangun kepercayaan sosial, membangun kepercayaan ilmiah, membangun kepercayaan finansial.
  • Panggilan yang baik.
  • Mengabulkan keinginan dan mengarahkan bakat anak.
  • Melakukan pengulangan perintah agar anak memahami urgensi dari isi perintah tersebut.
  • Bertahap dalam menanamkan pendidikan.
  • Menyampaikan janji dan ancaman (reward and punishment).

 

Bab: 6. Perintah Berbakti Semasa Orangtua Hidup

Barangsiapa yang tidak menyayangi dirinya sendiri dengan tidak berbakti kepada kedua orangtuanya, hendaknya menyayangi anak-anaknya dengan berbakti kepada kedua orangtua agar Alloh memberikan taufik kepada anak-anaknya untuk dapat berbakti kepadanya, sehingga mereka selamat dari dosa kedurhakaan dan murka Alloh.

  • Pahala berbakti di dunia dan akhirat.
  • Saat harus mendahulukan berbakti pada orangtua.
  • Tetap berbakti kepada orangtua yang bermaksiat selama tidak diperintah untuk bermaksiat.
  • Berusahalah jadi teman bagi anak-anak.
  • Saat orangtua sedang konflik, bakti anak —utamanya— diberikan kepada ibu.
  • Anak dan hartanya adalah milik ayahnya.
  • Membebaskan orangtua dari praktik perbudakan (oleh anak).
  • Kekuatan berdoa untuk anak.
  • Menjaga nama baik orangtua dengan menjadi anak sholih.
  • Kenalkan anak dengan silsilah keluarga dan kemuliaannya.
  • Menghajikan Orangtua yang berfisik lemah.
  • Menunaikan nazar orangtua.
  • Menjauhi durhaka kepada orangtua.

 

Bab: 7. Tetap Berbakti Walau Orangtua Tiada

Rukun sikap bakti anak setelah orangtua wafat:

  • Melaksanakan janji dan wasiat orangtua.
  • Berdoa dan memohon ampunan untuk orangtua.
  • Menyambung tali shilaturrohim dan berbuat baik kepada sahabat orangtua.
  • Bersedekah atas nama orangtua.
  • Melaksanakan ibadah haji untuk orangtua.
  • Bersegera beramal sholih untuk membahagiakan almarhum.
  • Berziarah ke makam orangtua.
  • Menjaga nama baik orangtua.
  • Berpuasa atas nama orangtua.

 

Bab: 8. Metode Menghukum Anak yang Mendidik

“Anak dihukum karena pendidikan, bukan siksaan. Karena anak memang harus menerima pendidikan. Sebab hukuman dikenakan atas perilaku kejahatan. Sementara perilaku anak tidak disebut tindak kejahatan.” —Al-Kasani

Akar dari kesalahan yang dilakukan anak, bersandar pada tiga hal:

  • Kesalahan dalam pemahaman;
  • Kesalahan dalam aplikasi;
  • Karena kesengajaan.

Cara mengoreksi kesalahpahaman anak, dapat ditempuh dengan berbagai metode yang menyenangkan yang bersifat lemah-lembut agar budaya semacam itu terus lestari, dan pihak yang dibetulkan dapat menerima dengan lapang dada. Koreksi dapat dilakukan dengan praktik langsung (memberikan alternatif sikap yang semestinya).

Jika tertemui kesalahan yang disengaja dari anak, berikan hukuman secara bertahap; memperlihatkan cambuk, menjewer daun telinga, memukul anak (setelah anak berusia 10 tahun, batas jumlah pukulan, alat dan cara memukul serta tempat yang dipukul, tidak boleh memukul dengan kemarahan, berhenti memukul ketika anak menyebut nama Alloh).

Kesimpulan: kedua orangtua dan para pengajar dituntut untuk tenang dan tidak terburu-buru dalam meluruskan perilaku anak. Apabila kita tahu bahwa si anak sedang berada dalam masa pertumbuhan jasmani dan akal, tentu banyak dipukul bisa berakibat buruk pada anggota tubuhnya. Terkadang malah dapat merusak jiwa dan pola pikirnya

 

Bab: 9. Membentuk Akidah Anak

  • Mentalqin anak untuk mengucapkan kalimat Tauhid, dan menanamkan pemahaman tentang tauhidulloh pada anak;
  • Menanamkan cinta kepada Alloh SWT dan selalu merasa diawasi oleh-Nya;
  • Menanamkan cinta kepada Nabi SAW, keluarga, dan para sahabat beliau dengan bersegera merespons seruan beliau SAW, berbai’at kepada beliau SAW, memerangi orang yang menyakiti beliau SAW, mencintai apa yang beliau SAW cintai, menghafal hadits-hadits, mempelajari Siroh Nabawiyah, dan mencari jejak-jejak peninggalan Rosululloh;
  • Mengajarkan Al-Quran kepada anak dengan memberikan motivasi terkait pahala yang akan didapat orangtua yang mengajarkan Al-Quran, memberikan penjelasan singkat terkait ayat atau surat yang sedang dibaca anak, perhatikan pengaruh Al-Quran dalam diri anak, membaca biografi singkat para ulama penghafal Al-Quran yang telah hafal di usia dini atau muda;
  • Pendidikan untuk tetap teguh dan rela berkorban demi akidah dengan menceritakan kisah Ash-habul Ukhdud, keteguhan akidah para sahabat Nabi SAW, keteguhan akidah pemuda-pemuda Palestina.

 

Bab: 10. Membentuk Aktivitas Ibadah Anak

Masa kecil bukanlah masa memikul beban kewajiban. Masa kecil adalah masa persiapan dan latihan dan pengenalan untuk mencapai tingkatan memikul beban kewajiban setelah usia baligh, agar mudah baginya dalam menjalankan segala kewajiban.

Dari berbagai pengarahan Nabi SAW, beliau memfokuskan pada enam dasar:

  • Mengajarkan sholat melalui tahap perintah saat anak sudah mengetahui arah kanan-kiri. Mengajarkan rukun, kewajiban, dan pembatal sholat pada usia tujuh tahun. Berikan konsekuensi hukuman (pukul) ketika anak pada usia sepuluh tahun masih menyepelekan sholat. Latih anak untuk ikut sholat Jum’at, sholat malam, sholat istikhoroh, dan menemani anak sholat di hari raya.
  • Jika anak sudah bisa membersihkan hajatnya sendiri dan bersih, ajak mereka ke masjid. Ajari mereka meluruskan shof dalam sholat berjamaah, dan menjadikan masjid sebagai magnet beraktivitas anak.
  • Latih anak berpuasa. Al-Auza’i mengatakan, “Apabila anak mampu berpuasa tiga hari berturut-turut, maka dianjurkan untuk berpuasa (Romadhon).” Berikan aktivitas atau permainan yang edukatif selama mereka berpuasa dan ajak mereka berdoa bersama saat berbuka.
  • Mengajarkan haji; pahala sunnah jika ia belum baligh, dan menjadi kewajiban jika ia sudah baligh.
  • Melatih anak membayar zakat.

 

Bab: 11. Membentuk Jiwa Sosial-Kemasyarakatan Anak

  • Mengajak anak dalam majelis orang dewasa.
  • Mengutus anak untuk melaksanakan suatu keperluan.
  • Membiasakan anak mengucapkan salam.
  • Menjenguk jika ada anak yang sakit.
  • Mencarikan teman yang baik.
  • Membiasakan anak berdagang.
  • Mengajak anak menghadiri perayaan yang disyariatkan.
  • Mengajak anak menginap di kerabatnya yang sholih.

 

Bab: 12. Membentuk Akhlak Islami Anak

Al-Qurthubi memberikan pemaknaan “akhlak”. Al-khuluq (adab dalam diri) adalah tabiat yang didapat dari luar, sementara al-khiyamu (pembawaan dalam diri) adalah tabiat yang didapat dari nurani.

Untuk membangun akhlak berfokus pada lima dasar:

  • Tanamkan adab pada anak; kepada orangtua, adab kepada para ulama, adab penghormatan kepada orang lain, adab persaudaraan, adab bertetangga, adab meminta izin, adab makan, adab penampilan anak, adab berpakaian, adab mendengarkan bacaan Al-Quran.
  • Tanamkan akhlak ala salafush sholih.
  • Tanamkan kejujuran pada anak.
  • Mengajarkan anak untuk menjaga rahasia.
  • Menanamkan sikap amanah.
  • Didik anak untuk menjauhi sifat iri-dengki.

 

Bab: 13. Membentuk Perasaan Anak

  • Meredakan amarah dan mendekatkan perasaan dengan mencium anak.
  • Sediakan waktu untuk bermain dan bercanda dengan anak.
  • Memberikan hadiah untuk anak akan meninggalkan kenangan baik.
  • Mengusap kepala anak sebagai tanda sayang.
  • Menerima anak dengan baik.
  • Memanfaatkan jejaring untuk mencari informasi keadaan anak.
  • Menjaga anak perempuan dan anak yatim sebagaimana besarnya perhatian Rosululloh SAW terhadap mereka. Status yatim anak lelaki berakhir setelah mimpi basah.
  • Memperhatikan pendidikan anak perempuan sebagai soko guru peradaban dan juga pendidikan anak yatim.
  • Seimbang dalam mencintai anak dan jangan berlebihan dalam memberikan kasih sayang. Jadikan kecintaan Alloh sebagai orientasi hidup.

 

Bab: 14. Membentuk Jasmani Anak

  • Ajari dan latih berenang, memanah, dan berkuda.
  • Ikutkan dalam perlombaan olahraga.
  • Interaksi bermain dengan orang dewasa sebagai sarana berlatih fisik dan siasat
  • Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan teman-temannya, dan hindari menyiksa binatang.
  • Bagi anak, bermain menjadi sarana olahraga. Juga bermuatan pendidikan, sosial, akhlak, inovatif, pembentukan pribadi, dan mengasah psikologi.

 

Bab: 15. Menanamkan Cinta Ilmu pada Anak

  • Penuhi hak anak untuk mendapatkan ilmu (belajar) sejak kecil. Karena menimba ilmu sejak kecil jauh lebih membekas dibandingkan setelah dewasa.
  • Jika anak sudah siap menerima pendidikan, mulailah dengan mengajarinya Al-Quran, tulisan hijaiyah, dan masalah-masalah agama.
  • Memilihkan guru yang sholih dan sekolah yang layak. Sebab seorang anak menyerap dari gurunya, akhlak, perilaku, Budi pekerti, adab, dan kebiasaan lebih banyak dibandingkan yang ia serap dari orangtuanya.
  • Ajarkan anak bahasa Arab dan bahasa asing.
  • Mengarahkan bakat anak.
  • Buatlah perpustakaan keluarga.
  • Menceritakan kisah masa kecil para ulama salaf dalam menuntut ilmu.

 

Bab: 16. Memelihara Kesehatan Anak

Dasar-dasar membangun kesehatan anak:

  • Membiasakan olahraga. Pada jenis olahraga tertentu, dapat melibatkan konsultan olahraga atau dokter.
  • Membiasakan anak untuk bersiwak (gosok gigi).
  • Menjaga kebersihan kuku.
  • Mengajarkan adab makan dan minum sesuai sunnah Nabi SAW.
  • Melatih posisi tidur yang menjadi kebiasaan Nabi SAW; miring ke kanan.
  • Mengajari anak tentang cara penanggulangan musibah ringan dengan pengobatan alami.
  • Melatih anak untuk disiplin waktu tidur; setelah isya sampai sebelum shubuh.
  • Mengajarkan anak untuk tidak berinteraksi dengan orang berpenyakit menular agar tidak terpapar penyakit yang sama.
  • Senantiasa ajari anak dzikir Al-Ma’tsurot yang —salah satunya untuk— menghindarkan diri dari rasa hasad serta godaan jin.

Bagi orangtua, ada tindakan-tindakan yang mesti dilakukan pada anak, yakni:

  • Segera mengobati anak yang sakit.
  • Menjenguk anak yang sakit.
  • Mengobati infeksi dan virus di tenggorokan dengan ranting hindi.
  • Menggunakan teknik bekam dan obat pencahar untuk pengobatan.
  • Menjadikan doa dan ruqyah sebagai pengobatan atas gangguan jin.
  • Jauhkan anak dari pelibatan benda dan mantra jimat.

 

Bab: 17. Mengarahkan Kecenderungan Seksual Anak

Masalah seksual membutuhkan pengarahan, bukan pembentukan atau pembangunan. Sebab, hal ini sudah tertanam dalam diri manusia. Oleh karena itu, perlunya mengarahkan Kecenderungan seksual merupakan aktivitas pendidikan. Berbeda dengan kalangan non-Muslim yang membebaskan segala bentuk hubungan antarjenis di semua tingkatan usia.

Untuk mengarahkan kecenderungan seksual anak, Rosululloh SAW memberikan kaidah-kaidah, yakni:

  • Melatih anak untuk selalu meminta izinkan n terlebih dulu ketika akan masuk rumah maupun kamar orangtua.
  • Mendidik anak untuk membiasakan menundukkan pandangan dan menutup aurot.
  • Memisahkan tempat tidur anak dari orangtua atau pun sesama saudara berbeda jenis kelamin.
  • Melatih anak tidur dengan posisi miring ke kanan, untuk menjauhi potensi penyelewengan seksual jika dengan posisi terlentang.
  • Menjauhkan anak dari ikhtilat dengan lawan jenis.
  • Mengajarkan kewajiban mandi janabah ketika anak mendekati baligh.
  • Menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan bahaya zina ketika anak telah mendekati baligh.
  • Menganjurkan menikah segera ketika anak kesulitan untuk menahan  birahi, tentu saja dengan dukungan institusi keluarga yang solid.

 

Bab: 18. Petunjuk Rosululloh kepada Para Orangtua

Pesan Rosululloh SAW dalam mempersiapkan kedua orangtua bukan hanya untuk menjadi suri teladan yang baik bagi anak. Tetapi juga tersirat kewajiban untuk membentuk sikap dan pribadi kedua orangtua dengan capaian tingkat pendidikan dan bimbingan yang tinggi, puncak logika pendidikan dan kejiwaan pendidikan yang seimbang.

Rosululloh SAW mengambil 40 hadits yang berkenaan dengan orangtua sebagai pemimpin yang memiliki konsekuensi tanggung jawab berbuntut ke akhirat.

 

Bab: 19. Petunjuk Rosululloh kepada Anak-anak

Ada 40 hadits yang dikumpulkan untuk dipelajari dan dihafalkan oleh orangtua untuk bekal mendidik anak.

 

Bab: 20. Doa Syukur kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Pada bab ini dikumpulkan doa-doa yang diambil dari hadits tentang pengharapan orangtua untuk kebaikan anak kepada Alloh SWT.

 

Bibliografi

Judul: Prophetic Parenting; Cara Nabi SAW Mendidik Anak

Judul asli: Manhaj At-Tarbiyah lith Thifl

Penulis: Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid

Penerjemah: Farid Abdul Aziz Qurusy

Tebal: 612 hlm.

Genre: Parenting

Cetakan: I, 2010

ISBN: 979-1273-69-3

Penerbit: Pro-U Media, Yogyakarta

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi: Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim

Kalau ada buku yang amat mempengaruhi saya untuk segera menulis adalah buku yang tengah saya buat resensinya ini, ada begitu banyak alasan mengapa buku ini juga yang telah memberikan sentuhan tersendiri bagi saya tatkala menikmati dan mencoba tenggelam dalam lautan buku-buku yang berkutat tentang masalah identitas keislaman seseorang di tengah masyarakat atau masyarakat itu sendiri yang tengah bertransformasi menuju masyarakat I slami. Identitas selalu menjadi kebangg a an tiap orang, identitas yang meliputi simbol, slogan-slogan, bendera, dan lain-lain tanpa jelas bagaimana hakikatnya yang kabur atau bahkan merupakan simbol-simbol yang merupakan penghinaan terhadap agama All o h dan R o sulNya . Buku yang berjudul “Saksikan b ahwa Aku Seorang Muslim ” ini menurut yang menulisnya , yakni Salim A. Fillah pada mulanya merupakan karya pertama yang ia buat sebelum karya-karya lain muncul dan berinduk pada buku ini. Mungkin bagi sebagian pembaca yang telah lebih dahulu membaca b

Resensi: Sejarah Peradaban Islam

Buku Sejarah Per a daban Islam yang dikarang oleh Dr. Badri Yatim , MA ini membahas sejarah perkembangan atau peradaban Islam mulai zaman klasik (Nabi Muhammad), pertengahan (Khulafaurr o syidin dan tabi’in), dan modern (saat ini). Pada masa klasik, peran b angsa Arab sangat dominan , sebab memang Islam lahir di Arab. Pada masa pertengahan , muncul tiga kerajaan besar yang mewakili tiga kawasan budaya, yaitu Kerajaan ‘ U t smani di Turki, kerajaan S y afawi di Persia, dan kerajaan Mugh o l di India. Pembahasan pada masa pertengahan ini dititikberatkan pada persaingan politik yang terjadi. Pada masa modern , yang dibahas adalah kerajaan Islam di Nusantara (Indonesia). Perlu diketahui bahwa pembahasan kerajaan Islam di Indonesia walaupun mendapat porsi besar di dalam buku ini tetapi sebenarnya Islam di Indonesia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian sejarah peradaban Islam. Buku menitikberatkan pada masalah percaturan politik karena politik adalah salah satu ikon penting adan

Resensi: Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri

Negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir. Demikian tertulis dalam buku sejarah kemerdekaan Indonesia. Tapi, buku-buku sejarah umumnya tak menjelaskan lebih lanjut, mengapa dan bagaimana Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan dari negara lain, merupakan syarat penting berdirinya sebuah negara. Dan untuk itu, bangsa ini pantas berterima kasih kepada tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Sebab, merekalah yang melobi agar pemerintahnya mendukung kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Ikhwanul Muslimin yang saat itu jaringannya telah tersebar, juga menggalang dukungan negara-negara Arab lainnya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Dan setelah Mesir, negara-negara Timur Tengah lain pun mendukung kemerdekaan Indonesia. Para pemimpin Mesir dan negara-negara Arab saat itu, bahkan membentuk Panitia Pembela Indonesia. Mereka mendorong pembahasan soal isu Indonesia di berbagai lembaga internasional, seperti Perserikatan Bangsa-bangsa dan Liga Arab. Dal