Pada kesempatan pertama pada program Obrolan Seputar Buku yang digagas Komunitas @gilabaca_ di awal tahun 2023, muncul pertanyaan dari rekan guru terkait objek bahasan dalam buku ini. Saya sampaikan, bahwa buku setebal nyaris 900 halaman ini ‘menyidang’ orangtua dan pendidik. Bukan berbicara bagaimana anak harus ini-itu. Tetapi malah penulis mencecar dan mengoreksi cara orangtua mendidik anak. Sebab, umumnya ‘penyakit’ yang diidap anak-anak disebabkan kesalahan pola asuh orangtuanya.
Bukan dengan beragam teori-teori para tokoh pendidikan, Penulis menyampaikan tuturannya berdasarkan pengalaman Penulis sendiri dalam mendidik anak-anaknya, berangkat dari pertanyaan “Apa tujuan kita mendidik anak?”
Melalui buku ini, Penulis mengajak kepada kita memahami cara sekaligus menuntun kita untuk mampu menggunakan metode yang tepat dalam mencintai anak secara nyata, meluruskan kesalahan dengan lembut dan santun, dan mengendalikan diri agar mampu menghadapi berbagai kesalahan perilaku anak seraya meluruskannya dengan cara yang tepat.
Pada jilid 2 bagian II bertajuk “Jika Anda Ingin Dipatuhi”, bagian ini mengajak kita menggali apa saja yang kita perhatikan agar anak-anak patuh kepada kita. Kita perlu bersungguh-sungguh mempelajari bagian ini. Bukan agar kita jadi orangtua efektif, tetapi bagaimana mengantarkan anak dan menjaga mereka agar berada di jalan yang benar; jalan yang Alloh ridhoi dan tidak menjatuhkan mereka dalam kedurhakaan.
Buku berjudul asli “Human Touch” ini sekaligus menjadi formulasi pokok bahasan dalam buku ini; H-U-M-A-N T-O-U-C-H. H (Hear him), U (Understand his feelings), M (Motivate his desire), A (Appreciate his efforts), N (News him), T (Train him), O (Open his eyes), U (Understand his uniqueness), C (Contact him), H (Honour him).
Pada saat presentasi, sebenarnya saya tidak mampu mengantarkan isi buku ini. Bukan karena tidak paham. Justru karena terlalu banyak dari cara saya mendidik anak yang tidak tepat itulah seolah saya di sidang Penulis habis-habisan.
Terakhir, buku ini sangat layak
dibaca dan dijadikan bahan introspeksi bersama bagi para orangtua dan pendidik,
sebelum kekeliruan mendidik menjadi dosa jariyah.
Resume Buku
Bab: Pendahuluan
• Naskah ini dikirim ke Mohammad Fauzil Adhim setebal 5 rim kertas HVS untuk
diminta memberikan Pengantar.
• Buku ini kaya informasi dan memiliki pijakan nash yang sangat kuat.
• Buku ini mengajak kita memahami cara sekaligus menuntun kita untuk mampu
menggunakan metode yang tepat dalam mencintai anak secara nyata, meluruskan
kesalahan dengan lembut dan santun, dan mengendalikan diri agar mampu
menghadapi berbagai kesalahan perilaku anak seraya meluruskannya dengan cara
yang tepat.
• Di buku ini terasa sekali betapa pentingnya membenahi diri sendiri
sebagai bekal untuk mengasuh dan mendidik anak, termasuk dalam meluruskan
kesalahan maupun menumbuhkan ketaatan anak kepada orangtua.
• Bagi ibu, harus terlebih dulu mengetahui cara mengendalikan diri sendiri
agar motivasi yang ingin disampaikan kepada anak tidak berubah menjadi
pelampiasan amarah.
• Ketika menyampaikan kritik kepada anak, selalu sandingkan dengan
pemberian motivasi sambil terus menanamkan harapan ketika datang masa sulit.
• Seorang pendidik yang bijak (berorientasi hamba yang robbani) haruslah menjadi seorang pembimbing, bukan pemerintah;
teladan, bukan pengkritik; bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah; tidak
membimbing anaknya dengan celaan dan tuduhan, melainkan dengan cinta dan
kelembutan; memimpin mereka dengan komando hati, bukan fisik; komando rasa
senang, bukan rasa benci; komando cinta, bukan teror.
• Buku ini ditulis dari pengalaman Penulis sendiri dalam mendidik
anak-anaknya. Juga membawa misi menampilkan praktik wajah pendidikan keluarga
Islam yang agung di mana ia berangkat dari pertanyaan "Apa tujuan kita
mendidik anak?"
• Penulis memberikan formulasi bahasan dari judul asli buku ini; HUMAN TOUCH. H (Hear him), U (Understand
his feelings), M (Motivate his desire), A (Appreciate
his efforts), N (News him), T (Train him), O (Open
his eyes), U (Understand his uniqueness), C (Contact
him), H (Honour him).
• Buku ini disebutkan Penulis sebagai cetakan ketiga. Tetapi di sampul dalam tertulis Penerbit sebagai cetakan kedua.
Bab: Pengantar Penulis; Mendidik
Anak di Zaman Susah
• Perjelas tujuan. Semakin jelas tujuan, semakin jelas pula visi. Semakin
jelas visi, semakin jelas pula jalan yang akan ditempuh.
• Tujuan mendidik anak adalah mencetak insan yang sholih. Meski terdengar
klise, tetapi ia jauh lebih berat daripada gunung. Mudah untuk sekadar
bersemangat mewujudkan, tetapi berproses mewujudkannya lebih pahit dari empedu.
Sebab ia sama dengan mencetak masa depan.
• Perlu diingat, sarana untuk mencapai tujuan bukanlah tujuan itu sendiri.
• Mendidik anak tidak cukup hanya dengan cinta.
• Keteladanan merupakan salah satu sarana pendidikan terpenting —jika bukan
satu-satunya. Masalah terbesar dalam mendidik adalah jarak-jarak yang
memisahkan antara ucapan dan perbuatan orangtua dan pendidik.
• Kita hidup di tengah realitas, di mana orangtua bukan satu-satunya
pendidik. Anak-anak masa kini dikepung teman sekolah, jalanan, media, juga
sistem pendidikan di luar Islam. Maka meneguhkan tujuan adalah kunci utama
“berusaha” mengerahkan “kesungguhan” mendidik putra-putri kita di zaman susah.
Bab: 1. “Dengarkanlah Ia” (Hear Him)
Subbab: Kepiawaian untuk Diam
“Sesaat waktu yang Anda
pergunakan untuk mendengarkan anak Anda dengan seksama bisa mencegah
bertahun-tahun kesalahpahaman akibat tidak mendengarkan dengan seksama.” —Dr. Muhammad Muhammad Badri
Dengarkan sampai tuntas dengan menjadi mendengar efektif dan aktif. Biarkan
anak berbicara tanpa kita memotong pembicaraan untuk anak mengungkapkan isi
kepalanya, meski itu salah.
Bagi orangtua dan pendidik, kibarkan panji “Jangan marah!” dan sadari bahwa
cara memasukkan nasihat terbaik ke dalam pribadi anak adalah kepiawaian untuk
diam.
“Penuhilah hak telingamu dari
mulutmu. Sebab engkau diberi dua telinga dan satu mulut agar lebih banyak
mendengar daripada berbicara.” —Abu Darda’ rodhiyallohu ‘anhu
Subbab: Sihir Putih
Dialog antara orangtua dan anak amatlah penting. Dialog menghargai
kepribadian manusia dalam diri anak, sehingga yang diperhatikan bukan hanya
gagasan dan pengalaman orangtua. Tetapi pengalaman itu dibiarkan tumbuh bersama
pencarian anak itu sendiri melalui diskusi.
Jalur-jalur dialog:
- Pengajaran;
- Keterlibatan emosional;
- Negosiasi;
- Perintah/larangan; dan
- Motivasi.
Subbab: Meniti Tali Nan Tinggi
Sebagai orangtua maupun pendidik, sangat dianjurkan melatih keseimbangan
mengelola kekerasan dan kelembutan dilandasi dengan kesadaran, bahwa anak-anak
adalah titipan Alloh yang disiapkan untuk menjalani dan mengelola zaman yang
bukan zaman kita.
Jauhi perdebatan —sebenar apapun argumen kita. Kalau pun dihadapkan pada
kondisi tersebut, kita jangan terlibat dalam perdebatan.
Bab: 2. “Mengertilah Perasaannya” (Understand His Feelings)
Subbab: Mendengar Hati= Menguasai
Akal
• Tak dipungkiri, mendidik dengan cinta memiliki energi dan dampak positif
yang sangat besar. Seperti hikmah dari kisah akan direnggutnya Hasan dan Husain
dari gendongan Nabi Muhammad ketika mereka mengencingi beliau.
• Posisikan diri kita pada posisi anak kita. Pahami perasaannya sebelum
kita berucap untuk mengetahui sebabnya. Pilih kalimat persuasif agar tak
terkesan interogatif. Karena kita mengharapkan keterbukaan sang anak. Sentuh
mereka dengan hati. Sebab, akal tidak bisa mendengar sebelum hati mendengar.
Subbab: Agar Cinta Tidak Sirna
• Sikapi segala ‘kesalahan’ anak dengan pertimbangan perbandingan. Jika
piring yang pecah, masih bisa beli lagi. Luka batin dari bentakan dan emosi
kepada anak tak bisa diperbaiki lagi.
• Tajamkan kemampuan membaca perasaan orang lain.
• Lahirkan rasa empati.
• Berusahalah selalu memisahkan antara perbuatan dan pelakunya. Jika ada
kritikan, maka kritikan tersebut hanya pada masalah perilaku, dengan tujuan
menghilangkan perilaku negatif.
Subbab: Penghinaan Merusak
Kewibawaan
“Barangsiapa menutupi aib
sesama Muslim, niscaya Alloh menutupi aibnya di Hari Kiamat kelak.” (Muttafaq ‘alaih)
• Rosululloh SAW punya cara unik dan tetap menjaga harga diri orang yang beliau
‘tegur’ (tidak di depan umum) untuk diperbaiki perilakunya tanpa kata atau
kalimat kasar.
• Jangan sekali-kali melabeli anak dengan label negatif.
• Senakal apapun anak, selalulah doakan kebaikan baginya. Karena Rosululloh
SAW melarang orangtua yang mengutuk anaknya.
• Kritik yang baik adalah yang disampaikan untuk membentuk karakter anak
dengan memperhatikan: perasaan anak, memberi tanggung jawab, beri bantuan dalam
kondisi darurat, dan tumbuhkan rasa percaya diri.
Bab: 3. “Berilah Hasratnya Motivasi”
(Motivate His Desire)
Subbab: Hati yang Hidup Dinamis
• Seperti apa anak kita adalah bagaimana ia dibentuk oleh pikiran kita.
Label yang diucapkan orangtua kepada anak akan membentuk pola pikir pada diri
anak. Oleh karenanya, orangtua dituntut piawai untuk menggali hal-hal positif
yang dimiliki anak, dan sampaikan dengan ungkapan kejujuran dan penuh harapan.
Karena setiap manusia memiliki kebutuhan akan motivasi dan sanjungan dari orang
lain. Tetapi perlu diingat, bahwa seseorang yang menggantungkan harga dirinya
kepada orang lain pasti akan kehilangan harga dirinya jika orang lain yang
diandalkannya itu “menghilang”.
Subbab: Motivasi dalam Kehidupan
Setiap manusia selalu membutuhkan pujian. Orangtua dan pendidik mesti peka
terhadap capaian anak yang patut mendapatkan apresiasi. Namun begitu, tak semua
pujian akan memberikan dampak baik.
Seperti apa dan kapan pujian itu diberikan agar menjadi sugesti positif?
Pujian dapat diberikan ketika muncul perilaku positif dari diri anak.
Sedangkan waktu terbaik memberi motivasi dan pujian adalah sesegera mungkin
setelah anak melakukan perbuatan baik, waktu yang memungkinkan untuk itu, dan
ketika anak sedang berusaha keras melakukan sesuatu.
Semua itu patut dilakukan dengan disertai nasihat yang bersih dari umpatan
dan makian, termasuk seandainya kita melihat sesuatu yang buruk pada diri anak
kita.
Kita pun harus berhati-hati dalam memuji anak-anak kita agar pujian yang kita
berikan tidak membuat mereka merasa tidak perlu memperbaiki apa yang telah
mereka lakukan.
Pujian yang tepat sasaran memiliki syarat:
- Tujukan pujian kepada perilaku, bukan pribadinya;
- Sebutkan juga alasan yang membuat perbuatan anak Anda patut dipuji.
Sisi balik dari itu, ketika kita dapati prestasi anak menurun, jangan
terburu untuk memvonis. Telusuri sebab-sebabnya. Di saat seperti itu, seni
mengkritik pun sangat perlu dipelajari dan dilatih; kritik yang tetap menjaga
kewibawaan, keoptimisan, dan tanpa melukai hati anak.
“Sebaik-baik hamba adalah
‘Abdulloh seandainya ia melakukan sholat malam.” (Rosululloh SAW kepada ‘Abdulloh bin ‘Umar)
Pemberian motivasi pun harus dilihat dari aspek kebermanfaatannya atau
dampak bagi keberlanjutan mental anak. Motivasi yang mengakibatkan
ketergantungan anak karena berharap imbalan dari prestasi yang ia capai, akan
merusak masa depannya. Sedangkan motivasi yang berdampak positif tak mesti
diwujudkan dalam bentuk materi.
Bab: 4. “Berilah Apresiasi Atas
Usahanya” (Appreciate His Efforts)
Subbab: Apresiasi= Motivasi Terkuat
Dalam kondisi tertentu, pujian memang sama sekali tidak berguna. Salah satu
cara mendidik terbaik adalah dengan memberikan apresiasi (penghargaan) dengan
menunjukkan perhatian kita terhadap apa yang mereka lakukan.
Metode Rosululloh SAW saat memberi apresiasi dengan menghadapkan seluruh
tubuh ke arah orang orang yang beliau ajak bicara, simak sampai tuntas (tidak
memotong penuturan), dan berikan respons positif sepanjang lawan bicara sedang
berbicara.
Pada anak, kita tidak mengenyahkan pendapat mereka atau menganggap remeh
usaha yang telah mereka lakukan. Sebagai gantinya, kita harus mengarahkan
pendapat mereka dan menghargai usaha mereka.
Pujian yang paling baik dan paling mengena adalah pujian yang membuat orang
yang dipuji menjadi dapat merasakan harkat dirinya.
Kapan waktu untuk kita memberikan apresiasi? Lakukan perubahan itu dari
yang kecil. Tak perlu menunggu prestasi anak yang besar untuk kita memberikan
apresiasi. Mulailah dari hal-hal kecil.
Ingat, hendaknya semua
ungkapan yang kita gunakan untuk memberi motivasi kepada anak adalah ungkapan
terbaik yang dapat kita sampaikan. Jauhi semua kata-kata buruk!
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
- Tidak mengkritik secara frontal;
- Pilih waktu dan tempat yang kondusif untuk menyampaikan teguran;
- Tidak kehilangan kontrol emosi saat menyampaikan teguran;
- Memulai semua dengan pujian dan apresiasi tulus;
- Jika terpaksa memberi hukuman, harus terukur dan tetap dalam kaidah bahwa hukuman dalam rangka perbaikan;
- Puji prestasi anak sekecil apapun.
Lakukan terus perbaikan dalam mempraktikkan apresiasi terhadap anak. Tetap
optimis dan jangan terjebak pada bayangan debu-debu kegagalan.
Subbab: Jika Anda Ingin Dipatuhi
Salah satu bukti kecerdasan seorang pendidik adalah dengan mengetahui
segala potensi anak-anaknya. Tujuannya adalah agar sang pendidik hanya menuntut
apa yang bisa mereka lakukan sehingga mereka tidak terperosok ke dalam
kemaksiatan.
Hubungan antara pendidik dengan anak didik harus dibangun atas tiga
kondisi:
- pendidik memberi perintah dan larangan yang mengandung kemaslahatan bagi anak didik.
- pendidik memberi apresiasi atas ketaatan yang dilakukan anak didik.
- pendidik sadar bahwa anak didik bisa patuh dan bisa menolak perintah sang pendidik.
Ketika seorang pendidik meminta anak melakukan sesuatu yang rumit,
hendaklah ia membagi permintaannya menjadi beberapa tahapan.
Salah satu cara untuk mengurangi kenakalan sekaligus menambah kepatuhan
anak adalah dengan memberi kesempatan kepadanya untuk memilih pekerjaan yang
harus didahulukannya dan dengan memberi beberapa pilihan agar si anak dapat
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kadar kemampuannya.
Beberapa bentuk kebijaksanaan dalam berinteraksi antara kita dengan anak:
- Melatih anak dengan sesuatu yang bisa dilakukannya.
- Melatih anak secara bertahap.
- Tidak menghina ketika anak melakukan kesalahan.
Jika anak melakukan kesalahan, berusahalah untuk menjelaskan kesalahan yang
dilakukannya dengan tenang lalu mintalah ia memperbaiki kesalahannya itu pada
kesempatan yang lain.
Jangan sekali-kali kita memandang negatif terhadap anak kita. Jangan suka
membesar-besarkan keburukan mereka dan jangan suka mengecilkan kebaikan yang
mereka lakukan.
Bab: 5. “Berilah Ia Informasi” (News Him)
Subbab: Sekolah Kehidupan
Untuk menanamkan nilai-nilai moral, orangtua dapat menuturkan pengalaman
hidupnya sendiri atau orang lain kepada anak dengan tetap menghindari
penyampaian bahasa yang tidak terkontrol. Dari sana, anak akan belajar
bagaimana generasi pendahulunya mengambil sikap dan keputusan di saat menghadapi
situasi yang diceritakan.
Menekankan risiko menyepelekan suatu hal atau akibat kesombongan dapat
diambilkan dari peristiwa perang Hunain. Bahayanya fitnah dapat diambil dari
kisah haditsul ifki. Tentang nilai
kemanusiaan dan ukhuwah, dapat diangkat kisah genosida terhadap kaum muslimin
di Bosnia Herzegovina. Atau disampaikan kisah perjalanan hidup Sayyid Quthb saat
berinteraksi dengan Al-Quran.
Dengan segala kisah nyata yang disampaikan kepada anak, hal itu akan
melatih anak untuk berpikir rasional.
Subbab: Jadilah Penutur Cerita,
Bukan Tukang Perintah
Cerita dapat berpengaruh pedagogis kepada anak melalui jalan keterlibatan
emosional dan memposisikan penutur masuk dalam karakter cerita.
Beberapa prinsip dalam bercerita:
- Memilih waktu yang tepat, yaitu saat pikiran sedang rehat;
- Pilih kisah yang sesuai tingkat kematangan otak anak;
- Membacakan kisah penuh keseriusan dan penghayatan dengan memainkan gestur dan intonasi suara; dan
- Memberi motivasi agar anak berani bertanya atau menanggapi terkait isi cerita.
Selesai bercerita, lakukan langkah evaluasi dengan:
- Meminta salah satu di antara mereka menyampaikan ringkasan cerita di hadapan teman-temannya;
- Meminta salah seorang di antara mereka menyampaikan hikmah dari cerita; dan
- Meminta anak mengajukan pertanyaan terkait cerita.
Bab: 6. “Latihlah Ia” (Train Him)
Subbab: Tanggung Jawab Mengembangkan
Kepribadian
Pada tahap usia tertentu —setelah ia dididik dengan beragam arahan yang
mendewasakan, umumkanlah kedewasaan anak kepada khalayak. Beri kepercayaan
kepada mereka untuk ikut andil memberikan penilaian atas beberapa kebutuhan
rumah. Mintakan pendapat kepada mereka terkait benda-benda yang akan di beli.
Beri kesempatan mereka untuk mewakili orangtua dalam menyelesaikan urusan
tertentu. Memberi kebebasan kepada anak sama halnya menumbuhkan rasa tanggung
jawab.
Jangan berusaha mengajarkan hikmah kepada anak atau menghalanginya dari
kegagalan setelah melakukan sesuatu. Beri kesempatan ia agar mengecap kehidupan
dunia secara nyata, agar ia dapat memetik sendiri hikmah yang terkandung dari
setiap tindakan yang ia lakukan.
Setiap kesempatan yang kita berikan kepada anak untuk memilih dan
bertindak, sekecil apapun kesempatan yang kita berikan itu, sebenarnya itu
memadamkan api pembangkangan yang ada di dalam diri anak
Untuk anak yang ditanya seseorang tetapi hanya diam karena malu, jangan
sekali-kali kita mengambil posisinya untuk menjawab. Tetapi dampingi ia dengan
pertanyaan dari pengalamannya tempo hari agar ia terstimulasi untuk berani
berbicara —meski sedikit-sedikit— agar ia tidak menjadi semakin pasif.
Beberapa trik Rosululloh SAW untuk memperkuat tekad anak adalah dengan
membiasakan anak untuk mampu menjaga rahasia dan membiasakan anak untuk
berpuasa. Sedang untuk memupuk kepercayaan sosial, Rosululloh SAW sering
membawa anak-anak menghadiri majelis-majelis Rosululloh SAW.
Subbab: Latihan Menumbuhkan
Kecermatan
Lalu bagaimana cara menumbuhkan kecermatan kepada anak?
Tentu ini membutuhkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional mendorong
seorang anak untuk dapat memahami kondisi emosional atau perasaan mereka dengan
sebuah tingkat pemahaman yang membuat mereka mampu membuat keputusan dan
mengatur kepribadian mereka dengan cara yang lebih baik.
Melatih intuisi dan adab, anak harus dioptimalkan latihan pada otak bagian
depan _(frontal lobe)_. Dan mengajak serta mengajari anak pada hal-hal praktis
akan lebih dapat mematangkan akal dan emosional anak.
Subbab: Mengandalkan Orang Lain=
Berkubang dalam Ketidakmampuan
Sebagai orangtua yang tak mau mewariskan anak-anak yang lemah dan manja,
harus berani mengatakan “Tidak!” kepada sikap sayang terhadap anak yang
berlebihan. Berikan kepercayaan dan tanggung jawab pada anak terkait pekerjaan
harian rumah dan sekolah. Sebab jika anak tak dibuat mandiri, maka ia akan
tumbuh dalam keadaan tak mau peduli terhadap perasaan orang lain, tak
menghormati orang lain, dan berbuat semaunya.
“Anak-anak kita tidak akan pernah dapat menikmati indahnya pemandangan di
ketinggian puncak pegunungan, jika mereka tidak pernah merasakan betapa
susahnya mendaki lereng gunung yang terjal.”
Bab: 7. “Bukalah Matanya” (Open His Eye)
Subbab: Mencetak Insan yang Sholih
Hal terpenting yang harus kita yakini, bahwa urgensi pendidikan bukanlah
menduplikasi watak dan perilaku kita pada anak.
Membangun akidah sama halnya membangun akhlak pikiran, akhlak jiwa, dan
akhlak perilaku. Tujuan menanamkan akidah adalah memurnikan penghambaan hanya
kepada Alloh saja.
Namun begitu, mendidik anak mengenal dan perilaku berbudaya pun sangat
penting. Karena dari sana akan lahir keindahan kepribadian pada diri anak.
Tentu saja anak memiliki kultur lingkungan yang kompetitif, lingkungan yang
materialistik. Oleh karenanya, sangat penting memberikan pemahaman mendasar
tentang hakikat pendidikan, hakikat hidup, dan hakikat rezeki. Bahwa setiap
insan telah ditakdirkan jatah rezekinya, tanpa perlu memetik dengan cara-cara
nista.
Dalam kehidupan sosial, modal kepribadian yang bersih dari prasangka, gemar
membaca dan belajar, membelanjakan harta seperlunya, dapat mengendalikan diri,
akrab dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, disiplin dalam urusan seksual,
sabar, menjaga sholat, sebisa mungkin berlaku jujur, rendah hati, dapat menjaga
rahasia merupakan perhiasan diri yang diidamkan siapapun.
Subbab: Lemah Lembut kepada Anak
Membangun pribadi anak yang berjiwa tenang dan matang dalam emosional, tak
lepas dari metode mendidik orangtua. Salah satunya adalah bimbingan yang
bertujuan menanamkan pemahaman, bukan dengan pendekatan menghakimi anak. Bahwa
nasihat dan bimbingan haruslah mengedepankan kasih sayang. Tentu saja
pendidikan kepada anak harus dengan bertahap.
Yang perlu dicatat selaku orangtua maupun pendidik, bahwa semua kemarahan
dalam proses pendidikan akan berakhir dengan penyesalan. Oleh karenanya,
pertimbangkan dengan matang ketika mulai datang rasa ketidakpuasan yang
mengarah kepada kemarahan.
Subbab: Perbaikan Bukan Berarti
Hukuman
Berlaku keras dalam pendidikan adalah suatu keniscayaan. Terlebih suasana
hati orangtua tak pernah mendapat jaminan selalu stabil pada kesabaran.
Pada kondisi-kondisi tertentu, biarkan anak mengeksplorasi kemandiriannya
dengan mengambil keputusan yang jelas ada konsekuensi alami ketika dia
memutuskan sesuatu. Di sisi lain, anak perlu juga diberikan batasan-batasan
pada beberapa hal yang menjadi kesenangan dia.
Yang menjadi bagian penting dalam membuka cakrawala berpikirnya, bimbing
anak untuk analitis sehingga tidak serta merta menyalahkan pihak lain atas
kegagalannya. Pada hal-hal tertentu, memukul bagian tubuh yang tidak menambah
beban psikologis (muka, tangan, kaki) merupakan pilihan terakhir orangtua dalam
metode mendidik anak.
Bab: 8. “Pahamilah Keunikannya” (Understand His Uniqueness)
Subbab: Anak Anda Bukanlah Anda
Ajaklah bicara anak sesuai dengan kadar pemahaman anak. Karena banyak hal
dalam nilai-nilai kehidupan yang belum dipahami anak dibandingkan orangtuanya.
Oleh karenanya, memahamkan anak disebabkan ‘kesalahan’-nya perlu disampaikan
dengan baik sangka, sabar, dan menuntun. Dan tak kalah penting adalah pahami
keputusan mereka yang kita anggap ‘salah’.
Maklumilah jika anak melakukan kesalahan. Sebab, secara umum pun setiap
manusia pasti melakukan kesalahan. Manusia yang dianggap memiliki kekuatan
terbatas pun akan merasa bosan pada sesuatu yang di luar kemampuannya.
Setiap periode usia miliki karakter masing-masing. Oleh karenanya, perilaku
aktif anak tidak semestinya selalu kita komentari dan kita kritik. Sebab, ia
sedang mengeksplorasi kemampuan diri dan lingkungannya. Oleh karenanya,
nikmatilah kreativitas anak.
Subbab: Anak adalah Sosok yang Unik
Saat kita mengamati anak-anak, akan tampak bahwa kemampuan mereka variatif
dan cara masing-masing dari mereka unik. Banyak di antara kita yang salah dalam
menangani kemampuan tersebut dan tidak memperhatikan keunikannya. Lalu kita
memperlakukan mereka dengan cara yang sama dan memaksa mereka untuk menjalani
semua yang menjadi tradisi di masyarakat.
Padahal semua keunikan pada setiap manusia adalah sunnatulloh. Pendidik
akan mampu memberi pemahaman setelah mengetahui jalan masuk yang tepat. Setiap
jenis karakter memiliki jalan masuk yang berbeda. Anak yang sensitif harus
disentuh hatinya, sedangkan anak yang cenderung logis maka harus dengan
pendekatan akal.
Pendidik yang sukses adalah yang membuka ruang untuk perbedaan kepribadian,
perilaku, dan pemikiran serta perbedaan ambisi. Seorang anak bukan duplikat
saudara, orangtua, atau pun gurunya. Tetapi ia adalah individu yang tersendiri.
Bab: 9. “Jalinlah Hubungan
Dengannya” (Contact Him)
Subbab: Berkomunikasi dengan Anak=
Kesenangan Sejati
Sesibuk apapun orangtua, senantiasalah luangkan waktu untuk anak. Jangan
jadikan harta pengganti kasih sayang. Jangan berikan anak uang yang ia minta
karena Anda tidak bisa duduk bersamanya. Dengarkanlah keluhan, kesulitan, dan
keinginan mereka.
Berkomunikasi dengan anak dengan kasih sayang adalah suatu perkara yang
sangat penting. Komunikasi ini membawa mereka —dengan izin Alloh— keluar dari
kesalahan menuju kebenaran dan daei kelemahan kepada kekuatan.
Subbab: Canda, Si Payung Pelindung
Jalan membangun komunikasi dan berinteraksi dengan anak salah satunya
dengan canda. Dalam bercanda, tak boleh terselip kata dan perilaku yang kasar,
keras, cacian, dan pembebanan.
Permainan yang memberikan efek pendidikan dalam jiwa anak, memiliki
beberapa hal:
- Orangtua dan pendidik tidak boleh mengintervensi peraturan yang sudah disepakati anak-anak;
- Ikut bermain sewaktu-waktu dalam rangka mengajari atau membuat anak gembira;
- Ajak anak melakukan permainan yang mengoptimalkan fungsi motorik;
- Orangtua dan pendidik ikut bermain bersama anak dari permainan sangat sederhana sampai yang sudah diskenariokan orangtua (edukatif).
Bagi orangtua dan pendidik, bekerja ada kalanya memberikan kepenatan. Maka
berlaku jenaka (bertingkah lucu dan kekanak-kanakan) memberikan dampak
psikologis tersendiri. Hal itu juga menjadi hiburan dan sarana kedekatan
tersendiri untuk anak.
Para sosiolog, psikolog, dan pakar pendidikan sepakat, bahwa gestur, mimik
wajah, dan intonasi suara memiliki pengaruh komunikasi sekitar 83%. Oleh
karenanya, senyuman di wajah orangtua dan pendidik adalah obat mujarab bagi
anak.
“Kalian tidak akan bisa
menguasai orang lain dengan harta kalian. Melainkan dengan wajah ceria dan
akhlak baik kalian.” (HR.
Al-Bazzar)
Subbab: Sikap Kasar Membatalkan
Pendidikan
“Terlibatlah dan habiskan waktu bersama anak.” Kita sering membahayakannya
dengan “quality time”. Celetukan negatif
atau keterlepasan kekasaran beberapa kali ketika berinteraksi dengan anak,
cukup untuk meruntuhkan kepercayaan dan kedekatan kita dengan anak. Maka
berhati-hatilah.
Terlebih dengan keadaan orangtua yang sedang berselisih, perbantahan di
antara keduanya adalah konsumsi orang dewasa yang intonasi serta pemilihan
katanya sering kali tak terkendali. Di mana ia menerima hal-hal yang berlainan,
juga standar nilai yang berbeda-beda. Dan ini sangat mempengaruhi
tumbuh-kembang psikologi anak.
Bagi ayah —yang identik dengan bekerja di luar rumah, pentingkan
berinteraksi dengan anak. Posisikan kita jadi teman mereka. Sebab langkah
tersebut dapat menghancurkan aneka penghalang yang mencegah anak untuk berterus
terang kepada orangtua tentang segala hal dalam kehidupan mereka, serta membuat
anak benar-benar merasakan cinta dan kasih sayang orangtua kepada mereka.
Jangan sampai ketidakdekatan kita —selaku orangtua— menjadi sebab anak
menyandarkan diri dan sifatnya kepada orang lain. Ibarat menyandarkan tangga ke
dinding yang salah.
Bab: 10. “Hargailah Ia” (Honour Him)
Subbab: Dan Sesungguhnya Telah Kami
Muliakan Anak-anak Adam
Sebelum dilahirkan kan pun, bayi sudah tergolong “anak-anak Adam”.
Sementara dalam Al-Quran surat Al-Isro’ ayat 70 Alloh telah memuliakan
anak-anak Adam. Oleh karenanya, kita harus menghormati “kemanusiaan” dalam diri
anak.
Sesuai fitrohnya, manusia cenderung kepada orang yang menganggapnya mulia.
Anak haus akan pengakuan dan penghormatan. Rasa dahaga inilah penggerak
banyak aktivitas dan kegiatannya. Anak yang tumbuh dengan pengakuan dan
penghormatan menjadi manusia yang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya
dengan benar.
Anak yang tumbuh dewasa dalam peremehan dan olok-olok terhadap pribadinya
kelak dewasanya tak mampu bertindak merdeka dan tidak berkepribadian kokoh.
Anak sangat membutuhkan sentuhan hangat dan perhatian. Oleh karenanya,
kehadiran cinta makin melengkapi pendidikan anak.
Anak yang gembira akan tumbuh kepercayaan diri padanya. Gembira sendiri
didasari oleh rasa aman dan tenang. Hal ini akan menghancurkan belenggu
dirinya.
Subbab: Pendidikan yang Memerdekakan
Banyak orangtua merasa bangga anak-anak mereka tidak pernah membangkang
perintah mereka dan tidak pernah melakukan sesuatu tanpa meminta pendapat
mereka terlebih dahulu. Padahal semua itu justru langkah menyiapkan anak -anak
mereka hanya menjadi pelaksana bagi ide orang lain. Sikap otoriter dan menutup
pintu kebebasan bagi anak-anak sebenarnya adalah pendidikan yang mengubur
kepribadian mereka hidup-hidup dan menghancurkan semangat penemuan dan pembaruan
mereka.
Kekuasaan orangtua atas anak-anaknya adalah kekuasaan untuk membimbing anak
agar bisa menggunakan kefitrahan mereka dengan berusaha memperkenalkan
keburukan dan kebaikan yang terkandung dalam berbagai hal dan peristiwa.
Ciri permulaan keberhasilan pendidikan adalah kita menaruh perhatian pada
kemerdekaan anak, tidak berinteraksi dengannya seolah-olah ia perangkat untuk
mewujudkan kebutuhan kita karena interaksi semacam ini hanya menelurkan
jiwa-jiwa yang remuk dan kehidupan yang tercerai-berai.
Subbab: Budak Tidak Membuat
Peradaban
Anak yang tumbuh dalam tekanan-tekanan, kecil kemungkinan untuk membangun
peradaban. Sedangkan untuk memotivasi dirinya sendiri pun, ia tak mampu. Oleh
karenanya, mendidik anak-anak yang berkarakter sekaligus berjiwa merdeka adalah
sebuah kebutuhan bagi sebuah kekuatan dan harapan bangsa-bangsa.
“Alloh mengirim kami untuk
mengeluarkan siapa yang Dia kehendaki dari penyembahan kepada sesama hamba
menuju penyembahan kepada Alloh semata. Dari kesempitan dunia menuju
keluasannya. Dari kedustaan agama-agama menuju keadilan Islam.” —Rib’i bin Amir
Bahkan —jika pun terjadi, melarikan diri adalah dalam rangka menentang
kediktatoran; memperjuangkan kemerdekaan.
Jiwa yang merdeka senantiasa memiliki prinsip yang kokoh, mengutamakan
ketercapaian keadilan dan kesejahteraan, visi yang jauh ke depan tentang
penghambaan kepada satu-satunya sesembahan; Alloh.
“Bagaimana kalian bisa
menjajah manusia padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka?” —‘Umar bin Khoththob
#Selesai
Bibliografi
Judul buku: Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita
Penulis: Dr. Muhammad Muhammad
Badri
Tebal: xxviii+896 hlm.
Genre: Parenting
Cetakan: III, Mei 2015
ISBN: 978-602-7545-03-8
Penerbit: Daun Publishing; Bekasi
0 Komentar