Jika disebut “Tatar” atau
“Tartar”, memori kolektif kita akan tertuju pada sebuah bangsa di utara China
yang sekarang wilayahnya disebut Mongolia yang di masa kejayaannya, bangsa
Tartar memiliki identifikasi wilayah kekuasaan terluas dan juga kebengisannya
saat melakukan invasi.
Tanpa menunjukkan tanda-tanda
kebangkitannya, bangsa nomaden ini tiba-tiba muncul seperti air bah pada Abad
Pertengahan (1200-an) dan menyapu beberapa imperium di sekitarnya; China,
Rusia, dinasti Abbasiyah (Baghdad), dan dinasti Ayyubiyah di Syam. Secara
keseluruhan, wilayah taklukan bangsa Tartar ini dari Korea hingga Iran, dari
Siberia hingga Laut China Selatan.
Sebagian dunia (terutama negeri
taklukan) mengalami kebengisan dan daya rusak yang belum pernah diimajinasikan
oleh manusia di masa itu oleh bangsa Tartar dari sejak kepemimpinan Jenghis
Khan (Temujin), Odagai Khan, dan tiga bersaudara cucu Jenghis Khan; Mongke,
Hulagu, dan Kubilai.
Pada awal-awal invasi, bangsa
Tartar memang tak memiliki etika dalam berperang. Bahasa yang mereka kenal
hanya penghancuran. Hanya ada beberapa negeri yang dipenuhi jaminan keamanannya
oleh bangsa Tartar. Itu pun setelah beberapa imperium mereka bumi hanguskan
dengan pertimbangan strategi simpati. Kekejian mereka tak pernah dibayangkan.
Ahmad Musthofa Al-Maroghi dalam tafsir kitabnya menyebutkan, bahwa bangsa
Tartar-lah yang dimaksud oleh Al-Quran surat Al-Kahfi dan Al-Anbiya’ sebagai
perwujudan Ya’juj dan Ma’juj itu. Artinya, masa kemunculannya sudah terjadi.
Yang menarik dari paparan Prof. Raghib
terbitan @pustaka.alkautsar ini adalah sikap dan langkah pemimpin-pemimpin
negeri Islam —yang memang menjadi target pemusnahan bangsa Tartar yang didukung
oleh pasukan Salib— ketika menghadapi invasi pasukan Tartar.
Baghdad. Sebuah daulah yang megah,
keropos dalam hal ruh keimanan. Seluruh punggawa hingga tokoh agama dapat
ditarik ke luar benteng kedaulatan dan dibantai secara ‘gratis’ oleh tentara
Hulagu Khan. Kotanya dijarah dan dibumihanguskan, rakyatnya dicacah dan
dinista, hingga penguasanya; Al-Musta’shim, diarak dalam kota dengan sangat
hina karena tak kuasa membela kehormatan kekholifahan dan rela tunduk tanpa
perlawanan. Di mana akhir hayatnya pun tak elegan; dihujani tendangan oleh para
tentara Tartar.
Sejarah negeri Islam diwarnai
kisah penguasanya yang melarikan diri dari serbuan Tartar yang berakhir mati
dalam pengasingan, dan ada pula yang melarikan diri dari serangan Tartar
kemudian kembali setelah beberapa waktu dan berkoalisi dengan pasukan Salib
untuk melawan Tartar. Ironinya, penguasa Ayyubiyah di Syam berkoalisi dengan
pasukan Salib untuk menyerang daulah Al-Ayyubiyah Mesir —yang berikutnya
dikuasai daulah Mamlukiyah. Nyaris semua wilayah Islam tak memberikan
perlawanan sama sekali.
Akhir kedigdayaan Tartar ditandai
dengan perlawanan Saifuddin Quthuz dari daulah Mamlukiyah dan Tartar mengalami
kekalahan telak di ‘Ain Jalut (utara Al-Quds).
Di akhir buku, Prof. Raghib
merangkumnya dalam bentuk kronik, dan juga dijelaskan dengan ringkas biografi tokoh
dan ulama dalam buku ini.
Ada beberapa catatan saya setelah
membaca buku terjemahan karya Prof. Raghib ini, yakni banyaknya koreksi dari
sisi penulisan (PUEBI). Ada pula ketidakkonsistenan dalam penulisan kata dan
juga penulisan nama (antara Ogadai dan Ogatai, antara Kiok, Kabuk, Kaboka, dan
Kitbuqa). Selain itu, pihak editor dari penerbit @pustaka.alkautsar yang tidak
teliti menuliskan bab (tidak ada bab 8).
Sedangkan komentar saya terhadap
tulisan beliau ini adalah tutur bahasanya terlalu emosional. Salah satunya,
banyak menggunakan tanda baca “!?” yang tidak tepat. Bahkan nyaris di semua
bab, beliau memenggal kisah kemudian beliau komentari. Bagi saya, ini
mengganggu narasi kisah yang mestinya dituturkan secara objektif.
Terima kasih untuk Komunitas Gila
Baca Indonesia.
Resume Buku
Bab: Pendahuluan dan 1. Kemunculan Tartar
• Kekuatan Tartar
(atau lebih lazim disebut Tatar) muncul pada awal abad ke-7 hijriyah (603) atau
sekitar Abad Pertengahan dalam konversi kalender Masehi (1206) di Mongolia
dengan Jenghis Khan sebagai pemimpin pertamanya; nama kecilnya Temujin.
• Kondisi peradaban
dunia di saat itu: adanya dinasti Abbasiyah di Baghdad yang jadi seteru dengan
imperium Byzantium, dinasti Al-Ayyubi di Mesir, Syam, Hijaz, dan Yaman, dinasti
Al-Muwahhidun di Maghrib dan Spanyol, dinasti Khowarizmi di China sampai Iran
yang berseteru dengan kerajaan Al-Kurj di Georgia, dinasti Al-Gauri di India,
dinasti Ismailiyah di Persia (sebagian Iran), dinasti Saljuk Romawi di Turki
yang jadi seteru kerajaan Armenia.
• Wilayah
kekuasaan Jenghis Khan membentang dari Korea hingga Iran. Dari Siberia sampai
Laut China Selatan.
• Keagamaan
bangsa Tartar yang nomaden ini sangat unik. Mengkomparasikan ajaran Islam,
Kristen, Buddha, dan pagan dalam sebuah buku berjudul Yasik.
• Profil pasukan
Tartar: gesit, terorganisir, kekuatan militer besar, kuat, pemimpinnya cerdas,
kejam, eksklusif, merekalah representasi hukum.
• Ada upaya kaum
Salib melobi bangsa Tartar untuk menginvasi dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Bab: 2. Serangan Tartar Gelombang Pertama
• Jenghis Khan
sadar, bahwa untuk bisa merebut dinasti Abbasiyah, ia butuh pangkalan pembantu
sekitar Baghdad. Ia memilih dinasti Khowarizmi sebagai ‘mitra’. Tetapi Jenghis
Khan punya agenda tersembunyi bagi dinasti Khowarizmi; menaklukkan dinasti
Khowarizmi.
• Jenghis Khan
pun berusaha merebut dinasti Khowarizmi. Muhammad bin Khowarizmi Syah sangat
panik karena _support system_ di dalam pemerintahannya tidak maksimal. Bahkan
Khowarizmi sendiri lebih memilih memikirkan keamanan dan keselamatan diri dan
keluarganya sekaligus mengabaikan keamanan rakyatnya. Oleh karenanya, dinasti
Khowarizmi dapat dengan mudah direbut disebabkan akhlak penghuninya kurang terpuji.
• Jenghis Khan
melakukan pengepungan terhadap Bukhoro (tempat lahir perowi hadits terkemuka;
Imam Bukhori; sekarang di bawah wilayah Uzbekistan) pada 1220, sedangkan
Muhammad bin Khowarizmi tidak ditempat.
• Pada kondisi
tersebut, penduduk Bukhoro terpecah sikap; melawan dan damai; terhadap
pengepungan Jenghis Khan. Pilihan nekat dipilih untuk berdamai dengan Jenghis
Khan. Penduduk pun merasa percaya dengan keputusan Jenghis Khan akan jaminan
keamanan di bawah penguasaan Tartar. Pada kenyataannya, penduduk Bukhoro masuk
perangkap besar Jenghis Khan. Pembantaian, kebiadaban, dan pemusnahan tak
berperikemanusiaan dilakukan pasukan Jenghis Khan. Mereka juga menawan umat
Islam yang dianggap layak jadi tawanan.
• Fungsi tawanan
bagi Tartar salah satunya sebagai perisai dan martir dalam penyerbuan ke
wilayah lain. Mereka dapat tiba-tiba dibunuh oleh Tartar di depan gerbang musuh
sebagai bentuk _psywar_.
• Setelah
menghajar Bukhoro —masih di tahun yang sama, Samarkand mendapat giliran
berikutnya. 70.000 tentara Samarkand dipancing keluar kota dan dibantai melalui
strategi jebakan.
• Samarkand
mengulang derita yang dialami Bukhoro.
• Jenghis Khan
mengutus 20.000 tentaranya untuk memburu dan membunuh Muhammad bin Khowarizmi
di Urganda; tempat bertakhtanya Muhamamad bin Khowarizmi Syah. Kedatangan
pasukan Tartar yang berhasil menyeberani sungai besar iu pun memaksa Muhammad
bin Khowarizmi Syah mengambil keputusan melarikan diri. Daerah yang ia tuju:
Naisabur (sekarang masuk wilayah Iran), Mazandaran, Ar-Roy, Hamadzan,
Thobaristan, kemudian menyeberangi Laut Kaspia. Muhammad bin Khowarizmi Syah
pun meninggal beberapa hari setelah selamat sampai di pulau tengah Laut Kaspia.
• Ketiadaan
bersatunya kekuatan umat Islam saat itu untuk menghadapi pasukan Tartar, tak
lepas dari pribadi dan profil kepemimpinan Muhammad bin Khowarizmi Syah yang eksklusif
dan lebih memilih menyingkirkan pemimpin negeri taklukannya dibanding untuk
kerjasama.
• Pasukan pemburu
Khowarizmi Syah terpisah 650 km dari pasukan inti Jenghis Khan, dan gagal
menangkap dan membunuh Khowarizmi Syah. Mereka beralih target dengan
menaklukkan Mazandaran dan Ar-Roy dengan derita yang sama di daerah taklukan
Tartar lainnya.
• Wilayah
berikutnya yang ditaklukkan pasukan kecil Tartar adalah Azerbaijan, Armenia,
dan Georgia.
• Di sisi Jenghis
Khan, ia melancarkan penaklukan ke Khurosan, kemudian ke Turkmenistan.
• Pasukan ‘kecil’
Tartar melanjutkan invasi ke Afghanistan. Sebuah kota yang dikuasai anak
Muhammad bin Khowarizmi Syah; Jalaluddin.
• Di Afghanistan
ini, pasukan ‘kecil’ Tartar menghadapi koalisi pasukan Jalaluddin dengan
Saifuddin Baghraq dari Turki dengan 30.000 pasukan, tentara Khowarizmi yang
sempat menyelamatkan diri sejumlah 60.000 pasukan, Malik Khan dari Herat.
Pasukan ‘kecil’ Tartar kalah di pegunungan Balq; wilayah Ghozna.
• Setelah
peristiwa itu, Jalaluddin mengirim surat tantangan kepada Jenghis Khan. Kali
ini, medan tempur yang dipilih di Kabul yang dikelilingi pegunungan.
• Kemenangan
pasukan Islam di Kabul atas pasukan Jenghis Khan menimbulkan polemik baru
antara Saifuddin dengan Malik; pembagian ghonimah yang tidak adil. Bahkan mata
pedang mereka ikut berbicara. Saifuddin Baghraq pun menarik pasukannya dari
koalisi.
• Jenghis Khan
mengirim pasukan dua kali lipat yang pertama. Jalaluddin dengan pasukannya yang
sudah berkurang dan diserang rasa ketakutan, melarikan diri ke India; wilayah
seteru Jalaluddin. Sebelum menyeberang sungai Sind, dua pasukan ini semoat
bertempur selama tiga hari dan banyak berguguran tentara di kedua belah pihak.
Masa gencatan senjata digunakan Jalaluddin untuk melarikan diri ke India.
Afghanistan jatuh ke tangan Jenghis Khan. Jalaluddin menggalang kekuatan di
wilayah dinasti Abbasiyah untuk menyerang An-Nashir yang lemah. Merasa
terancam, An-Nashir meminta bantuan pasukan Tartar.
• Masuk tahun 618
H, pasukan Tartar memasuki Azerbaijan; kota yang dipimpin seorang wanita yang
pada kemudian hari dinikahi putra Mughitsuddin Thughrul Syah bin Kilij Arselan;
penguasa Anatolia; setelah sang ayah menyuruhnya pindah agama menjadi Kristen
demi memenuhi syarat wanita penguasa Al-Kurj di Azerbaijan itu. Setelah
beberapa waktu, sang istri selingkuh dengan bawahannya dan mengurung suaminya
ditempat yang jauh.
• Azerbaijan
digempur pasukan Jenghis Khan dan diluluhlantakkan bangsa Tartar seperti
biasanya.
• Pasukan Tartar
beralih ke Irak. Kholifah An-Nashir Lidinillah dari dinasti Abbasiyah hanya
mampu mengumpulkan 800 pasukan saja untuk menghadapi pasukan Tartar! Hal ini
disebabkan kezholiman dan pemerintahannya yang korup.
• Dinasti
Abbasiyah menarik mundur pasukannya karena alasan kalah jumlah, tetapi langkah
ini dibaca pasukan Tartar sebagai bentuk strategi perang untuk menjebak! Karena
secara logika, dinasti Abbasiyah terkenal dengan keluasan wilayah dan kekuatan
militernya. Jenghis Khan pun menarik mundur pasukan.
• Pasukan Tartar
beralih ke Hamadzan dan Ardawil (Iran). Dan dua wilayah itu pun
dibumihanguskan.
• Masih di Iran,
pasukan Tartar mengepung Tabriz. Semangat jihad yang digelorakan Syamsuddin
Ath-Thughro’i kepada pasukan kecilnya menggentarkan mental tentara Tartar. Dan
mereka membatalkan penyerangan.
• Bailaqon di
Iran, luluh lantak oleh pasukan Tartar.
• Di Kanjah,
pasukan Tartar mengurungkan niat menyerang karena penduduknya mengambil sikap
siap berjihad.
• Dagestan dan
Chechnya digilas tentara Tartar.
• Wilayah barat
daya Rusia yang Kristen tak luput dari pembinasaan pasukan Tartar di akhir 618
H.
• Tahun 619 H,
bangsa Tartar menancapkan kukunya di Kazakhstan, Qirghistan, Tajikistan,
Uzbekistan, Turkmenistan, Pakistan (kecuali provinsi Karman), Afghanistan,
Iran, Azerbaijan, Armenia, Georgia, dan barat daya Rusia.
• Di tahun 620 H,
invasi tentara Tartar ke Rusia disebut sukses, kecuali pada wilayah Bulghar
(bukan Bulgaria) di mana tentara Tartar dihancurkan.
• Penguasa Iran
utara, barat, dan selatan; Ghiyatsuddin bin Muhammad bin Khowarizmi Syah; yang
membentengi wilayah dinasti Abbasiyah dengan wilayah kekuasaan Tartar
memobilisasi kekuatan untuk melawan pasukan Tartar.
• Tahun 621 H,
saat Ghiyatsuddin ‘asik’ berperang dengan Sa’duddin bin Dakla memperebutkan
wilayah Persia, divisi kavaleri Tartar berjumlah 3.000 pasukan berhasil
membumihanguskan Ar-Roy, Qum, Qosyan, dan Hamadzan.
• Tahun 622 H,
Jalaluddin —yang sempat melarikan diri ke India— kembali muncul di Khowarizmi
untuk mengambil alih kekuasaannya yang pernah hilang. Gaya kepemimpinan
Jalaluddin berubah total. Ia mengadopsi kekejian bangsa Tartar meski kepada
umat Islam. Ia merebut wilayah barat Khowarizmi yang sempat dikuasai bangsa
Tartar yang saat itu lebih fokus ke wilayah timur.
• Tahun 622-624
H, Azh-Zhohir bi Amrillah bin An-Nashir Liddinillah jadi kholifah Abbasiyah
menggantikan ayahnya. Ia menegakkan keadilan dan ketakwaan seperti Harun
Ar-Rosyid. Usianya sangat pendek dan digantikan oleh Al-Mustanshir billah
sampai 640 H.
• 624 H, Jenghis
Khan meninggal pada usia 72 tahun.
Bab: 3. Serangan Tentara Tartar Gelombang Kedua
• 628 H. Penguasa
Tartar pengganti Jenghis Khan bernama Ogadai. Ia mengontrol Mongolia dan China.
Agenda penyerangan ke negeri-negeri Islam dipimpin oleh Suramajan.
• Kondisi dunia
Islam saat itu sedang dalam pertengkaran tentang eksistensi masing-masing.
Jalaluddin bin Muhammad bin Khowarizmi
Syah dibunuh dalam pelariannya dari tentara Tartar oleh seorang petani.
• 629 H,
Suramajan menguasai utara Persia dan Azerbaijan. Dan selama lima tahun, ia
gunakan untuk meneguhkan eksistensinya.
• Periode 634-649
H, Suramajan menduduki Armenia, Georgia, Chechnya, dan Dagestan.
• Pasukan Tartar
di bawah komando Batu Khan bin Jochi menginvasi utara laut Kaspia dan Rusia.
Berikutnya pasukan ini menguasai Ukraina, Hungaria, Slovakia.
• Pasukan Tartar
di bawah komando Baidar menyerang sebagian Ukraina, Polandia, Kroasia.
• 639 H, Ogadai
Khan meninggal. Takhta diwariskan ke putranya; Kiok bin Ogadai. Pemimpin baru
ini menghentikan ekspedisi penaklukan dan fokus mengelola wilayah taklukan.
•
Kerajaan-kerajaan Kristen Eropa mampu mengatur strategi, bahwa memerangi Islam
itu perang abadi. Sedangkan dengan bangsa Tartar pada masa akan usai. Dan
perkawinan bermotif politik antara Kristen Eropa dengan banhsa Tartar menjadi strategi
bangsa Eropa mengendalikan kekuatan bangsa Tartar.
• 640 H, kholifah
Al-Mustanshir Billah dinasti Abbasiyah meninggal. Digantikan putranya yang tak
paham dunia politik.
• Periode 639-649
H, masa di mana Kristen Eropa —melalui Paus Innocentius IV— berkonsolidasi
dengan pihak Tartar untuk menyerang umat Islam di Mesir dan Syam. Ajakan masuk
Kristen oleh Paus untuk Ogadai merupakan kelancangan Eropa. Lobi politik Eropa
pun gagal.
• Raja Louis IX
dari Prancis tetap mempersiapkan Perang Salib VII ke Mesir pada 646 H. Beberapa
waktu setelahnya, pemimpin Mongolia meninggal dan digantikan istrinya; Ughul
Qimisy; karena ketiga anaknya masih kecil-kecil. Dan ini menjadi preseden
tersendiri terhadap suksesi kepemimpinan di Mongol (dipimpin seorang wanita).
• Tanpa dukungan
Tartar, Louis IX nekat melaksanakan Perang Salib VII ke Mesir pada 647 H.
Pasukan Kristen kalah.
• Penguasa Mesir
dari dinasti Al-Ayyubi; Ash-Sholih Ayyub; tewas. Digantikan istrinya;
Syajaruddur. Syajaruddur menikah dengan komandan militer Mamluk; Izzuddin
Aibak. Berawallah dinasti Mamluk di Mesir.
• Dalam forum
tertinggi Mongol —yang tidak menghendaki kepemimpinan perempuan, terpilihlah
Mongke Khan sebagai pemimpin baru Tartar. Dan keputusan Mongke adalah
melanjutkan invasi ke dunia Islam, terutama dinasti Abbasiyah.
Note:
Terdapat
ketidakkonsistenan penulisan nama pengganti Jenghis Khan antara Ogadai dan
Ogatai. Dan pengganti Ogadai/Ogatai antara Kiok, Kabuk, Kaboka, dan Kitbuqo
padahal pribadinya satu.
Bab: 4. Serangan Tentara Tartar Gelombang Ketiga
• Posisi Mongke
Khan sebagai pemimpin baru Tartar ditopang oleh ketiga saudaranya; Ariq Buqa
yang membantu Mongke di ibu kota, Kubilai Khan memegang pemerintahan sebelah
timur, dan Hulagu (Hulawun/Qolawun) yang memegang wilayah Persia.
• Hulagu Khan
diberi kuasa pada 649 H. Dan dia mempersiapkan diri dan pasukannya —khusus—
untuk menyerang dinasti Abbasiyah selama 5 tahun.
• Demi menggempur
kekholifahan Abbasiyah, Hulagu mempersiapkan empat langkah (selama 5 tahun):
membangun jalur mobilisasi, menjalin hubungan diplomatik dengan Armenia,
Georgia, dinasti Saljuk, perdana menteri Abbasiyah (Mu’ayyiduddin Al-Alqomi),
_psywar_, infiltrasi kebijakan kekholifahan Abbasiyah melalui sekutu di dalam
kekholifahan.
• Hulagu Khan
membangun pangkalan militer di Persia dan Azerbaijan, memblokade Irak dengan
memanfaatkan mitra koalisi, merekrut 1.000 pemanah jitu dari China, membantai
kaum Syi’ah Isma’iliyah yang berpotensi menghalangi.
Bab: 5. Kejatuhan Kota Baghdad
• 656 H. Strategi
Hulagu Khan membagi tentaranya dalam tiga bagian. Bagian pertama di bawah
komandonya bertugas menutup akses Baghdad dari arah timur. Bagian kedua sebagai
sayap kiri di bawah komando Kitbuqo dengan misi menutup akses Baghdad dari arah
tenggara. Bagian ketiga di bawah pimpinan Pigo bertugas menguasai Eropa dan
menutup akses Baghdad dari arah barat.
• Pasukan daulah
Abbasiyah yang dipimpin Mujahiduddin Aibak bergerak ke utara menghadapi pasukan
Pigo. Dengan strategi jebakan, pasukan Aibak dibantai pasukan Pigo.
• Perdana menteri
Abbasiyah dengan patriark Makika ditunjuk kholifah Al-Musta’shim mewakili
dirinya untuk berunding dengan Hulagu Khan.
• Ada kesepakatan
damai antara kedua pasukan; perang diakhiri, dilaksanakannya pernikahan
politik, Al-Musta’shim tetap sebagai kholifah, keamanan Baghdad dijamin Hulagu.
• Meski begitu,
ada syarat yang harus dipenuhi: Al-Musta’shim harus menghancurkan benteng
pelindung, menutup parit pelindung, melucuti senjata, Baghdad di bawah
pengawasan Tartar.
• Meski sudah ada
kesepakatan, Hulagu tak pernah benar-benar berkompromi. Ia segera menyerang
benteng Baghdad dengan manjanik.
Bab: 5. Kejatuhan Kota Baghdad
• Bulan Shofar
656 H, benteng timur Baghdad berhasil dijebol pasukan Tartar. Atas saran
perdana menterinya, kholifah Al-Musta’shim harus menemui Hulagu Khan dengan
ditemani semua pejabat pemerintahan hingga tokoh agama di luar benteng.
• Sebanyak 700
orang menemani sang kholifah. Tetapi yang diizinkan masuk tenda menemui Hulagu
hanya 17 orang untuk membuat kesepakatan, termasuk kholifah. Sisanya, dibantai
sia-sia oleh tentara Tartar.
• Beberapa
klausul keinginan Hulagu kepada kholifah: agar penduduk Baghdad meletakkan
senjata, kholifah harus menunjukkan perbendaharaan berharga daulah dengan
kondisi diborgol, dibunuhnya dua anak lelaki tertua kholifah dan Hulagu menawan
sisa anak kholifah, dan mengumpulkan tokoh-tokoh Sunni dari daftar
Mu’ayyiduddin yang Syi’ah; pengkhianat; untuk dibantai.
• Menyusul
perintah meletakkan senjata, tentara Tartar mendapat perintah dari Hulagu Khan
untuk bebas berbuat atau melampiaskan apapun dalam kota Baghdad.
• Setelah
menyaksikan kebiadaban pasukan Tartar, nasib Al-Musta’shim yang terborgol di
sebatang kayu di akhiri dengan eksekusi unik; ditendang sampai mati. Berakhir
pula daulah Abbasiyah.
• Penjarahan dan
pembunuhan dilakukan pasukan Tartar selama 40 hari kepada kota paling indah dan
megah di muka bumi saat itu; Baghdad. Dalam Tarikh Al-Khulafa’ disebutkan ada
satu juta jiwa penduduk Baghdad yang dibantai pasukan Tartar dari sekitar tiga
juta penduduk. Dan semuanya Muslim. Sedangkan yang beragama Nasrani, dibiarkan
hidup.
• Sekelompok
tentara Tartar merusak dan memusnahkan perpustakaan terbesar, terlengkap, dan
termewah di Baghdad. Ribuan kitab dibuang ke sungai Dajlah hingga kuda pun
dapat menyeberang sungai dangkal dari timbunan kitab yang tercemar tinta hitam
itu.
• Setelah aksi
pemusnahan, Hulagu kHan mengangkat Mu’ayyiduddin Al-‘Alqomi Asy-Syi’i menjadi
gubernur di Baghdad di bawah pemerintahan Hulagu Khan. Tetapi ia tak punya
wibawa bahkan di depan prajurit rendahan Tartar.
• Mu’ayyiduddin
meninggal dalam keadaan depresi. Ambisi kekuasaannya tercapai, kewenangan dan
perintahnya tak dianggap. Dia hanya memiliki rakyat yang mengalami trauma
sangat dalam. Dan putranya diangkat Hulagu menggantikan posisi ayahnya pun
dalam waktu singkat meninggal di tahun itu juga.
Bab: 6. Serangan terhadap Syam
• Setelah 40 hari
menghancurkan Baghdad, Hulagu Khan menarik pasukan besarnya ke Hamadzan Persia.
• Beberapa
wilayah Islam datang menyatakan koalisi dengan Hulagu Khan; Mosul, Turki,
Damaskus.
• Penguasa
wilayah Mayyafariqin (sekarang sekitar Azerbaijan); Al-Kamil Muhammad
Al-Ayyubi; tak mau tunduk kepada Hulagu. Sedangkan Syam yang akan diinvasi Hulagu
harus melalui wilayah Ayyubiyah ini.
• Hulagu Khan
memutuskan menaklukkan Aleppo dan anaknya; Azymuth; menaklukkan Mayyafariqin.
• Al-Kamil mampu
menahan serangan Azymuth selama 18 bulan yang pada akhirnya Mayyafariqin jatuh
ke tangan Tartar.
• Dalam tujuh
hari jatuh dalam kekuasaan Tartar. Berikutnya Harim, Homs, Hamah, dan Damaskus
takluk tanpa perlawanan. Damaskus dikuasakan kepada Kitbuqo Nowen, Haitsam
(raja Armenia), dan Bohemond IV (raja Antokia) yang ketiganya beragama Nasrani.
• Mongke Khan meninggal
jelang Hulagu Khan sampai Damaskus. Dan segera Hulagu kembali ke Karakorum; ibu
kota Tartar; untuk maju jadi kandidat pengganti. Tetapi sebelum ia sampai ibu
kota, pemilihan pemimpin Tartar sudah selesai. Dan Kubilai Khan sebagai
pemimpin baru.
• Hulagu Khan
memilih tinggal di Timur Tengah dan mengelola kekuatan baru di sana.
Bab: 7. Menjajah Palestina
• Kitbuqo
melanjutkan misi Hulagu Khan dengan menginvasi Nablus dan Gaza.
• Palestina
terbagi dua kekuasaan; bangsa Tartar dan tentara Salib. Keadaan penduduk
Nasrani di Palestina dilindungi Kitbuqo yang Nasrani.
• Target
penaklukan Kitbuqo selanjutnya adalah Mesir.
Bab: 8. Pertumbuhan dan Perkembangan Dinasti
Mamluk
• Daulah
Ayyubiyah berkuasa di Syam dan Mesir di bawah perjuangan Sholahuddin Al-Ayyubi.
• Pada generasi
berikutnya, daulah Abbasiyah terpecah; Syam (An-Nashir Yusuf) dan Mesir
(Al-Malik Ash-Sholih Najmuddin Ayyub). Di mana kubu Syam berkoalisi dengan pasukan
Salib untuk melawan kubu Mesir yang menyewa pasukan Al-Khowarizmi.
• Beberapa saat
setelah kubu Mesir memenangkan peperangan, pasukan Khowarizmi membelot ke kubu
Syam karena besaran upah yang didapat.
• Kubu Mesir
memutuskan untuk mengoptimalkan potensi internal; tentara Mesir dan komunitas
budak (mamluk).
• Kepemimpinan
Ayyubiyah dipegang Al-Malik Ash-Sholih Najmuddin Ayyub. Berikutnya kepada Turon
Syah.
• Sifat
kepemimpinan Turon Syah sangat berkebalikan dengan ayahnya. Hingga untuk
menghentikan kezholimannya, sang ibu bersepakat dengan komandan Mamluk untuk
membunuh Turon. Bersama berakhirnya dinasti Ayyubiyah Mesir di sini, dimulailah
dinasti Mamluk.
• Demisioner ini
diisi oleh ibu Turon; Syajarotuddur; selama beberapa waktu. Tetapi karena gejolak
rakyat yang tak menghendaki dipimpin perempuan —sedangkan Syajarotuddur sangat
berambisi mengatur pemerintahan, maka ia putuskan dilakukan pernikahan politik.
Sang suami hanya simbol sekaligus bonekanya.
• Perkiraan
Syajarotuddur keliru. Izzuddin Aibak; suami; bukanlah orang lugu. Ia segera
mengatur dan menyusun kekuatan tanpa sepengetahuan sang istri. Dengan
komandannya Saifuddin Quthuz.
• Izzuddin Aibak
dibunuh istrinya sendiri karena posisinya yang semakin ditenggelamkan oleh
suami. Kemudian Syajarotuddur diringkus Saifuddin Quthuz dan dibunuh oleh
budak-budak perempuan dengan sandal kayu.
• Daulah Mamluk
dipimpin oleh Nuruddin Ali yang belum genap 15 tahun di bawah asuhan Saifuddin
Quthuz. Hingga pada waktu berikutnya, Saifuddin Quthuz melengserkan Nuruddin
karena pertimbangan efektifitas kepemimpinan.
Bab: 9. Persiapan Pertempuran ‘Ain Jalut
• Posisi
Saifuddin Quthuz dan bangsa Mamluk Al-Mu’izziyah (Izzuddin Aibak) menjadi
terjepit dari dua kekuatan; Abbasiyah di Syam yang berkoalisi dengan pasukan
Salib dan bangsa Mamluk Al-Bahriyah pendukung Syajarotuddur.
• Saifuddin
merombak formasi militernya dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten dan
kredibel, mengeluarkan instruksi amnesti nasional bagi Mamluk Al-Bahriyah
sebagai bentuk manifestasi prinsip ‘memaafkan ketika mampu’.
• Cita-cita
Quthuz adalah menyatukan kekuatan umat Islam; Mesir dan Syam. Langkah politik
elegan Quthuz adalah menyurati penguasa Aleppo-Damaskus; An-Nashir Yusuf; dan
menjadikannya penguasa Syam dan Mesir jika mau bergabung dengan kekuatan Muslim
menghadapi Tartar. Dan Quthuz menempatkan diri sebagai bawahannya yang
mengelola Mesir.
• An-Nashir
menolak niat baik Quthuz yang mengakibatkan terjajahnya Damaskus dan Aleppo di
bawah kaki Tartar. An-Nashir melarikan diri dan pasukan tentaranya bergabung
dengan Quthuz.
• An-Nashr
tertangkap pasukan Tartar, dibawa menghadap Hulagu dan mendapat tugas memegang
kembali posisinya di Syam. Dalam perjalanan ke Syam, An-Nashir dibunuh tentara
Tartar yang kalah dalam perang ‘Ain Jalut.
• Di bawah
wewenang Quthuz (Mamluk), rakyat Mesir dipupuk kembali pendidikan keagamaan dan
keterampilan berperangnya. Menjunjung tinggi nilai keteladanan dan menghormati
ilmu serta ahli ilmu adalah karakter yang dibangun Quthuz.
• Di Syam, muncul
tokoh ulama yang tegas dan berani berseberangan dengan penguasa; Syaikh Al-Izzu
bin Abdusalam. Dengan kecerdikannya, ia memaksa penguasa Syam yang lebjh
memilih memusuhi Quthuz dan berkoalisi dengan musuh; Al-Malik Ash-Sholih
Najmuddin Ayyub; untuk menuruti fatwa-fatwa pembebasan agar penguasa dan rakyat
Syam tak jadi budak pasukan Salib.
• Quthuz
mempersiapkan pasukan militernya untuk keluar dari Mesir bertandang tarung
dengan Tartar di Palestina. Pasukan Tartar di Gaza berhasil dikalahkan.
Kemudian Quthiz bergerak ke Acre/Akka untuk membersihkan kota dari anasir
pengaruh pasukan Salib. Selanjutnya, Quthuz bergerak menuju ‘Ain Jalut. Dan
pasukan Kitbuqo pun bergerak ke arah ‘Ain Jalut.
Bab: 10. Pertempuran ‘Ain Jalut
• Pasukan Quthuz
sudah menunggu kehadiran pasukan Tartar di ‘Ain Jalut. Berdatangan orang-orang
dari Palestina yang berniat perang dalam kubu Quthuz. Sedangkan di dalam
pasukan Kitbuqo, ada Shorimuddin Aibak; seorang Muslim yang tunduk dalam
pasukan Tartar. Di mana ia berniat bergabung dengan pasukan Quthuz sesampainya
di ‘Ain Jalut tanpa diketahui Kitbuqo.
• Pasukan
perintis Quthuz jumlahnya lebih sedikit dari pasukan Tartar. Tetapi mereka
menggunakan strategi tukar posisi, pasukan berkuda tersebut seolah-olah tidak
pernah ada habisnya.
• Quthuz
memenangkan peran melawan gempuran Tartar.
• Pertempuran
beralih ke Bisan; kota pinggiran Palestina. Dan pertempuran di sini jauh lebih
dahsyat di banding medan ‘Ain Jalut.
• Kitbuqo
terbunuh di dalam pertempuran oleh Jamaluddin Aqwasy Syamsi; seorang tentara
Quthuz yang berhasil merangsek medan perang ke arah Kitbuqo.
• Semua tentara
Tartar terbantai.
• Untuk pertama
kalinya, pasukan Tartar yang tak terkalahkan selama lebih dari 40 tahun itu
harus mengakui kekalahannya.
Bab: 11. Pelajaran yang Dapat Dipetik dari ‘Ain
Jalut
• Berlaku sunnatulloh
berupa kejayaan dan kehancuran.
• Kunci
kemenangan: takwa dan jauhi maksiat.
• Kekuatan
bersama persatuan.
• Menguatnya
keinginan menguasai nikmat keduniaan berbanding terbalik dengan kedekatan
kepada Alloh.
• Berani tidak
mempercepat kematian, pengecut tidak memperpanjang usia.
Bab: 12. Beberapa Penyebab Kemenangan Besar di
‘Ain Jalut
• Beriman pada
Alloh.
• Mempersatukan
kaum muslimin yang terpecah-pecah.
• Mengembalikan
semangat pembelaan terhadao agama Alloh.
• Melakukan
persiapan yang matang menghadapi pertempuran.
• Adanya
keteladanan.
• Tidak membangun
kerjasama dengan musuh-musuh Islam.
• Menanamkan kepercayaan
dan semangat meraih kemenangan di kalangan pasukan kaum muslimin.
• Mengamalkan
praktik musyawarah dengan benar.
• Mempercayakan
pengelolaan urusan kepada orang yang tepat.
• Zuhud di dunia.
Bab: 13. Siapa Orang yang Membunuh Quthuz?
• Kabar masyhur
mengatakan, bahwa pembunuh Quthuz adalah Ruknuddin Baibars Al-Bandaqdari; salah
seorang jenderal perang Quthuz; yang dibantu beberapa amir.
• Fakta tentang
Baibars: ia memenangkan peperangan membela Mesir dari serangan Tartar dan
pasukan Salib. Ia juga pribadi yang sholih. Di bawah pemerintahan Baibars pula,
Mesir menjadi kuat dan besar.
• Banyak pihak
yang merasa terancam dengan keberlangsungan Mesir di bawah Quthuz dan
menghendaki pelenyapannya: pihak Tartar, pihak tentara Salib, dan orang-orang
dari Al-Ayyubiyah. Sehingga bukan sesuatu yang mustahil jika pihak-pihak
tersebut ingin melenyapkan Quthuz dengan membuntuti pergerakan sang Penguasa dan
membunuhnya ketika lengah.
Bab: 14. Wa Ba’du
• Tabiat sejarah
manusia itu daur; ada kalanya pada derajat tertinggi, ada kalanya pada derajat
terendah.
• Kehidupan dunia
dihiasi dua kutub yang saling berseberangan: destruktif dan konstruktif,
kezholiman dan keadilan, kemarahan dan memaafkan.
Bab: 15. Baghdad di Antara Kedua Kehancuran
• Ada kesamaan
motif antara kehancuran Baghdad pada masa invasi Tartar dengan invasi Amerika.
Setidaknya ada lima motif klasik, yakni memerangi kelompok teroris, mengawal
proses demokrasi, membebaskan penduduk dari tirani penguasa otoriter,
pengkajian pelanggaran HAM, dan memeriksa potensi senjta pemusnah massal.
• Beberapa kali
bangsa Tartar melakukan embargo dan menandatangani kesepakatan dengan
sekutunya, begitu pula yang dilakukan oleh Amerika.
• Sekutu Tartar
bukan hanya kaum Salib, tetapi juga penguasa-penguasa Muslim. Begitu juga
dengan negara-negara yang bersedia menjalin persekutuan dengan Amerika untuk
menggempur Baghdad (Irak).
• Psywar yang dilakukan pasukan Tartar;
baik oleh pasukan Tartar maupun sekutu-sekutunya terhadap negeri-negeri Islam,
begitu juga dengan strategi Amerika 'menghipnotis' warga dunia dengan
mencitraburukkan Baghdad (Irak).
• Upaya bangsa
Tartar membatasi jumlah kekuatan dan persenjataan kepada semua negeri-negeri
taklukan maupun sekutu untuk mengurangi potensi perlawanan, hal itu pula yang
dilakukan Amerika kepada negara-negara yang menjadi sekutunya.
• Tartar
membumihanguskan Baghdad, begitu pula Amerika.
• Tartar meminta
negeri taklukan menyerahkan dan membantai anasir-anasir perlawanan (bangsawa,
kesatria, tokoh agama), begitu juga dengan langkah yang ditempuh Amerika.
• Tartar
memberikan jaminan keamanan kepada penduduk negeri taklukan kemudian ia langgar
sendiri, begitu pula dengan cara Amerika kepada penduduk Baghdad (Irak).
• Sebagaimana
kemenangan, kekalahan pun memiliki syarat, yakni hilangnya semangat mengamalkan
Islam, banyaknya sekte dalam Islam, terlalu mendambakan dan mengagungkan urusan
duniawi, meninggalkan perintah jihad, mengabaikan persiapan dan pengadaan
perang, hilangnya figur teladan dalam kehidupan Muslim, menjadikan musuh
sebagai pelindung, keterbelakangan umat Islam, dan menyerahkan kekuasaan kepada
orang yang bukan ahlinya, hilangnya sistem musyawarah untuk mufakat.
#Selesai
Judul: Sejarah Bangsa Tartar
Penulis: Prof. Dr. Raghib
As-Sirjani
Tebal: xvi+600 hlm.
Genre: Sejarah
Cetakan: I, Desember 2019
ISBN: 978-979-592-847-8
Penerbit: Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta Timur
0 Komentar