Resensi: Babad Tanah Jawi; Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647

Punya keinginan untuk memiliki buku ini, sudah lama. Tidak terlalu memaksakan diri sih. Qodarulloh, dapat giliran juga akhirnya.

Langsung pada kebutuhan isu kekinian dulu deh terkait ada yang bersikap rasialis dan diskriminatif tetapi sangat kentara tuna literasi.

Saya ambilkan dari halaman awal saja agar cara berpikirnya menjadi lebih mesra.

Asal-Muasal Tanah Jawa
Inilah babad para raja di tanah Jawa, mulai dari Nabi Adam berputra Sis, Sis berputra Nurcahya, Nurcahya berputra Nurasa, Nurasa berputra Sanghyang Wening, Sanghyang Wening berputra Sanghyang Tunggal, Sanghyang Tunggal berputra Batara Guru. Batara Guru berputra 5, bernama Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Maha-Dewa, Batara Wisnu, Dewi Sri. Batara Wisnu menjadi raja di pulau Jawa bergelar Prabu Set. Kerajaan Batara Guru ada di Sura-Laya.”

Pada halaman sampul, tertulis “Babad Tanah Jawi; Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647”.#mulai_dari_Nabi_Adam

Saya kira cukup sebatas itu saja untuk menjawab pernyataan seorang Netizen yang memproklamirkan dirinya bukan keturunan Nabi Adam dan Hawa gegara ia terlahir dari keturunan Jawa dan dalam hashtag-nya menyatakan antipati terhadap agama (Islam).

Nah, Babad Tanah Jawi ini sebenarnya hasil terjemahan dari buku berjudul “Puniko Serat Babad Tanah Jawi Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi ing Taoen 1647” yang disusun oleh W.L. Olthof di Leiden, Belanda, tahun 1941.

Ada banyak hal —ternyata— yang menarik dari buku ini. Babad Tanah Jawi membahas banyak hal. Mulai dari genealogi manusia Jawa; sistem keuangan dan valuta yang berlaku saat itu; alasan di balik peperangan yang tak selalu heroik, teknologi persenjataan, dan masih banyak lagi.

Tahun yang tersebut pada judul (1647) ternyata bukan hitungan dalam tahun Masehi —apalagi Hijri. Tetapi berpatokan pada kalender Jawa yang terpaut 78-79 tahun lebih lambat dari kelender Masehi.

Namanya “Tanah Jawi”, mau-tidak-mau pasti akan membahas tentang kerajaan. Kerajaan merupakan perusahaan keluarga. Jika daerah operasionalnya besar, akan menimbulkan banyak tantangan dalam pengawasannya. Sebagai upaya untuk mempertahankan aset, maka salah satu yang ditempuh adalah mengatur tali pernikahan. Tentu saja, pernikahan politis tersebut tidak mengedepankan naluri insaniyah si pengantin. Dengan memastikan bahwa aset akan diteruskan dalam garis keluarga sendiri, maka incumbent akan lebih tenang dan legowo.

Demu mempertahankan eksistensi, bertahan atau meluaskan wilayah menjadi agenda utama kerajaan. Perang yang terjadi, kebanyakan dipicu oleh rebutan aset dan sumber daya. Aset yang diincar terutama adalah tanah. Segala sesuatu yang ada di atas tanah tersebut (sumber daya), secara otomatis menjadi milik Raja. Bahkan warga diharuskan untuk membayar pajak, karena telah ‘diijinkan’ Raja untuk memperoleh penghidupan disitu.

Selain harta, biasanya perempuan daerah terjajah diambil sebagai rampasan perang lalu dibagi-bagikan. Alasan utamanya untuk kebutuhan biologis, baik sebagai suplai kebutuhan seks maupun sebagai penerus generasi. Anak-anak yang terlahir akan dijadikan tambahan kekuatan militer bagi kerajaan. Kegiatan menyeimbangkan neraca inilah yang menjadi pertimbangan, apakah suatu Kerajaan butuh mengekspansi wilayahnya atau tidak.

Tentang teknologi senjata, semalam sempat diskusi pula di grup sejarah terkait capaian teknologi persenjataan Nusantara. Teknologi senjata yang dituliskan, sudah menggunakan meriam dan senapan. Berbeda dengan imaji yang ditawarkan Belanda bahwa rakyat Nusantara sejak dulu hanya bersenjatakan keris, golok, bambu runcing, arit untuk berperang.

Dalam buku “Kronik Peralihan Nusantara” tulisan Bayu Widiyatmoko disebutkan, bahwa Prof. Soedjoko tidak sepakat dengan penggambaran tersebut. “The Javanese are great masters in casting artillery. They make here springarde (one-pounders), muskets, and fire-works, and in every place are considered excellent in casting artillery, and in the knowledge of discharging it.”

Pertanyaannya, darimanakah manusia-manusia di Jawa ini mendapatkan suplai senjata? Apakah senjata-senjata tersebut diimpor oleh VOC? Atau para pedagang dari Gujarat, Arab, atau Cina? Portugis? Inggris? Atau kerajaan Ottoman? Dengan semakin banyak perang yang terjadi, tentu ada aliran dana yang masuk ke kantong-kantong tertentu. Akuntansi serta audit perang juga sudah berkembang. Tertulis adanya pengaturan hasil akhir perang, biaya penggantian bubuk mesiu, jumlah prajurit yang mati, uang makan para prajurit. Untuk mengaudit jumlah korban perang, digunakan metode pengumpulan anggota badan dari jenazah, seperti kepala atau telinga. Potongan anggota tubuh tersebut nantinya akan diganti dengan upah. Biaya perang diambilkan dari pajak rakyat atau penjarahan daerah yang diserang.

Dalam tatanan pemerintahan masyarakat Jawa, dikenal adanya Panotogomo. Panotogomo adalah sebutan bagi pemimpin Negara (istilah yang umum digunakan saat itu) yang juga pemuka agama. Mirip dengan Kerajaan Giri atau Giri Kedaton. Tidaklah ‘sah’ penobatan seorang Raja Jawa, jika tidak direstui oleh ulama Giri. Untuk hal yang satu ini, perlu bahasan tersendiri tentang Sunan Giri.

Masa pemerintahan Amangkurat II, merupakan rekam jejak yang paling menarik buat penulis blog, secara pribadi. Alih-alih terlihat dikuasai oleh VOC, ia malah sempat mempermainkan mereka. Terutama saat perang ‘main-main’ dengan Untung Surapati. Dalam perang itu, Kapten Tack dan pasukannya yang jadi korban. Dari yang tertulis di Babad Tanah Jawi, hubungan Amangkurat II dan VOC sebenarnya cukup menguntungkan. Simbiosis mutualisme. Ada pula kisah inspeksi pasar yang dilakukan Pangeran Puger pada masa pemerintahan Amangkurat II. Sasaran komoditas inspeksi tersebut adalah beras. Suplai beras di pasar menghilang karena rakyat disibukkan dengan seluruh perang, sehingga mereka tak sempat menanam padi.

Bibliografi
Judul: Babad Tanah Jawi; Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647
Penyusun: W.L. Olthof
Alih Bahasa: HR. Sumarsono
Tebal: 447 hlm.
Dimensi: 16x24 cm
Cetakan: IV, 2008
ISBN: 978-979-168-047-9
Penerbit: Narasi, Yogyakarta


Posting Komentar

1 Komentar

  1. If you're trying to lose weight then you certainly have to start using this totally brand new custom keto meal plan.

    To design this keto diet service, licensed nutritionists, fitness couches, and professional chefs have joined together to develop keto meal plans that are effective, decent, price-efficient, and enjoyable.

    From their grand opening in 2019, 1000's of clients have already remodeled their figure and well-being with the benefits a good keto meal plan can provide.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-tested ones offered by the keto meal plan.

    BalasHapus