Bicara
Maluku, bicara juga kesohorannya dalam sejarah Nusantara sebagai penghasil
rempah-rempah dunia di masa lalu. Tanah yang menjadi ajang rebutan bagi
bangsa-bangsa di luar Nusantara dengan berbagai dalihnya.
Umumnya
kita mengetahui di abad ke-16, Maluku kedatangan Portugis, disusul Spanyol,
kemudian Belanda. Mereka beradu kekuatan untuk menguasai daerah penghasil
rempah-rempah ini. Dan catatan tentang sejarah Maluku pun tak banyak. Sebab
arah penulisan sejarah saat itu membuntuti arah perhatian Belanda; dari Maluku
ke Jawa, lalu ke Sumatera. Sewaktu-waktu perhatian beralih ke daerah lain jika
Belanda harus menghadapi perlawanan setempat, seperti di Makassar, Banjarmasin,
Lombok, dan seterusnya. Jadi, sesungguhnya kisah sejarah tanah air di masa pra-kemerdekaan
lebih banyak mengikuti perhatian pemerintah Batavia!
Buku
“Kepulauan Rempah-rempah” telah mencakup berbagai informasi penting mengenai
daerah Maluku Utara selama 700 tahun, dan mencakup kurun waktu yang dimulai
pada masa awal berdirinya kerajaan-kerajaan lokal yang kemudian dikenal sebagai
Kerajaan Moloku Kie Raha (1250) hingga masa lima tahun pasca-Proklamasi
Kemerdekaan RI (1950). Di samping sarat dengan informasi kesejarahan sepanjang
kurun waktu tersebut, buku ini juga telah memajang potret Maluku Utara hampir
seutuhnya.
Pergolakan
yang telah melanda kawasan ini, baik yang bercorak internal antara sesama
kerajaan lokal yang berkuasa untuk memperebutkan hegemoni politik maupun antara
kerajaan lokal versus kekuasaan asing kolonialis untuk mempertahankan
integritas dan harga diri, hingga antara kekuasaan asing an sich untuk memantapkan pengaruh politik imperialistis dalam
rangka memperebutkan hak-hak monopoli perdagangan rempah-rempah, telah
berlangsung selama hampir tiga abad (1500 1800).
Pergolakan-pergolakan
seperti itulah yang telah mewarnai sejarah Maluku Utara selama 300 tahun, yang
berakhir dengan hilangnya kebebasan, kemerdekaan, dan integritas rakyat Maluku
Utara sama seperti rakyat daerah-daerah lain di seluruh Nusantara.
Dari
seluruh perang kolonial yang telah berlangsung di berbagai daerah di seluruh
Nusantara, hanya rakyat Maluku Utara di bawah kepemimpinan Babullah dari
Ternate yang secara heroik berhasil mengusir kaum penjajah Portugis keluar dari
Maluku Utara dalam keadaan yang amat hina.
Sejauh
yang saya ketahui, buku karya M. Adnan Amal ini relatif lengkap mengisahkan
sejarah Maluku sebagaimana Kata Sambutan dari Gubernur Maluku Utara saat itu;
Drs. H. Thaib Armaiyn, “Pertama: Buku ini telah menyajikan suatu ikhtisar
sejarah Maluku Utara yang komprehensif dan menggunakan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami. Kedua: Untuk pertama kali sebuah buku tentang sejarah
Maluku Utara ditulis seorang putra daerah yang berdedikasi tinggi, dan dengan
mengakses hasil-hasil penelitian kearsipan dan dokumen-dokumen sebagai sumber
primer, serta dengan menggunakan referensi kepustakaan yang luas.”(h.x)
Kesan
Adrian B. Lapian tentang buku ini, “...mengisi kekosongan pengetahuan kita
tentang kawasan ini...” setelah pada terakhir kali diangkatnya kajian sejarah
tentang Maluku di tahun 1862 oleh P. van der Crab hingga muncul kembali tulisan
berkualitas tahun 1993 oleh Leonard J. Andaya.
Para
Kolano (gelar Raja sebelum masuknya Islam) di Ternate:
1257-1277:
Ciko (setelah menjadi Raja, menyebut dirinya sebagai Mashur Malamo)
1277-1284:
Poit; alias Kaicil Yamin
1284-1298:
Siale; alias Kaicil Kamalu
1298-1304:
Kalabatta; alias Kaicil Bakuku
1304-1317:
Komala; alias Ngara Malamo
1317-1322:
Patsyaranga Malamo
1322-1331:
Sida Arif Malamo
1331-1332:
Paji Malamo
1332-1343:
Sah Alam
1343-1347:
Tulu Malamo
1347-1350:
Boheyat; alias Kaicil Kie Mabiji
1350-1357:
Ngolo Macahaya atau Cahaya laut
1357-1359:
Momole
1359-1372:
Gapi Malamo
1372-1377:
Gapi Baguna I
1377-1432:
Kumala Putu
1432-1466:
Gapi Baguna II
Para
Sultan (gelar Raja setelah masuknya Islam) di Ternate:
1466-1486:
Marhum
1486-1500:
Zainal Abidin
1500-1522:
Bayan Sirullah; alias Boleif
1522-1529:
Deyalo
1529-1532:
Boheyat
1532-1535:
Tabariji
1535-1570:
Khairun Jamil
1570-1583:
Babullah Datu Syah
1583-1606:
Saidi atau Sahid atau Saifuddin
1606-1610:
Hidayat
1610-1627:
Mudaffar
1627-1648:
Hamzah
1648-1672:
Mandar Syah
1672-1690:
Sibori Amsterdam
1690-1692:
kekuasaan kerajaan Ternate dijalankan para Bobato (Menteri)
1692-1714:
Kaicil Toloko
1714-1751:
Kaicil Raja Laut
1751-1754:
Oudhoorn
1754-1777:
Sahmardan
1777-1796:
Arunsah
1796-1801:
Sarka atau Sarkan
1801-1807:
Muhammad Yasin
1807-1823:
Sarmole van der Parra
1823-1861:
Muhammad Zain
1861-1876:
Muhammad Arsyad
1876-1900:
Ayanhar
1900-1902:
Haji Muhammad Ilham
1902-1914:
Haji Muhammad Usman
1914-1927:
(kekosongan tahta)
1927-1975:
Iskandar Muhammad Jabir Syah
Para
Kolano Tidore (sumber satu-satunya dari de Clerq tanpa tahun berkuasa):
1. Sah
Jati
2.
Busamuangi
3. Suhu
4.
Balibunga
5. Duhu
Madoya
6. Kie
Matiti
7. Sel
8.
Matagena
Para
Sultan Tidore:
1495-1512:
Tjaliati (diislamkan oleh Syaikh Mansur dan berganti nama menjadi Jamaluddin)
1512-1526:
Almansur
1526-1529:
(tidak dilakukan pemilihan sultan)
1529-1547:
Amiruddin Iskandar Zulkarnain
1547-1569:
Kie Mansur
1569-1586:
Iskandar Sani
1586-1599:
Gapi Maguna
1599-1626:
Mole Majimu
1626-1633:
Ngara Malamo
1633-1653:
Kaicil Gorontalo
1653-1657:
Magiau
1657-1659:
Saifuddin
1659-1700:
Hamzah Fahruddin
1700-1708:
Abdul Falahal Mansur
1708-1728:
Hasanuddin
1728-1756:
Amir Bifadliljadid
1756-1780:
Jamaluddin
1780-1784:
Patra Alam
|
1805-1810: Muhammad Zainal Abidin
1805-1810: Muhammad Zainal Abidin
1810-1821:
Muhammad Tahir
1821-1857:
Ahmadul Mansur
1857-1865:
Ahmad Saifuddin
1865-1867:
Johar Alam; alias Ahmad Fatihuddin
1867-…:
Ahmad Qowiyuddin; setelah Qowiyuddin, Belanda tidak mengangkat Sultan. Setelah
Perang Dunia II, Belanda mengangkat:
1946-1956:
Zainal Abidin Syah
Daftar Isi
Bab 1: Profil Maluku
Bab 2: Kerajaan-kerajaan Maluku dalam Mitos dan Legenda
Bab 3: Jailolo: Kerajaan Maluku Tertua
Bab 4: Ternate: Kerajaan Maluku Terbesar
Bab 5: Tidore: Kerajaan Besar Maluku
Bab 6: Kesultanan Bacan
Bab 7: Kerajaan-kerajaan Kecil Maluku
Bab 8: Penyebaran Agama Islam dan Kristen di Maluku
Bab 9: Lahirnya VOC
Bab 10: Maluku Utara Pasca-VOC: Perubahan Struktur Pemerintahan
Bab 11: Maluku Utara: 1817-1914
Bab 12: Balans Pemerintah Kolonial Belanda (1817-1942)
Bab 13: Lahirnya Kesadaran Kebangsaan di Maluku Utara
Bab 14: Maluku Utara di Bawah Pendudukan Jepang (1942-1945)
Bab 15: Maluku Utara di Masa Revolusi Kemerdekaan
Bab 16: Maluku Utara di Bawah NIT
Bab 1: Profil Maluku
Bab 2: Kerajaan-kerajaan Maluku dalam Mitos dan Legenda
Bab 3: Jailolo: Kerajaan Maluku Tertua
Bab 4: Ternate: Kerajaan Maluku Terbesar
Bab 5: Tidore: Kerajaan Besar Maluku
Bab 6: Kesultanan Bacan
Bab 7: Kerajaan-kerajaan Kecil Maluku
Bab 8: Penyebaran Agama Islam dan Kristen di Maluku
Bab 9: Lahirnya VOC
Bab 10: Maluku Utara Pasca-VOC: Perubahan Struktur Pemerintahan
Bab 11: Maluku Utara: 1817-1914
Bab 12: Balans Pemerintah Kolonial Belanda (1817-1942)
Bab 13: Lahirnya Kesadaran Kebangsaan di Maluku Utara
Bab 14: Maluku Utara di Bawah Pendudukan Jepang (1942-1945)
Bab 15: Maluku Utara di Masa Revolusi Kemerdekaan
Bab 16: Maluku Utara di Bawah NIT
Bibliografi
Judul: Kepulauan Rempah-rempah; Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950
Penulis: M. Adnan Amal
Tebal: xxi+504 hlm.
Dimensi: 15 x 23 cm
Cetakan: 2, September 2016
ISBN: 978-602-424-166-7
Penerbit: KPG, Jakarta
Judul: Kepulauan Rempah-rempah; Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950
Penulis: M. Adnan Amal
Tebal: xxi+504 hlm.
Dimensi: 15 x 23 cm
Cetakan: 2, September 2016
ISBN: 978-602-424-166-7
Penerbit: KPG, Jakarta
0 Komentar