Resensi: Death by Meeting; A Leadership Fable

Membeli buku ini sejatinya karena memang seringkali saya mengalami semacam kemubaziran dalam rapat-rapat. Apa yang dibahas dan waktu-waktu yang sudah diupayakan untuk rapat, seolah-olah sirna tanpa hasil dan konsekuensi.

“Jika tidak harus menghadiri rapat, saya akan lebih menyukai pekerjaan saya.”

Ini adalah sebuah perkataan yang sering saya dengar. Saya pikir keluhan semacam itu wajar-wajar saja, dapat dimaklumi. Tetapi akhirnya saya menyimpulkan, bahwa ini sebenarnya sebuah komentar yang menyedihkan dalam sebuah budaya organisasi.

Coba bayangkan jika redaksional kalimat di atas diucapkan oleh seorang dokter, karyawan, guru, atau semua profesi yang melibatkan hajat hidup orang banyak. Konyol, bukan? Akan tetapi itulah yang kita lakukan pada saat kita mengeluh mengenai rapat.

Pikirkanlah seperti ini: untuk beberapa dari kita yang memimpin dan mengelola sebuah organisasi, rapat adalah sesuatu yang mencakup segala sesuatu yang kita lakukan. Ini karena kita tidak dibayar untuk melakukan hal-hal yang dapat dilihat oleh panca indera atau fisik, seperti bermain sepak bola, karate, melawak yang dapat dilihat khalayak. Tak peduli suka atau tidak, rapat adalah ruang operasi, lapangan olahraga, atau panggung kita.

Tetapi kebanyakan kita membencinya. Kita mengeluh dan senantiasa mengharapkan rapat segera berakhir meskipun kita yang sedang memimpin! Bukankah menyedihkan jika kita menganggap aktivitas yang paling sentral dalam menjalankan organisasi kita adalah sesuatu yang sangat menyakitkan dan tidak produktif?

Ini adalah hal yang memalukan. Karena rapat adalah sesuatu yang sangat penting. Rapat adalah tempat di mana kabinet pemerintahan mendiskusikan seberapa besar kebutuhan beras bagi rakyat selama satu-dua semester ke depan agar tercukupi, dalam rapat pula di bahas sebuah visi sekolah untuk bertahap dipenuhi selama rentang waktu empat sampai lima tahun ke depan agar tercapai.

Jadi, jika kita membenci rapat, dapatkah kita membuat keputusan yang benar dan memimpin organisasi kita dengan sukses? Tentu saja kita akan sepakat dengan kata “Tidak”. Tidak ada pengganti untuk rapat yang baik —rapat yang penuh dengan dinamika, semangat, dan fokus— ketika kita harus mengumpulkan kebijaksanaan keseluruhan suatu tim. Kebenaran yang menyakitkan adalah rapat yang buruk hampir selalu menghasilkan keputusan yang buruk pula; unsur terbaik untuk membentuk keadaan buruk.

Akan tetapi ada harapan. Dengan memiliki pandangan yang berlawanan dan berbeda dari pandangan biasa serta mengikuti beberapa petunjuk prinsip organisasi —dengan mengabaikan protokoler atau pedoman-pedoman yang mempersulit, kita dapat mengubah hal yang menyakitkan dan membosankan ini menjadi sesuatu yang produktif, mencengangkan, dan bahkan membuat bersemangat. Dalam prosesnya, kita juga dapat membedakan diri dari pesaing-pesaing kita yang terus membuang waktu, tenaga, dan antusiasme ketika mengeluhkan betapa menyiksanya rapat.

Ada catatan menarik dari Pat (sapaan akrab untuk Patrick) tentang keberlangsungan rapat atau oleh beliau disebut “Kunci Kesuksesan”, yakni:
» Jangan duduk saat memimpin rapat.
» Pastikan topiknya bersifat administratif.
» Jangan batalkan rapat jika beberapa orang tidak hadir.
» Jangan adakan agenda sebelum ada pelaporan.
» Batasi pada satu atau dua topik.
» Buat persiapan dan lakukan riset.
» Partisipasi dalam konflik yang berkualitas.
» Jika rapat dilakukan di luar ruang, fokuslah pada tujuan dan batasi aktivitas sosial.
» Jangan buat struktur rapat terlalu ketat atau membuat jadwal yang terlalu berat.

“Akhirnya, sebuah solusi nyata untuk masalah yang sudah lama. Rapat tidak akan pernah sama lagi.” (Kris Hagerman; EVP of VERITAS Software Corp)

“Mati Karena Rapat lebih dari sekadar rapat. Akan tetapi mengenai seluruh filosofi manajemen. Saya membaca banyak buku men nai manajemen, dan karya Lencioni adalah salah satu di antara yang terbaik. Kami akan menggunakan buku-bukunya sebagai dasar pendekatan manajemen kami di Silicon Valley Bank.” (Ken Wilcox; CEO)
“Lencioni belum hasil lagi! Berwawasan. Praktis. Sokusi yang siap diterapkan. Jika Anda adalah seorang pemimpin, jangan sampai ketinggalan buku ini. Benar-benar bacaan wajib.” (Jim Mellado; president of Willow Creek Association)

“Kami telah mempraktikkan teori-teori Pat, dan berhasil. Rapat-rapat kami sekarang lebih produktif, komunikasi kami lebih jelas, dan komitmen tim terhadap keputusan yang telah dibuat menjadi lebih kuat.” (Curt Nonomaque; president & CEO VHA Inc.)

“Rapat adalah elemen yang sangat penting dalam komunikasi organisasi yang efektif. Lencioni telah memberikan pedoman rapat dalam bentuk yang ringkas, menghibur, dan orisinal. Pedoman ini meningkatkan struktur rapat, partisipasi, dan hasil yang dicapai. Saya acungkan jempol untuk kisah yang menambah wawasan ini.” (Sandy Alderson; EVP of Major League Baseball)

Daftar Isi
I—Kisah
[Kilas Balik | Tema | Protagonis | Tindakan | Resolusi]
II—Model
[Paradoks Rapat | Ringkasan Eksekutif | Masalah #1: Kurangnya Drama | Masalah #2: Kurangnya Struktur Kontekstual | Tantangan yang Terbesar: “Mitos Rapat yang Terlalu Banyak” | Pendapat Terakhir Mengenai Rapat | Pedoman Rapat Taktis Mingguan]

Bibliografi
Judul: Death by Meeting; A Leadership Fable
Judul Terjemahan: Mati Karena Rapat; Sebuah Kisah Kepemimpinan
Penulis: Patrick Lencioni
Penerjemah: Pasha Agoes
Tebal: viii+258 hlm.
Dimensi: 12,5 x 21 cm
Cetakan: I, 2005
ISBN: 979-691-288-0
Penerbit: Salemba Empat, Jakarta


Posting Komentar

0 Komentar