Seperti buku-buku beliau lainnya,
ustadz Mohammad Fauzil Adhim selalu bisa mengemas materi-materi yang berat
dengan bahasa yang sangat mudah dipahami.
Sejak kecil, saya diakrabkan oleh bapak
dengan buku cerita bergambar impor dari paman, seperti Donal Bebek, Trigan,
Winnetou, Arad & Maya, Tintin, Deni Manusia Ikan dan semacamnya. Dan
istilah yang pertama kali saya tanyakan maknanya kepada bapak saya, yakni
“sungguhan” yang ada di majalah Donal Bebek.
Baru pada usia menginjak kelas 1 STM,
mulai penasaran dengan sebagian teman-teman SMP dulu yang bisa menikmati buku
dengan minim gambar; novel. Dan mulailah saya merambah persewaan buku sekitar
rumah sepulang sekolah. Dari sanalah saya belajar bagaimana memfungsikan
delapan aspek —seperti yang penulis sebutkan sebagaimana pendapat Paul C.
Burns, Betty D. Rose, dan Elinor P. Ross—; sensori, persepsi, sekuensial,
pengalaman, berpikir, belajar, berasosiasi, dan afeksi.
Dalam buku ini, penulis menyuguhkan dua
cara untuk membangkitkan minat anak untuk membaca, yakni sejak bayi lahir dan
ketika anak sudah berusia dua tahun.
Mengapa penting membacakan buku dari
sejak bayi? Dalam buku ini dikisahkan dengan singkat bagaimana seorang Jennifer
yang lahir dengan potensi down syndrome,
buta, dan tuli pada usia dua bulan dapat ditangani melalui cerita yang
dibacakan secara lisan (reading aloud)
oleh sang ibu. Tentu saja, pembacaan buku disertai dengan intonasi yang beragam,
seolah sang ibu sedang mengajak anaknya bercakap-cakap (child directed speech). Pada usia empat tahun, hasil uji kecerdasan
menunjukkan IQ Jennifer sebesar 111.
Pengenalan buku sejak bayi dapat
dilakukan dengan cara pembacaan nyaring (read
aloud), membuat pola membaca (reading
pattern) pada anak, membuka buku bersama anak (gendongan atau pangkuan),
berikan jenis buku yang sesuai usia anak, pilih bacaan yang bergizi (edukatif),
melalui kartu huruf atau suku kata).
Sedangkan untuk menggairahkan anak
membaca sejak usia dua tahun, dapat ditempuh dengan cara yang sama dengan
metode di atas, juga memberikan buku bergambar (wordless picture book), dampingi anak saat membaca sekaligus latih
daya analitik dan kritis anak, budayakan membaca buku di depan anak sebagai
upaya membentuk miliu dan meniru (emprinting),
ajak rekreasi ke toko buku atau perpustakaan, ajak anak menceritakan apa yang
sudah dia baca, dan beragam cara yang berorientasi pada menumbuhkan minat baca.
Pada bab terakhir, kita diajak untuk
mengembangkan metode seluas-luasnya dalam menumbuhkan minat baca anak melalui
pendekatan bermain. Sebab bagi anak, bermain bukan merupakan kegiatan yang
main-main. Bermain merupakan kegiatan yang sangat serius dan penting. Ia
merupakan kegiatan pokok pada masa kanak-kanak.
“Bermain
bagi anak adalah sama seperti bekerja bagi orangtua.” —Jamal
Abdurrahman
Dan yang lebih penting, penulis selalu
meluruskan orientasi aktivitas apa pun kepada kemahakuasaan Alloh ‘Azza wa
Jalla. Bahwa segala apa yang menjadi isi pesan bacaan, tak lain ada peran Alloh
di sana sebagai hikmah. Terlebih, wahyu yang pertama kali adalah perintah
membaca; iqro’.
Buku ini sebagian konsepnya telah
dipraktikkan oleh sang penulis bersama istrinya kepada anak-anak beliau.
Sehingga apa yang beliau tuturkan benar-benar memiliki ruh.
Meski alur pembahasannya dapat
dipahami, pada buku penerbitan yang saya baca ini ada dua halaman yang hilang
dan terisi dengan teks dari dua halaman lain yang sudah ada. Sehingga keutuhan
dari pembahasannya menjadi cacat, yakni halaman 201 yang terisi halaman 173 dan
halaman 216 yang terisi halaman 180.
Kesimpulannya: buku ini sangat
direkomendasikan dimiliki, dibaca, dan menjadi rujukan komitmen bagi orangtua.
Resume
Bab: Pendahuluan
• Buku ini
awalnya berjudul “Mengajar Anak Anda Mengenal Allah Melalui Membaca” yang
diterbitkan oleh penerbit Al-Bayan (1994) yang mengalami cetak ulang dan
seluruhnya dibeli oleh Proyek Pusat Perbukuan. Dan pada tahun 2015, buku revisi
ini berganti penerbit; Pro-U Media; dengan judul “Membuat Anak Gila Membaca”.
• “Membaca merupakan sebuah proses yang
kompleks, tetapi setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja
dengan sangat kompleks.” —Paul C. Burns, Betty D. Rose, Elinor P. Ross
(“Teaching Reading in Today’s Elementary Schools”)
• Delapan
aspek yang bekerja saat membaca: sensori, persepsi, sekuensial, pengalaman,
berpikir, belajar, berasosiasi, dan afeksi (Burns dkk).
•
Membacakan buku (reading aloud)
kepada bayi bukan saja menumbuhkan minat baca, tetapi juga meningkatkan
kecerdasan sekaligus sebagai terapi untuk balita bermasalah.(hal.27)
• “Pembicaraan yang ditujukan kepada anak (child
directed speech) merangsang perkembangan
bahasa mereka.” —Diane E. Papalia dan Sally Wendkos Olds (“Human
Development”)
• “Anak bisa mencapai kesiapan membaca lebih
awal, yaitu saat anak berusia dua hingga tiga tahun.” —J.P. Chaplin
• “Kesiapan membaca pada anak dapat dirangsang
dengan memberikan pengalaman pramembaca_ (prereading experience).” —Burns
dkk.
• Meski
usia anak sudah lima tahun, kita tidak bisa mengajarkan membaca kepadanya kalau
ia belum memiliki reading readiness
(kesiapan membaca). Yang bisa kita lakukan adalah memberi pengalaman
pramembaca.
•
Pengalaman pramembaca yang kita lakukan kepada anak seyogianya sekaligus
bermanfaat untuk mengenal Alloh.
Bab: 1. Memberi Pengalaman Membaca
• Tentang
metode memberi pengalaman membaca, terdapat dua hal penting: 1) apa pun metode
yang kita pilih, perlu kesungguhan dalam menerapkannya dan 2) hal terpenting
yang perlu kita tumbuhkan pada diri anak bukanlah kemampuan membaca, tetapi
minat.
• Harus
diingat, bahwa memaksa anak belajar membaca secara formal di bawah usia empat
tahun lebih banyak madhorotnya daripada maslahatnya.
•
Pengalaman pramembaca dapat ditempuh melalui dua tahap: sejak bayi baru lahir
dan sejak anak berusia dua tahun.
• Kenalkan
membaca sejak bayi dengan jalan 1) membacakan buku sejak anak baru lahir dengan
suara dikeraskan (reading aloud), 2)
membuat pola membaca (reading pattern)
pada anak, 3) bukalah buku bersama anak dengan cara sampaikan dulu kepada bayi
tentang kegiatan yang akan dilakukan, 4) berikan buku yang sesuai untuk
merespons ketertarikan bayi, 5) pilihlah bacaan yang bergizi (yang memiliki
struktur penceritaan yang sangat kuat), 6) metode Glenn Doman (kartu kata,
menyusun sendiri kartu untuk anak, mulailah permainan kenal kata semenyenangkan
mungkin).
•
Menggairahkan anak membaca sejak usia dua tahun dapat ditempuh dengan prinsip
yang sama, yakni beri pengalaman pramembaca. Dapat juga melalui WPB (wordless picture book), buku-buku yang
penuh ilustrasi, dampingi anak untuk melatih kemampuan kritisnya dalam
merespons buku berilustrasi, budayakan membaca buku di depan anak sebagai upaya
membentuk miliu, membacakan cerita untuk anak, memancing respons anak dengan
menggantung khayalan anak melalui cerita, kodifikasi melalui aktivitas harian
atau permainan, kartu huruf (kombinasi huruf kapital dan kecil), penugasan
mencari benda berhuruf depan, rekreasi ke toko buku, minta anak menceritakan
isi buku, ajak anak ke perpustakaan, katakan dengan buku,, mendiskusikan isi
buku, mengunjungi pameran ilmiah atau pameran buku, latihan deklamasi, dorong
anak untuk berlatih bertanya, buat jam wajib baca untuk keluarga, kenalkan anak
dengan buku huruf untuk mengidentifikasi benda atau kata dengan awalan huruf
tertentu, berikan buku aktivitas dan buku mewarnai, sediakan papan tulis untuk
anak, observasi kosakata yang sudah dipahami anak, tadabur alam sebagai sarana
membangun pikiran kritis, kenalkan huruf Hijaiyah.
Bab: 2. Menciptakan Kondisi yang Baik
• Upaya
mengajak anak agar akrab membaca sembari mengenalkan Alloh harus didukung oleh
kondisi belajar yang baik.
• Ada
beberapa cara yang bisa kita terapkan untuk menumbuhkan dan sekaligus merawat
kondisi yang baik bagi upaya kita mengajak anak akrab membaca: berikan contoh
kepada anak agar anak meniru (imprinting)
dari orangtua serta tampilkan beragam figur kepada anak dengan cara diajak
shilaturrohim kepada tokoh-tokoh yang memiliki keteladanan serta membacakan
biografi tokoh pengubah sejarah, sesuaikan buku bacaan dengan minat anak agar
mudah mereka pahami isinya, ciptakan suasana bahwa saat membaca adalah saat
yang menyenangkan, berikan hadiah sederhana atas capaian mereka, jangan pelit
maupun terlalu mengumbar pujian kepada capaian anak, sampaikan harapan
kebanggaan kepada anak, biarkan anak memiliki pendapat yang berbeda, konsisten
terhadap keputusan (jam wajib baca), angkatlah harga diri anak sebagai bentuk
motivasi dan doa kebaikan, tunjukkan manfaat membaca kepada anak, orangtua
perlu menjamin kelancaran pengadaan bahan bacaan, merangsang kreativitas anak
dengan membangun sikap pengasuhan yang baik, ciptakan kehangatan emosi saat
membaca, ciptakan suasana bonding
dengan membuatkan susu untuk membangunkan anak sebelum subuh, ciptakan ruang
baca yang nyaman.
Bab: 3. Dunia Anak adalah Dunia Bermain
• Artinya,
masa bermain mengharuskan kita sebagai orangtua mampu menciptakan kegiatan
belajar sebagai sesuatu yang memiliki suasana bermain.
• Bagi
anak, bermain bukan merupakan kegiatan yang main-main. Bermain merupakan
kegiatan yang sangat serius dan penting. Ia merupakan kegiatan pokok pada masa
kanak-kanak.
“Bermain bagi anak adalah sama seperti bekerja bagi
orangtua.” —Jamal Abdurrohman
• Jika kita
ingin membangun tradisi membaca yang kuat pada anak, kita perlu mengemaskan
kegiatan membaca seperti kegiatan “bermain”. Ada suasana bermain setiap kali
kita mengajari anak-anak membaca.
• Agar
kegiatan pramembaca terasa seperti bermain, setidaknya ada empat hal yang perlu
diperhatikan: 1) kemampuan untuk mendorong anak menyukai membaca jauh lebih
penting daripada kemampuan mengajari anak bisa membaca, 2) biasakan anak
belajar menganalisis bacaan, 3) jangan bebani anak dengan cara berhenti
membacakan buku sebelum anak bosan, 4) jangan terlalu akademik.
Bibliografi
Judul: Membuat Anak Gila Membaca
Penulis: Mohammad Fauzil Adhim
Tebal: 284 hlm.
Genre: Parenting
Cetakan: I, Januari 2015
ISBN: 978-678-7820-22-7
Penerbit: Pro-U Media, Yogyakarta
0 Komentar