Tewasnya Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby di Surabaya menimbulkan kegemparan dan amarah bagi kerajaan Inggris.
Bagaimana tidak?
‘Jenderal perang’ pemenang Perang Dunia II dengan pengawalan pasukan tangguh dari militer India dan militer Nepal (Gurkha) itu tewas dengan pelaku yang masih misterius dari pihak mana di tempat yang menurut informasi intelijen “dipertahankan oleh rakyat awam yang sama sekali belum bisa memegang senjata dengan benar dan negara yang belum memiliki pasukan militer.” Informasi tersebut menjadi kejutan yang menyakitkan bagi Inggris. Sebab tanpa sepengetahuan Inggris, rakyat Surabaya sudah lebih dulu melucuti senjata pasukan Jepang dan segera digunakan untuk berlatih menembak.
Surabaya dipilih para kolonial sebagai tempat strategis untuk menguasai Indonesia melalui pelabuhannya. Belanda segera menyerah ketika Tanjung Perak berhasil dikuasai Jepang.
Tewasnya Mallaby menjadi dalih Inggris untuk menggempur Surabaya. Di mana pemerintah Indonesia di Jakarta saat itu tak mampu lagi memberikan pembelaan terhadap nasib Surabaya. Dan terjadilah semangat “bondho nekat; modal nekat” mempertahankan proklamasi oleh rakyat Surabaya bertemu dengan kesumat Inggris yang ingin membasmi para ‘pemberontak’ yang telah menewaskan Mallaby.
November 1945 menjadi lembar sejarah tersendiri
—khususnya— bagi rakyat Surabaya. Tiga pekan pertempuran habis-habisan pasukan
bersenjata sedapatnya melawan pasukan tempur berpengalaman sekaligus pemenang
Perang Dunia II, tanpa dukungan pemerintah pusat.
“…saya tidak bisa menilai keadaan di kota saudara. Kalau saudara-saudara merasa dapat mempertahankan Surabaya, pertahankanlah!” Demikian jawaban Achmad Soebardjo selaku Menteri Luar Negeri saat itu ketika di telepon Gubernur Jawa Timur; RMTA Suryo (hlm. 336).
Saya tertarik dengan buku ini karena penasaran dengan siapa pelaku pembunuhan Mallaby. Kapten R.C. Smith dalam sidang Mahkamah Militer Inggris menyebutkan, bahwa Mallaby tanpa sengaja terbunuh oleh pasukannya sendiri (hlm. 306-310).
Ada hal unik yang Des Alwi paparkan di buku ini terkait pasukan Inggris di Surabaya. Pertama, pasukan India terkejut ketika mendarat di Surabaya dan menemui slogan kebebasan di mana-mana dengan —salah satunya— bahasa Urdu “azadi ya kunrezi” yang bermakna Merdeka atau Mati. Sebuah kenyataan, bahwa pasukan India harus berhadapan dengan warga keturunan India di Surabaya (hal.207). Kedua, pasukan Dogra Eastern Bengal beragama Islam yang memilih menghindari konfrontasi dengan rakyat Surabaya yang berperang dengan pekikan takbir (hlm. 255).
Ada seorang analis menyebutkan, bahwa ketatnya penjagaan pasukan Mallaby sangat sulit ditembus oleh serangan rakyat Surabaya dan posisi terdesaknya pasukan Mallaby, mendorong ‘oknum’ dalam pasukan Mallaby yang beragama Islam melakukan eksekusi ke pimpinannya tersebut. Tetapi di tempat lain, ada yang menyebutkan, bahwa pelaku pembunuhan Mallaby bernama Harun.
Kerusuhan saat itu memang diawali dari instruksi Mallaby sendiri ketika melakukan pertemuan dengan tokoh republikan. Di mana Mallaby memerintahkan pasukannya melakukan tembakan ke barisan republikan jika 10 menit pertemuan, tidak ada tanda-tanda selesai.
Secara umum, buku ini bertutur sesuai apa yang
dialami Des Alwi Abubakar. Dari awal anak angkat Bung Hatta dan Bung Syahrir
ini lahir di Banda, hingga difitnah Soekarno sebagai bagian dari PRRI/Permesta.
Ukuran font dalam buku ini lumayan besar. Sehingga nyaman untuk mata yang mulai
membayang dengan ukuran font standar. Tetapi banyak ditemui tata penulisan atau
penggalan kata yang tidak semestinya di sepanjang paparan buku ini. Namun
begitu, buku ini tetap masuk dalam daftar buku yang direkomendasikan untuk
melihat sisi lain Perang Surabaya 1945.
Resume Baca
Halaman: i-xix
Bab: Prolog
• Indonesia dijajah
Belanda selama ratusan tahun, dijajah Jepang selama tiga setengah tahun.
• Sekutu terdiri dari
Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia. Di mana mereka mengklaim
wilayah Myanmar, Filipina, dan Hindia-Belanda adalah kekuasaan mereka.
• Surabaya sebagai kota
pelabuhan menjadi tempat strategis pertahanan laut. Saat Tanjung Perak dijebol
Jepang, pemerintah Hindia-Belanda langsung menyerah.
• Tanpa sepengetahuan
Laksamana Louis Mountbatten selaku Panglima Tertinggi Southeast Asia Command (SEAC), pasukan Belanda menyusup ke pasukan
Inggris dan mendarat di Surabaya untuk melucuti Jepang.
Halaman: 1-95
Bab: Banda Naira adalah Segalanya
• Des Alwi bin Alwi bin
Omar lahir di Banda Naira, 17 November 1926. Sebuah kepulauan di Maluku yang
lebih dahulu terkenal sampai ujung dunia dibanding wilayah Indonesia lainnya
karena pala dan rempah-rempah lainnya. Ayah Des keturunan Sultan Palembang; Pangeran
Omar. Kakek Des dari garis ibu; Said Tjong Baadilla; yang juga keturunan China
dinasti Ming dan Maroko mempersembahkan mutiara sebesar telur merpati pada 1896
ke Ratu Emma; ibu Ratu Wilhelmina; dan mendapatkan bintang penghargaan Ksatria
Orde Oranje Nassau dari Ratu Wilhelmina pada 1909.
• Inggris yang menguasai
Pulau Rhun di Kepulauan Banda mengadakan pertukaran kepemilikan Pulau Manhattan
di Amerika Utara yang dikuasai Belanda (yang pada kemudian hari Pulau Manhattan
tersebut berganti nama menjadi New York) untuk bisa mengais rempah-rempah di
Maluku.
• Keluarga Des yang
awalnya kaya, kemudian jatuh miskin karena prospek rempah mulai menurun. Dan
Des bersekolah di Sekolah Dasar Eropa (Europees
Lagere School, ELS). Pelajaran Sejarah versi Belanda ini menempatkan
masyarakat Indonesia sebagai “pembangkang”, seperti Diponegoro, Hatta, Sjahrir,
Tjipto Mangoenkoesoemo, Iwa Koesoema Soemantri.
• Dijadikannya Banda
Naira sebagai salah satu tempat pembuangan “pemberontak”, interaksi masyarakat
pribumi dengan tokoh-tokoh ‘buangan’ tersebut makin mengikis doktrin Kolonial
tentang sejatinya “pembangkang”.
• Kepindahan Des Alwi ke
Jawa pada usia 15 tahun pasca serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut
Amerika di Pearl Harbour karena termotivasi dengan Hatta dan Sjahrir selama di
Banda Naira.
• Setiba di Jawa dan
bertemu Hatta, Des masuk Sekolah Teknik Institut Electro IVEVO di Salemba
dibiayai Hatta.
• 7 Juli 1942, Des
dipertemukan Hatta dengan Soekarno di Pasar Ikan Pelabuhan Sunda Kelapa.
• Des (16 tahun)pandai
membuat radio sendiri. Sepindahnya Des ke Surabaya, ia menekuni teknik dan
servis radio.
• Des muda berinteraksi
dengan banyak tokoh yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan
gerakan bawah tanahnya di masa penjajahan Jepang.
• 1945, Des ditempatkan
oleh Soekarni —yang saat itu bekerja di Seinenbu; departemen propaganda Jepang—
di Djakarta Hosyo Kyoku (Kantor siaran Radio Jepang di Jakarta) sekaligus
sebagai agen informan bagi tokoh-tokoh pergerakan. Di sini, Des bisa mendapat
banyak informasi secara diam-diam dengan menyimak siaran luar negeri terkait
perkembangan situasi perang oleh pihak luar (sebab masyarakat dilarang menyimak
siaran radio luar negeri).
• Sejak 1943, posisi
Jepang terpojok. Beberapa wilayah yang sempat dikuasai Jepang, berhasil direbut
Amerika. Dan Jepang mengalami dilema. Jika melatih dan mempersenjatai rakyat
Indonesia untuk menghadapi Amerika, sangat mungkin menjadi bumerang bagi
Jepang. Tapi jika tidak dilatih, kekuatan militer Jepang makin berkurang.
Nampaknya, tokoh-tokoh nasional Indonesia yang masih saja menikmati bekerja
sama dengan Jepang belum mendengar perkembangan Perang Pasifik atau Perang Asia
Timur Raya tersebut.
• Jepang kemudian
membentuk batalyon-batalyon terpisah sebanyak 66 batalyon (daidan). Juga
dibentuk Hizbulloh (Masyumi), Barisan Pelopor, Barisan Berani Mati (Jibaku
Tai), Pembela Tanah Air (PETA).
• Sebagai bentuk
antisipasi dan mengambil simpati tokoh-tokoh pergerakan, Jepang membuat Badan
Penyelidik Untuk Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945.
• Sebagai bentuk aksi
revolusioner dan tidak ingin kemerdekaan Indonesia dikendalikan Jepang, maka
ditempuh upaya persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia —dengan diwarnai
penundaan proklamasi oleh Soekarno yang sekiranya dibacakan tanggal 15 Agustus
sore menjelang buka puasa.
• Penundaan sepihak
tersebut menyulut reaksi kaum muda untuk menculik Soekarno dan Hatta. Dengan
tujuan, mendesak Soekarno-Hatta mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
• 16 Agustus, tertunda
lagi maksud dibacakannya proklamasi. Baru pada tanggal 17, proklamasi
kemerdekaan itu dibacakan. Dan mulailah secara serentak, rakyat Indonesia
melakukan perlawanan dengan semangat kemerdekaan.
• Berlatar gempuran
Jepang pada Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, tanggal 6 Agustus
1945 dijatuhkanlah bom atom oleh Amerika di Hiroshima. Tanggal 9-nya giliran
Nagasaki dijatuhi bom atom. Diikuti ultimatum Sekutu, bahwa maksimal tanggal 15
Agustus masa menyerahkan diri atau seluruh kota di Jepang akan dihancurkan.
• 15 Agustus 1945 pukul
13.00 WIB, Tenno Heika; Kaisar Jepang; menyatakan menyerah.
Halaman: 96-159
Bab: Keterlibatanku di Soerabaja
• Des terlibat dalam
pertemuan persiapan pembebasan bersama tokoh nasional Soekarno, Hatta, Sjahrir
sejak Juli 1942 yang kemudian berlanjut pada Januari 1943.
• Pekan kedua Agustus
1945, Soekarno dan Hatta diundang ke Dalam, Vietnam, oleh Jenderal Terauchi;
Panglima Besar Tentara Jepang untuk Asia Tenggara; guna menyepakati rencana
pemberian kemerdekaan Indonesia oleh Jepang. Sedangkan rakyat Indonesia sudah
terang-terangan melawan Jepang.
• Pasca proklamasi, Des
segera ke Surabaya menggunakan kereta api dari Stasiun Gambir untuk membuat
pemancar radio di Surabaya. Sedangkan rakyat Surabaya masih sibuk merebut
persenjataan Jepang dan menghadang datangnya pasukan Sekutu dan Netherlands
Indische Civil Administration (NICA) yang ingin meringkus pasukan Jepang
—karena rakyat Surabaya tidak tahu jika pasukan Sekutu diberi mandat Jenderal
Douglas Mac Arthur (Inggris) untuk mengurus tahanan perang di Indonesia.
• Kesalahan terbesar
pasukan Inggris ketika tiba di Surabaya adalah menyertakan pasukan Belanda.
Kericuhan pertama —sejak datangnya pasukan Sekutu— adalah pengibaran bendera
Belanda di atas Hotel Yamato pada September 1945.
• Usia 19 tahun, Des
Alwi ditunjuk jadi Komandan Kompi yang kemudian bertransformasi menjadi pasukan
combat intelligence (intelijen pertempuran).
• Saat itu, Des diminta
membawa teks Atlantic Charter dari Jakarta ke Surabaya. Dalam Piagam Atlantik
tersebut —secara prinsip— kemerdekaan Indonesia sudah diakui secara internasional.
• Dari Surabaya, sejarah
berdirinya kepolisian berawal. Unsur kepolisian saat itu bersifat
internasional. Sejak Jepang dilucuti, kepolisian Istimewa —bukan unsur militer—
di Surabaya mengibarkan bendera Merah Putih pada 20 Agustus 1945. Dan sehari
setelah itu, mereka memproklamirkan kesatuannya sebagai Polisi Republik
Indonesia.
• Kedatangan Jepang
menjajah Indonesia, semua stasiun radio disegel dan hanya menyiarkan berita atas
izin Jepang.
• Sejarah siaran radio
di Pulau Jawa baru dimulai 1933 dengan berdirinya SRV (Solosche Radio
Vereeniging) atau Persatuan Radio Solo di Solo. Disusul Yogyakarta dengan MAVRO
(Mataramsche Vereeniging Radio Omroep) atau Persatuan Penyiaran Radio Mataram).
Kedua stasiun radio tersebut berdiri atas lisensi NIRON (Nederlands Indische
Radio Omroep) atau Penyiaran Radio Hindia-Belanda. 1 November 1940 berdiri PPRK
(Perserikatan Perhimpunan Radio Ketimuran).
• NIRON Surabaya berubah
nama menjadi Surabaya Hosyo Kyoku (Dinas Siaran Radio Surabaya) ketika Jepang
menjajah Surabaya; bukan organ resmi dinas penerangan tentara Jepang
(sendenbu).
• Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan, di Radio Surabaya disiarkan pembacaan proklamasi dalam
bahasa Madura oleh Djafar Brotoatmodjo. Pemilihan bahasa Madura dengan maksud
bahasa Madura tidak di pahami tentara pendudukan Jepang dan sebagian besar
warga Surabaya mengerti bahasa Madura.
• 22 Agustus 1945, Radio
Surabaya resmi menjadi Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya.
• Sebelum proklamasi,
empat wanita perwakilan dari Surabaya; Isbandiah, Moeljaningsih, Moerdiah, dan
Loekitaningsih; diberangkatkan ke Jakarta untuk arahan dan kursus politik di
kediaman Mr. Soenarjo, Soetan Sjahrir, Chairoel Saleh, Soekarni, Moekarto, dan
kawan-kawan. Mereka juga dibekali perbedaan bentuk negara sekitar dan negara
kesatuan. Selain itu, mereka dibekali latihan beladiri silat. Mereka kemudian
merekrut 200 putri untuk dilatih bela negara, penanganan awal kecelakaan, dan
dapur umum.
• Sebulan setelah
proklamasi, di Surabaya terjadi fusi; Angkatan Muda Indonesia (AMI) melebur
dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI) Surabaya. Di mana konsep ini dalam waktu
singkat diikuti wilayah lain.
• PRI membagi Surabaya
menjadi tiga wilayah pertempuran; Utara
(PRI-60), Tengah (PRI-40), dan Selatan (PRI-20). Pemetaan wilayah tersebut
untuk mengefektifkan pelucutan senjata Jepang yang telah melewati masa
ultimatum Amerika sampai 15 Agustus 1945.
Halaman: 159-186
Bab: Keterlibatanku di Soerabaja
• Tahun-tahun itu,
kesatuan-kesatuan PRI yang terbentuk di daerah-daerah lain dipersenjatai oleh
PRI Surabaya; Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) diberi 100 karabijn dan
100 senjata bermunisi, PRI Jember 50 senjata, PRI Malang dan PRI Madiun diberi 50
senjata, PRI Ponorogo 50 senjata, Front Jakarta 500 senjata, TKR Yogyakarta 625
senjata, PRI Bandung 100 senjata, Hizbulloh Surabaya 100 senjata, Barisan
Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) 100 senjata. Semua itu disiapkan untuk
memperlancar pelucutan senjata dan memulangkan Jepang dari Indonesia serta
bersiap menghadapi kedatangan Sekutu dan NICA.
• Rencana yang disiapkan
PRI: menyempurnakan organisasi dan rencana perlawanan dengan latihan militer,
menyiagakan rakyat menghadapi Sekutu, dan menerapkan taktik pertempuran.
• Pelucutan senjata
Jepang beragam tanggapan, baik suka rela maupun melakukan perlawanan.
Halaman: 187-327
Bab: Tewasnya Mallaby
• Sejak 26 Agustus 1945,
penduduk sipil Belanda di Surabaya mulai keluar dari kamp interniran selama
pendudukan Jepang. Surabaya sudah banyak porak-poranda akibat perang. Rasa
nasionalisme rakyat Surabaya bangkit. Bebasnya warga Belanda dari kamp
interniran bukan berarti mereka boleh berkuasa lagi di Indonesia.
• Tanpa diketahui
Indonesia, Inggris dan Belanda menandatangani kesepakatan Civil Affairs
Agreement. Artinya, Indonesia seolah menjadi negeri yang diperdagangkan oleh
negara-negara penjajah. Di sisi lain, Indonesia mencurigai ada konspirasi
tersembunyi antara Belanda dan Jepang. Karena Belanda masih berusaha berdiri
lagi di Indonesia setelah Jepang kalah. Pihak Belanda juga mencurigai adanya
kesepakatan tersembunyi antara Indonesia dengan Jepang dengan munculnya figur
Soekarno-Hatta dengan kaum militer Jepang. Dan menganggap kemerdekaan Indonesia
sebagai pemerintahan bentukan Jepang.
• Ikut bermainnya Sekutu
dalam upaya Belanda kembali merebut Indonesia, rakyat Surabaya yang bermodal
semangat membela tanah air segera bersiap dengan senjata rampasan yang
melimpah.
• Oktober 1945, Inggris
mendarat di Surabaya. Sebagai pembawa mandat mengawal pelucutan dan membawa
pulang tentara Jepang serta memelihara ketertiban dan keamanan umum, kehadiran
Inggris sangat mencurigakan. Karena mereka membawa empat kapal perang
bersenjata lengkap. Dalam pasukan Inggris, terdapat juga militer dari India
(negeri taklukan Inggris) dan juga Gurkha dari Nepal (rakyat Surabaya saat itu
menganggap pasukan Gurkha berasal dari India) yang baru mendarat bulan November
yang bertugas sebagai wasit bagi Indonesia-Jepang-Belanda. Karena rakyat
Surabaya banyak menuangkan slogan kebebasan di banyak tempat —termasuk dengan
bahasa Urdu “Azadi ya Kunrezi; Merdeka atau Mati”, pasukan dari India terkejut
karena tidak menyangka akan berhadapan dan bertempur dengan sesama orang Asia.
• Akhir Oktober,
Brigadir Jenderal Mallaby memakai nama operasi Fighting Cox (Ayam Jago)
mendarat di Surabaya. Dengan reputasi memenangkan Perang Dunia II, mengalahkan
Jepang di Myanmar, dan Jerman di Afrika Utara, segera melakukan operasi
pembersihan di Surabaya. Info intelijen Southeast Asia Command (SEAC) yang
mengatakan Surabaya hanya dipertahankan rakyat awam yang sama sekali belum bisa
memegang senjata api dengan benar dan menganggap Indonesia belum memiliki
pasukan militer, menjadi kejutan yang menyakitkan bagi Inggris.
• Penggantian bendera
Merah-Putih dengan bendera Inggris di Modderlust Surabaya secara sepihak oleh
Inggris, memicu pergolakan. Dan di luar hasil kesepakatan, ditebarkan pamflet
di Surabaya oleh Inggris agar rakyat Surabaya menyerahkan semua senjata
rampasan dari Jepang ke tentara Inggris yang ditandatangani atasan Mallaby.
• 28 Oktober 1945; tepat
di Hari Sumpah Pemuda; arek-arek Surabaya serempak menyerbu pertahanan Inggris
di Surabaya tepat jam 17.00 WIB. Strategi Mallaby memecah pasukannya di pos-pos
pertahanan dinilai melemahkan diri sendiri akibat menyepelekan rakyat Surabaya.
Rakyat Surabaya menguasai Perang Kota.
• Pasukan Dogra Eastern
Bengal ternyata Muslim. Tetapi teriakan takbir Dogra diwaspadai rakyat Surabaya
sebagai pengelabuan, dan tak luput dari serbuan rakyat Surabaya.
• 29 Oktober, Soekarno,
Hatta, dan Amir Syarifuddin mendarat di Morokrembangan atas permintaan Letnan
Jenderal Christison karena pasukan Inggris sudah kritis terpojok. Secara de
facto, Inggris mengakui keberadaan pemerintahan Republik Indonesia. Amanah Bung
Karno, pasukan Inggris beragama Islam jangan dibunuh karena kesamaan keagamaan
dengan umumnya rakyat Surabaya. Bahkan kalau bisa, diajak ikut membela
Indonesia.
• Sepanjang pertempuran
empat hari di Surabaya, menewaskan seorang perwira tinggi, 15 perwira, dan 217
prajurit Inggris.
• Perundingan dengan
Mayor Jenderal Hawthorn pada 30 Oktober 1945 menyatakan, bahwa secara de facto
Inggris mengakui adanya Republik Indonesia dan keberadaan Tentara Keamanan
Rakyat serta Polisi.
• Terjadi aksi balas
tembak yang dimulai pasukan Inggris. Mallaby tewas dalam mobilnya yang meledak
bersamaan dengan meledaknya granat dan beberapa tembakan ke arah mobilnya tanpa
diketahui siapa yang melakukan. Tentu saja peristiwa ini menggemparkan. Tetapi
menurut Kapten R.C. Smith di hadapan Mahkamah Militer Inggris, Mallaby tanpa
sengaja terbunuh oleh pasukannya sendiri. Dan Surabaya menunggu hukuman
Inggris!
Halaman: 328-512
Bab: Surabaya Lautan Api
• Setelah tewasnya
Mallaby setelah tiga hari pertempuran di babak pertama, Surabaya bersiap
menghadapi Perang susulan; gempuran tentara Inggris.
• Surabaya dijejali tentara
Inggris dari tiga matra. 1 November 1945, mendarat 1.500 pasukan tempur. 4
November mendarat 24.000 pasukan dengan panser, tank, peralatan meriam, 25
pesawat tempur dalam rangka ‘menghukum’ Surabaya.
• Beragam persiapan
pertempuran pun dilakukan rakyat Surabaya setelah keluarnya ultimatum pihak
Inggris yang akan tetap melakukan peperangan dengan Surabaya.
• Setelah Menteri Luar
Negeri; Achmad Soebardjo; lepas tangan dengan keadaan di Surabaya, Surabaya
siap menghadapi Perang Surabaya II sendirian!
• Menghadapi ultimatum
tersebut, rakyat Surabaya tidak gentar. Malah penasaran dan semakin bersemangat
untuk segera bertempur.
• Pertempuran sengit pun
dimulai dengan diawali tembakan mortir dari kapal perang Inggris ke Surabaya
pada 10 November 1945.
• Dari Perang Surabaya
tahap pertama, peran Barisan Berani Mati (semacam pasukan Kamikaze Jepang)
sangat signifikan. Mereka lebih banyak meledakkan tank dengan cara menerjunkan
diri dalam tank sambil membawa granat. Rakyat Surabaya lebih agresif dalam penyerangan
di malam hari.
• Jika di tahap pertama
panglima perang Inggris; Mallaby; tewas, tahap dua kali ini Brigadir Jenderal
Robert Guy Loder-Symonds; petinggi militer Inggris; tewas bersama pilot yang
ditembak meriam rakyat Surabaya.
• Persoalan organisasi,
koordinasi, komando, persenjataan, komunikasi, pengalaman, kecakapan teknis
menjadi kelemahan pasukan Surabaya. Oleh karenanya, 5 November segera dibentuk
Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Jawa Timur.
• 20 November, Inggris serentak
menyerbu pertahanan Republik di Surabaya.
• Memasuki pekan ketiga
pertempuran, pertahanan Republik makin sukar ditembus, bahkan oleh pasukan
Gurkha yang dikenal sangat gesit dan efektif di setiap operasi. Semangat
relawan jibaku (berani mati) rakyat Surabaya makin berkembang. Barangkali
karena tidak ada cara lain lagi selain melakukan aksi tersebut. Rakyat Surabaya
benar-benar berjuang dengan prinsip bondho nekat (bonek) atau modal nekat dan
dilakukan dengan ‘brutal’.
• Awal Desember, pasukan
Surabaya mundur ke luar kota dengan 15.000 pejuang gugur. Namun begitu, Inggris
gagal mencapai tujuan mereka; membasmi rakyat Surabaya. Selain itu, taktik
“bumi hangus” ditempuh rakyat Surabaya; memusnahkan apa saja yang tak dapat
diungsikan dan berpotensi dimanfaatkan musuh.
• Dalam menghadapi
ancaman Inggris di Jawa, Soekarno dan Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden
segera menunjuk Soetan Sjahrir sebagai Perdana Menteri ada 14 November. Sebab
duet proklamator tersebut dianggap sebagai kolaborator Jepang.
• Pertempuran Surabaya
hingga awal tahun 1946 menyisakan kota Surabaya yang luluh lantak dan Inggris
menguasai Surabaya.
Epilog
• Perjalanan karir Des
Alwi selanjutnya menjadi sasaran fitnah Soekarno karena membawa wartawan asing
untuk meliput dan mewawancarai tokoh Permesta di Manado. #Selesai
Judul: Pertempuran
Surabaya November 1945
Penulis: Des Alwi Aboebakar
Tebal: xix+512 hlm.
Genre: Sejarah
Cetakan: 2012
ISBN: 978-979-074-858-3
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer, Jakarta
0 Komentar