Resensi: Pertempuran Surabaya November 1945

Tewasnya Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby di Surabaya menimbulkan kegemparan dan amarah bagi kerajaan Inggris.

Bagaimana tidak?

‘Jenderal perang’ pemenang Perang Dunia II dengan pengawalan pasukan tangguh dari militer India dan militer Nepal (Gurkha) itu tewas dengan pelaku yang masih misterius dari pihak mana di tempat yang menurut informasi intelijen “dipertahankan oleh rakyat awam yang sama sekali belum bisa memegang senjata dengan benar dan negara yang belum memiliki pasukan militer.” Informasi tersebut menjadi kejutan yang menyakitkan bagi Inggris. Sebab tanpa sepengetahuan Inggris, rakyat Surabaya sudah lebih dulu melucuti senjata pasukan Jepang dan segera digunakan untuk berlatih menembak.

Surabaya dipilih para kolonial sebagai tempat strategis untuk menguasai Indonesia melalui pelabuhannya. Belanda segera menyerah ketika Tanjung Perak berhasil dikuasai Jepang.

Tewasnya Mallaby menjadi dalih Inggris untuk menggempur Surabaya. Di mana pemerintah Indonesia di Jakarta saat itu tak mampu lagi memberikan pembelaan terhadap nasib Surabaya. Dan terjadilah semangat “bondho nekat; modal nekat” mempertahankan proklamasi oleh rakyat Surabaya bertemu dengan kesumat Inggris yang ingin membasmi para ‘pemberontak’ yang telah menewaskan Mallaby.

November 1945 menjadi lembar sejarah tersendiri —khususnya— bagi rakyat Surabaya. Tiga pekan pertempuran habis-habisan pasukan bersenjata sedapatnya melawan pasukan tempur berpengalaman sekaligus pemenang Perang Dunia II, tanpa dukungan pemerintah pusat.

“…saya tidak bisa menilai keadaan di kota saudara. Kalau saudara-saudara merasa dapat mempertahankan Surabaya, pertahankanlah!” Demikian jawaban Achmad Soebardjo selaku Menteri Luar Negeri saat itu ketika di telepon Gubernur Jawa Timur; RMTA Suryo (hlm. 336).

Saya tertarik dengan buku ini karena penasaran dengan siapa pelaku pembunuhan Mallaby. Kapten R.C. Smith dalam sidang Mahkamah Militer Inggris menyebutkan, bahwa Mallaby tanpa sengaja terbunuh oleh pasukannya sendiri (hlm. 306-310).

Ada hal unik yang Des Alwi paparkan di buku ini terkait pasukan Inggris di Surabaya. Pertama, pasukan India terkejut ketika mendarat di Surabaya dan menemui slogan kebebasan di mana-mana dengan —salah satunya— bahasa Urdu “azadi ya kunrezi” yang bermakna Merdeka atau Mati. Sebuah kenyataan, bahwa pasukan India harus berhadapan dengan warga keturunan India di Surabaya (hal.207). Kedua, pasukan Dogra Eastern Bengal beragama Islam yang memilih menghindari konfrontasi dengan rakyat Surabaya yang berperang dengan pekikan takbir (hlm. 255).

Ada seorang analis menyebutkan, bahwa ketatnya penjagaan pasukan Mallaby sangat sulit ditembus oleh serangan rakyat Surabaya dan posisi terdesaknya pasukan Mallaby, mendorong ‘oknum’ dalam pasukan Mallaby yang beragama Islam melakukan eksekusi ke pimpinannya tersebut. Tetapi di tempat lain, ada yang menyebutkan, bahwa pelaku pembunuhan Mallaby bernama Harun.

Kerusuhan saat itu memang diawali dari instruksi Mallaby sendiri ketika melakukan pertemuan dengan tokoh republikan. Di mana Mallaby memerintahkan pasukannya melakukan tembakan ke barisan republikan jika 10 menit pertemuan, tidak ada tanda-tanda selesai.

Secara umum, buku ini bertutur sesuai apa yang dialami Des Alwi Abubakar. Dari awal anak angkat Bung Hatta dan Bung Syahrir ini lahir di Banda, hingga difitnah Soekarno sebagai bagian dari PRRI/Permesta. Ukuran font dalam buku ini lumayan besar. Sehingga nyaman untuk mata yang mulai membayang dengan ukuran font standar. Tetapi banyak ditemui tata penulisan atau penggalan kata yang tidak semestinya di sepanjang paparan buku ini. Namun begitu, buku ini tetap masuk dalam daftar buku yang direkomendasikan untuk melihat sisi lain Perang Surabaya 1945.

 

Resume Baca

Halaman: i-xix

Bab: Prolog

• Indonesia dijajah Belanda selama ratusan tahun, dijajah Jepang selama tiga setengah tahun.

• Sekutu terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia. Di mana mereka mengklaim wilayah Myanmar, Filipina, dan Hindia-Belanda adalah kekuasaan mereka.

• Surabaya sebagai kota pelabuhan menjadi tempat strategis pertahanan laut. Saat Tanjung Perak dijebol Jepang, pemerintah Hindia-Belanda langsung menyerah.

• Tanpa sepengetahuan Laksamana Louis Mountbatten selaku Panglima Tertinggi Southeast Asia Command (SEAC), pasukan Belanda menyusup ke pasukan Inggris dan mendarat di Surabaya untuk melucuti Jepang.

 

Halaman: 1-95

Bab: Banda Naira adalah Segalanya

• Des Alwi bin Alwi bin Omar lahir di Banda Naira, 17 November 1926. Sebuah kepulauan di Maluku yang lebih dahulu terkenal sampai ujung dunia dibanding wilayah Indonesia lainnya karena pala dan rempah-rempah lainnya. Ayah Des keturunan Sultan Palembang; Pangeran Omar. Kakek Des dari garis ibu; Said Tjong Baadilla; yang juga keturunan China dinasti Ming dan Maroko mempersembahkan mutiara sebesar telur merpati pada 1896 ke Ratu Emma; ibu Ratu Wilhelmina; dan mendapatkan bintang penghargaan Ksatria Orde Oranje Nassau dari Ratu Wilhelmina pada 1909.

• Inggris yang menguasai Pulau Rhun di Kepulauan Banda mengadakan pertukaran kepemilikan Pulau Manhattan di Amerika Utara yang dikuasai Belanda (yang pada kemudian hari Pulau Manhattan tersebut berganti nama menjadi New York) untuk bisa mengais rempah-rempah di Maluku.

• Keluarga Des yang awalnya kaya, kemudian jatuh miskin karena prospek rempah mulai menurun. Dan Des bersekolah di Sekolah Dasar Eropa (Europees Lagere School, ELS). Pelajaran Sejarah versi Belanda ini menempatkan masyarakat Indonesia sebagai “pembangkang”, seperti Diponegoro, Hatta, Sjahrir, Tjipto Mangoenkoesoemo, Iwa Koesoema Soemantri.

• Dijadikannya Banda Naira sebagai salah satu tempat pembuangan “pemberontak”, interaksi masyarakat pribumi dengan tokoh-tokoh ‘buangan’ tersebut makin mengikis doktrin Kolonial tentang sejatinya “pembangkang”.

• Kepindahan Des Alwi ke Jawa pada usia 15 tahun pasca serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour karena termotivasi dengan Hatta dan Sjahrir selama di Banda Naira.

• Setiba di Jawa dan bertemu Hatta, Des masuk Sekolah Teknik Institut Electro IVEVO di Salemba dibiayai Hatta.

• 7 Juli 1942, Des dipertemukan Hatta dengan Soekarno di Pasar Ikan Pelabuhan Sunda Kelapa.

• Des (16 tahun)pandai membuat radio sendiri. Sepindahnya Des ke Surabaya, ia menekuni teknik dan servis radio.

• Des muda berinteraksi dengan banyak tokoh yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan gerakan bawah tanahnya di masa penjajahan Jepang.

• 1945, Des ditempatkan oleh Soekarni —yang saat itu bekerja di Seinenbu; departemen propaganda Jepang— di Djakarta Hosyo Kyoku (Kantor siaran Radio Jepang di Jakarta) sekaligus sebagai agen informan bagi tokoh-tokoh pergerakan. Di sini, Des bisa mendapat banyak informasi secara diam-diam dengan menyimak siaran luar negeri terkait perkembangan situasi perang oleh pihak luar (sebab masyarakat dilarang menyimak siaran radio luar negeri).

• Sejak 1943, posisi Jepang terpojok. Beberapa wilayah yang sempat dikuasai Jepang, berhasil direbut Amerika. Dan Jepang mengalami dilema. Jika melatih dan mempersenjatai rakyat Indonesia untuk menghadapi Amerika, sangat mungkin menjadi bumerang bagi Jepang. Tapi jika tidak dilatih, kekuatan militer Jepang makin berkurang. Nampaknya, tokoh-tokoh nasional Indonesia yang masih saja menikmati bekerja sama dengan Jepang belum mendengar perkembangan Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya tersebut.

• Jepang kemudian membentuk batalyon-batalyon terpisah sebanyak 66 batalyon (daidan). Juga dibentuk Hizbulloh (Masyumi), Barisan Pelopor, Barisan Berani Mati (Jibaku Tai), Pembela Tanah Air (PETA).

• Sebagai bentuk antisipasi dan mengambil simpati tokoh-tokoh pergerakan, Jepang membuat Badan Penyelidik Untuk Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945.

• Sebagai bentuk aksi revolusioner dan tidak ingin kemerdekaan Indonesia dikendalikan Jepang, maka ditempuh upaya persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia —dengan diwarnai penundaan proklamasi oleh Soekarno yang sekiranya dibacakan tanggal 15 Agustus sore menjelang buka puasa.

• Penundaan sepihak tersebut menyulut reaksi kaum muda untuk menculik Soekarno dan Hatta. Dengan tujuan, mendesak Soekarno-Hatta mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

• 16 Agustus, tertunda lagi maksud dibacakannya proklamasi. Baru pada tanggal 17, proklamasi kemerdekaan itu dibacakan. Dan mulailah secara serentak, rakyat Indonesia melakukan perlawanan dengan semangat kemerdekaan.

• Berlatar gempuran Jepang pada Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, tanggal 6 Agustus 1945 dijatuhkanlah bom atom oleh Amerika di Hiroshima. Tanggal 9-nya giliran Nagasaki dijatuhi bom atom. Diikuti ultimatum Sekutu, bahwa maksimal tanggal 15 Agustus masa menyerahkan diri atau seluruh kota di Jepang akan dihancurkan.

• 15 Agustus 1945 pukul 13.00 WIB, Tenno Heika; Kaisar Jepang; menyatakan menyerah.

 

Halaman: 96-159

Bab: Keterlibatanku di Soerabaja

• Des terlibat dalam pertemuan persiapan pembebasan bersama tokoh nasional Soekarno, Hatta, Sjahrir sejak Juli 1942 yang kemudian berlanjut pada Januari 1943.

• Pekan kedua Agustus 1945, Soekarno dan Hatta diundang ke Dalam, Vietnam, oleh Jenderal Terauchi; Panglima Besar Tentara Jepang untuk Asia Tenggara; guna menyepakati rencana pemberian kemerdekaan Indonesia oleh Jepang. Sedangkan rakyat Indonesia sudah terang-terangan melawan Jepang.

• Pasca proklamasi, Des segera ke Surabaya menggunakan kereta api dari Stasiun Gambir untuk membuat pemancar radio di Surabaya. Sedangkan rakyat Surabaya masih sibuk merebut persenjataan Jepang dan menghadang datangnya pasukan Sekutu dan Netherlands Indische Civil Administration (NICA) yang ingin meringkus pasukan Jepang —karena rakyat Surabaya tidak tahu jika pasukan Sekutu diberi mandat Jenderal Douglas Mac Arthur (Inggris) untuk mengurus tahanan perang di Indonesia.

• Kesalahan terbesar pasukan Inggris ketika tiba di Surabaya adalah menyertakan pasukan Belanda. Kericuhan pertama —sejak datangnya pasukan Sekutu— adalah pengibaran bendera Belanda di atas Hotel Yamato pada September 1945.

• Usia 19 tahun, Des Alwi ditunjuk jadi Komandan Kompi yang kemudian bertransformasi menjadi pasukan combat intelligence (intelijen pertempuran).

• Saat itu, Des diminta membawa teks Atlantic Charter dari Jakarta ke Surabaya. Dalam Piagam Atlantik tersebut —secara prinsip— kemerdekaan Indonesia sudah diakui secara internasional.

• Dari Surabaya, sejarah berdirinya kepolisian berawal. Unsur kepolisian saat itu bersifat internasional. Sejak Jepang dilucuti, kepolisian Istimewa —bukan unsur militer— di Surabaya mengibarkan bendera Merah Putih pada 20 Agustus 1945. Dan sehari setelah itu, mereka memproklamirkan kesatuannya sebagai Polisi Republik Indonesia.

• Kedatangan Jepang menjajah Indonesia, semua stasiun radio disegel dan hanya menyiarkan berita atas izin Jepang.

• Sejarah siaran radio di Pulau Jawa baru dimulai 1933 dengan berdirinya SRV (Solosche Radio Vereeniging) atau Persatuan Radio Solo di Solo. Disusul Yogyakarta dengan MAVRO (Mataramsche Vereeniging Radio Omroep) atau Persatuan Penyiaran Radio Mataram). Kedua stasiun radio tersebut berdiri atas lisensi NIRON (Nederlands Indische Radio Omroep) atau Penyiaran Radio Hindia-Belanda. 1 November 1940 berdiri PPRK (Perserikatan Perhimpunan Radio Ketimuran).

• NIRON Surabaya berubah nama menjadi Surabaya Hosyo Kyoku (Dinas Siaran Radio Surabaya) ketika Jepang menjajah Surabaya; bukan organ resmi dinas penerangan tentara Jepang (sendenbu).

• Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, di Radio Surabaya disiarkan pembacaan proklamasi dalam bahasa Madura oleh Djafar Brotoatmodjo. Pemilihan bahasa Madura dengan maksud bahasa Madura tidak di pahami tentara pendudukan Jepang dan sebagian besar warga Surabaya mengerti bahasa Madura.

• 22 Agustus 1945, Radio Surabaya resmi menjadi Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya.

• Sebelum proklamasi, empat wanita perwakilan dari Surabaya; Isbandiah, Moeljaningsih, Moerdiah, dan Loekitaningsih; diberangkatkan ke Jakarta untuk arahan dan kursus politik di kediaman Mr. Soenarjo, Soetan Sjahrir, Chairoel Saleh, Soekarni, Moekarto, dan kawan-kawan. Mereka juga dibekali perbedaan bentuk negara sekitar dan negara kesatuan. Selain itu, mereka dibekali latihan beladiri silat. Mereka kemudian merekrut 200 putri untuk dilatih bela negara, penanganan awal kecelakaan, dan dapur umum.

• Sebulan setelah proklamasi, di Surabaya terjadi fusi; Angkatan Muda Indonesia (AMI) melebur dalam Pemuda Republik Indonesia (PRI) Surabaya. Di mana konsep ini dalam waktu singkat diikuti wilayah lain.

• PRI membagi Surabaya menjadi tiga wilayah  pertempuran; Utara (PRI-60), Tengah (PRI-40), dan Selatan (PRI-20). Pemetaan wilayah tersebut untuk mengefektifkan pelucutan senjata Jepang yang telah melewati masa ultimatum Amerika sampai 15 Agustus 1945.

 

Halaman: 159-186

Bab: Keterlibatanku di Soerabaja

• Tahun-tahun itu, kesatuan-kesatuan PRI yang terbentuk di daerah-daerah lain dipersenjatai oleh PRI Surabaya; Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) diberi 100 karabijn dan 100 senjata bermunisi, PRI Jember 50 senjata, PRI Malang dan PRI Madiun diberi 50 senjata, PRI Ponorogo 50 senjata, Front Jakarta 500 senjata, TKR Yogyakarta 625 senjata, PRI Bandung 100 senjata, Hizbulloh Surabaya 100 senjata, Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) 100 senjata. Semua itu disiapkan untuk memperlancar pelucutan senjata dan memulangkan Jepang dari Indonesia serta bersiap menghadapi kedatangan Sekutu dan NICA.

• Rencana yang disiapkan PRI: menyempurnakan organisasi dan rencana perlawanan dengan latihan militer, menyiagakan rakyat menghadapi Sekutu, dan menerapkan taktik pertempuran.

• Pelucutan senjata Jepang beragam tanggapan, baik suka rela maupun melakukan perlawanan.

 

Halaman: 187-327

Bab: Tewasnya Mallaby

• Sejak 26 Agustus 1945, penduduk sipil Belanda di Surabaya mulai keluar dari kamp interniran selama pendudukan Jepang. Surabaya sudah banyak porak-poranda akibat perang. Rasa nasionalisme rakyat Surabaya bangkit. Bebasnya warga Belanda dari kamp interniran bukan berarti mereka boleh berkuasa lagi di Indonesia.

• Tanpa diketahui Indonesia, Inggris dan Belanda menandatangani kesepakatan Civil Affairs Agreement. Artinya, Indonesia seolah menjadi negeri yang diperdagangkan oleh negara-negara penjajah. Di sisi lain, Indonesia mencurigai ada konspirasi tersembunyi antara Belanda dan Jepang. Karena Belanda masih berusaha berdiri lagi di Indonesia setelah Jepang kalah. Pihak Belanda juga mencurigai adanya kesepakatan tersembunyi antara Indonesia dengan Jepang dengan munculnya figur Soekarno-Hatta dengan kaum militer Jepang. Dan menganggap kemerdekaan Indonesia sebagai pemerintahan bentukan Jepang.

• Ikut bermainnya Sekutu dalam upaya Belanda kembali merebut Indonesia, rakyat Surabaya yang bermodal semangat membela tanah air segera bersiap dengan senjata rampasan yang melimpah.

• Oktober 1945, Inggris mendarat di Surabaya. Sebagai pembawa mandat mengawal pelucutan dan membawa pulang tentara Jepang serta memelihara ketertiban dan keamanan umum, kehadiran Inggris sangat mencurigakan. Karena mereka membawa empat kapal perang bersenjata lengkap. Dalam pasukan Inggris, terdapat juga militer dari India (negeri taklukan Inggris) dan juga Gurkha dari Nepal (rakyat Surabaya saat itu menganggap pasukan Gurkha berasal dari India) yang baru mendarat bulan November yang bertugas sebagai wasit bagi Indonesia-Jepang-Belanda. Karena rakyat Surabaya banyak menuangkan slogan kebebasan di banyak tempat —termasuk dengan bahasa Urdu “Azadi ya Kunrezi; Merdeka atau Mati”, pasukan dari India terkejut karena tidak menyangka akan berhadapan dan bertempur dengan sesama orang Asia.

• Akhir Oktober, Brigadir Jenderal Mallaby memakai nama operasi Fighting Cox (Ayam Jago) mendarat di Surabaya. Dengan reputasi memenangkan Perang Dunia II, mengalahkan Jepang di Myanmar, dan Jerman di Afrika Utara, segera melakukan operasi pembersihan di Surabaya. Info intelijen Southeast Asia Command (SEAC) yang mengatakan Surabaya hanya dipertahankan rakyat awam yang sama sekali belum bisa memegang senjata api dengan benar dan menganggap Indonesia belum memiliki pasukan militer, menjadi kejutan yang menyakitkan bagi Inggris.

• Penggantian bendera Merah-Putih dengan bendera Inggris di Modderlust Surabaya secara sepihak oleh Inggris, memicu pergolakan. Dan di luar hasil kesepakatan, ditebarkan pamflet di Surabaya oleh Inggris agar rakyat Surabaya menyerahkan semua senjata rampasan dari Jepang ke tentara Inggris yang ditandatangani atasan Mallaby.

• 28 Oktober 1945; tepat di Hari Sumpah Pemuda; arek-arek Surabaya serempak menyerbu pertahanan Inggris di Surabaya tepat jam 17.00 WIB. Strategi Mallaby memecah pasukannya di pos-pos pertahanan dinilai melemahkan diri sendiri akibat menyepelekan rakyat Surabaya. Rakyat Surabaya menguasai Perang Kota.

• Pasukan Dogra Eastern Bengal ternyata Muslim. Tetapi teriakan takbir Dogra diwaspadai rakyat Surabaya sebagai pengelabuan, dan tak luput dari serbuan rakyat Surabaya.

• 29 Oktober, Soekarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin mendarat di Morokrembangan atas permintaan Letnan Jenderal Christison karena pasukan Inggris sudah kritis terpojok. Secara de facto, Inggris mengakui keberadaan pemerintahan Republik Indonesia. Amanah Bung Karno, pasukan Inggris beragama Islam jangan dibunuh karena kesamaan keagamaan dengan umumnya rakyat Surabaya. Bahkan kalau bisa, diajak ikut membela Indonesia.

• Sepanjang pertempuran empat hari di Surabaya, menewaskan seorang perwira tinggi, 15 perwira, dan 217 prajurit Inggris.

• Perundingan dengan Mayor Jenderal Hawthorn pada 30 Oktober 1945 menyatakan, bahwa secara de facto Inggris mengakui adanya Republik Indonesia dan keberadaan Tentara Keamanan Rakyat serta Polisi.

• Terjadi aksi balas tembak yang dimulai pasukan Inggris. Mallaby tewas dalam mobilnya yang meledak bersamaan dengan meledaknya granat dan beberapa tembakan ke arah mobilnya tanpa diketahui siapa yang melakukan. Tentu saja peristiwa ini menggemparkan. Tetapi menurut Kapten R.C. Smith di hadapan Mahkamah Militer Inggris, Mallaby tanpa sengaja terbunuh oleh pasukannya sendiri. Dan Surabaya menunggu hukuman Inggris!

 

Halaman: 328-512

Bab: Surabaya Lautan Api

• Setelah tewasnya Mallaby setelah tiga hari pertempuran di babak pertama, Surabaya bersiap menghadapi Perang susulan; gempuran tentara Inggris.

• Surabaya dijejali tentara Inggris dari tiga matra. 1 November 1945, mendarat 1.500 pasukan tempur. 4 November mendarat 24.000 pasukan dengan panser, tank, peralatan meriam, 25 pesawat tempur dalam rangka ‘menghukum’ Surabaya.

• Beragam persiapan pertempuran pun dilakukan rakyat Surabaya setelah keluarnya ultimatum pihak Inggris yang akan tetap melakukan peperangan dengan Surabaya.

• Setelah Menteri Luar Negeri; Achmad Soebardjo; lepas tangan dengan keadaan di Surabaya, Surabaya siap menghadapi Perang Surabaya II sendirian!

• Menghadapi ultimatum tersebut, rakyat Surabaya tidak gentar. Malah penasaran dan semakin bersemangat untuk segera bertempur.

• Pertempuran sengit pun dimulai dengan diawali tembakan mortir dari kapal perang Inggris ke Surabaya pada 10 November 1945.

• Dari Perang Surabaya tahap pertama, peran Barisan Berani Mati (semacam pasukan Kamikaze Jepang) sangat signifikan. Mereka lebih banyak meledakkan tank dengan cara menerjunkan diri dalam tank sambil membawa granat. Rakyat Surabaya lebih agresif dalam penyerangan di malam hari.

• Jika di tahap pertama panglima perang Inggris; Mallaby; tewas, tahap dua kali ini Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds; petinggi militer Inggris; tewas bersama pilot yang ditembak meriam rakyat Surabaya.

• Persoalan organisasi, koordinasi, komando, persenjataan, komunikasi, pengalaman, kecakapan teknis menjadi kelemahan pasukan Surabaya. Oleh karenanya, 5 November segera dibentuk Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) Jawa Timur.

• 20 November, Inggris serentak menyerbu pertahanan Republik di Surabaya.

• Memasuki pekan ketiga pertempuran, pertahanan Republik makin sukar ditembus, bahkan oleh pasukan Gurkha yang dikenal sangat gesit dan efektif di setiap operasi. Semangat relawan jibaku (berani mati) rakyat Surabaya makin berkembang. Barangkali karena tidak ada cara lain lagi selain melakukan aksi tersebut. Rakyat Surabaya benar-benar berjuang dengan prinsip bondho nekat (bonek) atau modal nekat dan dilakukan dengan ‘brutal’.

• Awal Desember, pasukan Surabaya mundur ke luar kota dengan 15.000 pejuang gugur. Namun begitu, Inggris gagal mencapai tujuan mereka; membasmi rakyat Surabaya. Selain itu, taktik “bumi hangus” ditempuh rakyat Surabaya; memusnahkan apa saja yang tak dapat diungsikan dan berpotensi dimanfaatkan musuh.

• Dalam menghadapi ancaman Inggris di Jawa, Soekarno dan Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden segera menunjuk Soetan Sjahrir sebagai Perdana Menteri ada 14 November. Sebab duet proklamator tersebut dianggap sebagai kolaborator Jepang.

• Pertempuran Surabaya hingga awal tahun 1946 menyisakan kota Surabaya yang luluh lantak dan Inggris menguasai Surabaya.

 

Epilog

• Perjalanan karir Des Alwi selanjutnya menjadi sasaran fitnah Soekarno karena membawa wartawan asing untuk meliput dan mewawancarai tokoh Permesta di Manado. #Selesai

 

 

Judul: Pertempuran Surabaya November 1945

Penulis: Des Alwi Aboebakar

Tebal: xix+512 hlm.

Genre: Sejarah

Cetakan: 2012

ISBN: 978-979-074-858-3

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer, Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar