Bumi datar adalah satu anggapan lain
selain menjadikan bumi sebagai pusat rotasi tata surya (geosentris). Meyakini
bahwa bentuk bumi seperti lempengan berbentuk bulat nan relatif datar seperti
meja dengan tepian piringan sebagai acuan ujung dunia adalah keyakinan Gereja
di masa lampau. Keyakinan ini pula yang sengaja ditebarkan Portugis dan Spanyol
―yang mendapatkan pengetahuan bahwa bumi itu bulat setelah melakukan pelayaran―
kepada negeri-negeri pesaingnya untuk tidak berani-berani menjelajahi lautan luas.
Dan jauh sebelum adanya petualangan bangsa Portugis dan Spanyol menjelajahi
dunia, ilmuwan Muslim sudah membuktikan bahwa bentuk bumi adalah bulat pada
abad ke-10; Abu Rayhan Al-Biruni.
Pasca
keberhasilan Reconquesta, Perjanjian Tordesillas yang disetujui pada 7 Juni
1494 oleh Portugis dan Spanyol secara angkuh telah membagi dunia di luar Eropa
ke dalam lingkup kepentingan yang sama, yang dilakukan persis seperti membelah
jeruk. Garis Tordesillas membentang dari Kutub Utara ke Kutub Selatan melalui Kepulauan
Verde di sebelah Barat benua Afrika. Ke Barat untuk Spanyol dan ke Timur untuk
Portugis. Perjanjian diantara dua kerajaan dari Holy Roman Empire ini juga berjalan atas restu dari Paus dengan
dikeluarkannya dekrit berjudul Inter
Caetera Divinae; “Keputusan Ilahi”.
Sedangkan
bagi dunia Islam, setelah lama kehilangan khilafah besarnya akibat serbuan
Timur Lenk ke Baghdad, tentunya keberhasilan Reconquesta pada akhirnya juga
memunculkan kekhawatiran baru bagi wilayah-wilayah Islam yang lain. Perjanjian Tordesillas
yang direstui oleh Paus dengan sendirinya telah mencetuskan lagi berkobarnya
Perang Salib, yang kali ini akan dilancarkan oleh Portugis dan Spanyol ke
seluruh samudera.
Pada
abad ke-15, bangsa-bangsa di Eropa berada dalam babak baru di mana konstelasi
perdagangan dunia mulai berubah dikarenakan penjelajahan yang menyebar ke
seluruh benua dan kolonialisasi yang dilakukannya. Secara gencar Portugis dan
Spanyol mengirimkan serangkaian ekspedisi.
Tahun
1488, orang Portugis ―Bartolomeus Dias― berhasil melakukan ekspedisi hingga
sampai dan mengitari Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika dan kembali ke
Portugis. Tahun 1492, Columbus menemukan benua Amerika, dan dimulailah
penjajahan terhadap suku Indian. Tahun 1500, Pedro Alvares Cabral –pelaut Portugis−
menemukan rute perjalanan ke Brazil. Tahun 1497, Vasco da Gama memulai
ekspedisi mencari rute jalur laut antara Eropa, India, dan Timur Jauh; kemudian
di tahun 1502, ia sudah berhasil membangun daerah koloni Portugis di Timur
Afrika. Di awal abad ke-16, pelaut Portugis lainnya, Ferdinand Magellan, bahkan
melakukan ekspedisi keliling bumi, konon untuk yang pertama kalinya.
Setelah
adanya “Keputusan Ilahi”, mereka berambisi untuk merebut jalur-jalur
perdagangan dari Timur ke Barat yang selama ratusan tahun telah dikuasai oleh
orang-orang Hindu, Buddha, dan Muslim. Di Afrika, Amerika, dan Asia,
pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol kemudian menjadi tangan-tangan kolonialis
Barat yang pertama menancapkan kukunya. Di seluruh daratan yang berhasil
dibukanya, mereka tidak sekadar berniaga dan membangun hubungan multilateral
seperti yang telah ratusan tahun dilakukan oleh orang-orang Arab, India
(Gujarat), Cina dan lainnya. Dan, selain dalam rangka memenangkan Perang Salib,
hal tersebut juga dilakukan untuk menjaga supremasi di kampung halamannya
sendiri (Eropa) melalui kekayaan yang diperolehnya dari dunia baru.
Sentimen
kepada rival Perang Salib ―kaum Moor (Muslim)― menjadi salah satu motif
Portugis dan Spanyol untuk menjelajah dunia, selain keinginan menguasai pasar
ekonomi Eropa dan Kristenisasi dunia. Di bawah komando Alfonso d’Albuquerque
(dibaca: Albukerk), Portugis tanpa basa-basi menghancurkan Bandar Malaka;
sebuah bandar transit perdagangan dunia. Tempat yang sangat strategis.
Polah
premanisme Portugis tak hanya dilampiaskan di Malaka yang Muslim, tetapi juga
di Maluku; dapurnya rempah-rempah Nusantara saat itu. Di sinilah Portugis
bertingkah layaknya penguasa tunggal. Ia monopoli rempah-rempah, menggembosi dan
mengendalikan kekuasaan Sultan, melakukan penegakan hukum dengan cara “durch Blut und Eisen” (Besi dan Darah),
berlaku kejam agar rakyat menjadi ketakutan, mudah menuduh siapapun sebagai
pengkhianat sebagai cara menyingkirkan pihak yang tak sejalan, arogan, dan
menjalankan politik konspirasi. Gubernur Portugis di Maluku menerapkan hukum
sesuka hati. Dan mereka kebal hukum.
Buku ini terdiri dari 17 Bab yang menjelaskan
secara detail mengenai sejarah Portugis dan Spanyol selama berada di Maluku.
Mulai dari awal kedatangannya sampai masa kekuasaannya di Maluku, serta beberapa
peninggalannya yang masih ada hingga sekarang seperti benteng Gamlamo. Benteng
ini dibangun pada masa pemerintahan gubernur de Brito yang merupakan gubernur
pertama.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana
keadaan Maluku sebelum kedatangan bangsa asing. Yang mana pada saat itu
terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Namun
yang memiliki pengaruh lebih besar diantara keempat kerajaan itu adalah Ternate
dan Tidore. Kedua kerajaan ini selalu bersaing untuk bisa menjadi yang terkuat.
Ketika mendengar kabar kedatangan orang-orang Portugis, keduanya berusaha
mendapatkan perhatian sehingga nantinya dapat menjalin kerja sama untuk
memperkuat kerajaannya. Namun ternyata Ternate satu langkah lebih cepat
daripada Tidore.
Selama berkuasa, setidaknya ada 14
gubernur yang pernah memerintah. Diantaranya Antonio de Brito yang menjadi
gubernur pertama serta Gorge de Menezes yang memerintah dari tahun 1527 hingga
1530. De Menezes dikenal sebagai gubernur yang kejam selama memerintah. Hal ini
ia lakukan agar rakyat takut sehingga bersedia tunduk dan patuh terhadap
pemerintahannya. Selain itu didalam buku ini juga dibahas secara lebih khusus
mengenai Antonio Galvao. Ia merupakan gubernur Portugis terbaik diantara yang
terburuk. Sebab pada masa kekuasaannya, Maluku dibangun dan diperbaiki di segala
bidangnya, baik bidang militer, sosial maupun pendidikan. Menurutnya, Maluku
memiliki kekayaan alam yang hampir serupa dengan Brazil. Jika tidak dikelola
dengan baik, maka kekayaan itu tidak akan dapat bertahan lama. Sehingga tidak
dapat dinikmati untuk ke depannya. Antonio Galvao juga dikenal bersahaja dan
jujur dalam mengemban jabatannya. Karena itulah rakyat Maluku memberikan gelar
‘Bapak Negeri’ kepadanya.
“Dengan mengikuti uraian sejarah yang
dikisahkan dalam buku ini, kita bisa mengetahui perihal keterlibatan orang
Portugis dan Spanyol dalam sejarah Maluku Utara. Buku ajar sejarah tidak banyak
memberi keterangan mengenai kegiatan Portugis dan Spanyol. Bahan-bahan yang
relevan dihimpun penulisnya dari pelbagai perpustakaan di jakarta selama waktu
yang cukup lama memungkinkan kita dapat memahami keberadaan sisa-sisa benteng
dan puing-puing pertahanan yang ditemukan di kawasan Maluku Utara. Kita juga
dapat lebih mengenal unsur-unsur kebudayaan bangsa-bangsa Iberia ini yang telah
mengendap dalam kebudayaan dan bahasa setempat, malahan telah masuk dalam
kosakata bahasa Indonesia, seperti baluarti,
serdadu, meriam, minggu, kemeja, sepatu, lenso, bolu, kaldu, mentega, dan seterusnya.”
(Adrian B. Lapian; Guru Utama Sejarah Maritim Indonesia)
Daftar Isi
Bab 1―Dunia Baru dan
Ekspansi Portugis
[Ekspansi Portugis ke Asia | Kedigdayaan Portugis di Laut
dan Monopoli Perniagaan Rempah-rempah | Peran Pangeran Henry Si Navigator dan
Orang Islam | Kota Pelabuhan Malaka | Hubungan Malaka dengan Kerajaan Lokal di
Sekitarnya | Pertemuan Sultan Mansur dengan Raja Maluku | Penaklukan Bandar
Malaka oleh Portugis | Malaka Setelah Penaklukan Portugis]
Bab 2―Portugis di Maluku
[Rempah-rempah Maluku dan Keinginan Portugis untuk
Menguasainya | Dari Malaka ke Maluku | Pemberian Hak Monopoli | Berbagai Sistem
Pemerintahan Portugis di Maluku | Pelayaran Portugis Berikutnya | Antonio de
Brito Tiba di Maluku | Benteng Portugis | Bisnis Raja Portugis]
Bab 3―Para Gubernur
Portugis di Maluku
[Antonio de Brito: Gubernur Portugis Pertama | Garcia
Henriquez: Gubernur Portugis Kedua | Jorge de Menezes: Gubernur Portugis Ketiga
| Gonsalo Pereira: Gubernur Portugis Keempat | Vincente de Fonseca: Gubernur
Portugis Kelima | Tristao de Atayde: Gubernur Portugis Keenam | Antonio Galvao:
Gubernur Portugis Ketujuh | Jorge de Castro: Gubernur Portugis Kedelapan |
Jordao de Freitas: Gubernur Portugis Kesembilan | Bernaldin de Sousa: Gubernur Portugis
Kesepuluh dan Keduabelas | Christavao de Sa: Gubernur Portugis Kesebelas |
Fransisco Lopez de Sausa: Gubernur Portugis Ketigabelas | Duarte de Eca:
Gubernur Portugis Keempatbelas | Gubernur-gubernur Portugis Pasca de Eca]
Bab 4―Antonio Galvao,
Gubernur Portugis Terbaik di Antara yang Terburuk
[Hari-hari Pertama Galvao di Maluku | Penyerbuan ke Tidore |
Ibukota Tidore Ditembaki | Merebut Pusat Pertahanan | Berdamai dengan Sultan
Tidore | Pertemuan Gubernur Galvao dengan Kaicil Rade dan King Mir | Perdamaian
Portugis dengan Jailolo dan Bacan | Sebuah Catatan Penutup tentang Galvao]
Bab 5―Motivasi Agama
dalam Ekspansi Portugis
[Agama dan Perdagangan | Kristenisasi Maluku | Periodisasi
Kristenisasi Maluku | Situasi dan Kondisi Misi Jesuit Maluku | Kunjungan
Misionaris Jesuit | Daerah Kerja Misi Jesuit]
Bab 6―Francis Xavier di Maluku
[Rencana ke Maluku | Berlayar ke Ambon | Surat Francis
Xavier dari Ambon | Situasi Menjelang Kunjungan Francis Xavier ke Maluku |
Xavier di Ternate | Rencana Mengunjungi Moro | Xavier di Moro | Metode
Penginjilan Xavier | Kesan-kesan Xavier tentang Moro | Xavier Meninggalkan
Ternate | Hasil Kerja Misi Jesuit | Beberapa Catatan tentang Misi Jesuit]
Bab 7―Hubungan
Ternate-Portugis Menjelang Terbunuhnya Khairun
[Kemudahan yang Diberikan Khairun kepada Misi Jesuit |
Penangkapan Khairun untuk Kedua Kalinya | Terbunuhnya Khairun]
Bab 8―Babullah Datu Syah
Menamatkan Kehadiran Portugis di Maluku
[Terbunuhnya Khairun dan Tampilnya Babullah | Mengapa
Babullah Tidak Mengambil Tindakan Militer atas Benteng Gamlamo | Pelaksanaan
Pengepungan Benteng Gamlamo | Daerah Seberang Laut Babullah | Pertemuan
Babullah dengan Francis Drake | Perundingan Babullah-Drake | Ekspedisi ke
Pantai Timur Sulawesi | Perjanjian Kerjasama dengan Makassar | Hari-hari
Terakhir Sang Penakluk | Babullah: Sultan Ternate Terbesar]
Bab 9―Kegagalan Portugis
di Maluku
[Upaya Portugis Kembali ke Maluku | Analisis Kegagalan
Portugis di Maluku]
Bab 10―Spanyol dan
Kepulauan Rempah-rempah
[Dunia yang Terbelah Dua | Perlombaan Menemukan Maluku |
Arti Kepulauan Rempah-rempah bagi Spanyol]
Bab 11―Ekspedisi
Ferdinand Magelhaes Menuju Kepulauan Rempah-rempah
[Persiapan Ekspedisi | Memorandum Magelhaes dan Falero
kepada Raja Spanyol | Surat Balasan Raja Spanyol | Pengangkatan Perwira-perwira
Armada | Hal-hal yang Harus Diperhatikan | Surat Wasiat Magelhaes | Kapal dan
personil yang Turut dalam Ekspedisi | Pemberontakan | Bertemu Orang Petogonian
| Kaburnya Kapal San Antonio ke Spanyol]
Bab 12―Ferdinand
Magelhaes di Filipina
[Berlabuh di Suluan | Pulau Humabon | Pulau Limasawa |
Permulaan Kristenisasi dan Pertemuan dengan Massa Limasawa | Cebu |
Kristenisasi | Penyerangan Pulau Mactan dan Terbunuhnya Magelhaes | Tragedi
Cebu dan Fitnah Enrique | Bertolak Menuju Kepulauan Rempah-rempah]
Bab 13―Spanyol di Maluku
(Tidore)
[Catatan Jurnal Pigafetta | Sambutan Sultan Almansur |
Kembali ke Spanyol dengan Muatan Kapal Penuh Rempah-rempah | Permasalahan yang
Diajukan Publik Spanyol Pasca Ekspedisi Magelhaes]
Bab 14―Beberapa
Ekspedisi Spanyol Pasca Magelhaes
[Kontroversi Ekspedisi Magelhaes | Ekspedisi Loaysia
(1525-1526) | Perundingan Juncta of Badajoz | Ekspedisi Saavedra (1527-1529) |
Traktat Zaragoza | Ekspedisi Villalobos (1542-1546) | Ekspedisi-ekspedisi
Spanyol dari Filipina]
Bab 15―Penyerbuan
Spanyol ke Ternate
[Persiapan Invasi | Personil Tempur dan Pembantunya |
Disambut Tembakan Kapal Belanda | Invasi Spanyol ke Ternate | Perlawanan
Ternate Berakhir | Deportasi Sultan, Keluarga, dan Para Bobatonya ke Manila |
Pasukan Spanyol di Halmahera dan Sulawesi Utara | Upaya Jogugu Hidayat dan
Kapita Laut Ali | Pembetukan Pasukan Gabungan VOC-Ternate | Ambon Sebagai Pusat
Kekuatan Militer VOC | Perang Harga Cengkih | Spanyol Meninggalkan Maluku]
Bab 16―Imbas Kehadiran
Portugis dan Spanyol di Maluku
[Keuntungan Perdagangan yang Melimpah | Dampaknya Bagi
Rakyat Maluku | Situasi Politik dan Pemerintahan | Sosial Budaya]
Bab 17―Tantangan Bagi
Portugis dan Spanyol dalam Menemukan Maluku
[Cengkih Sebagai Daya Tarik | Keuntungan Luarbiasa | Motif
Kehadiran Portugis dan Spanyol di Maluku | Perlawanan Raja-raja Lokal]
Bibliografi
Judul: Portugis & Spanyol di Maluku
Penulis: M. Adnan Amal
Tebal: xxi+386 hlm.
Dimensi: 14 x 21 cm
Cetakan: 1, Januari 2010
ISBN: 979-3731-66-4
Penerbit: Komunitas Bambu, Depok
0 Komentar