Dalam sejarah,
perkembangan agama Islam di Indonesia tidak lepas dari peran para pendakwah,
khususnya ulama. Walaupun telah wafat —hingga saat ini, perjuangan dan
kegigihan mereka dalam menegakkan agama Islam selalu diingat serta dapat
diteladani oleh umat Islam.
Sebagai pendakwah, sudah
barang tentu mereka selalu mengajak orang lain untuk beriman dan bertakwa
kepada Alloh swt. Berbagai macam metode dakwah telah mereka lakukan sehingga
dapat berkontribusi untuk kemajuan umat Islam.
Buku ini menyajikan 50 kisah
hidup para pendakwah yang telah mengubah sejarah. Mereka adalah para ulama yang
merupakan pewaris para Nabi. Namun, tidak hanya memuat kisah para ulama, buku
ini juga memberi ruang terhadap pendakwah dari kalangan pendidik, politikus,
jurnalis, penulis, dan kaum intelektual.
Para pendakwah tersebut
mempunyai kisah-kisah inspiratif yang luar biasa dalam hidupnya. Karena itu,
selain meneladani Rosululloh saw, umat Islam Indonesia sudah sepatutnya
meneladani mereka. Apalagi, dalam kisah-kisah para pendakwah tersebut terdapat
suatu pelajaran yang berkaitan dengan keindonesiaan secara langsung. Seperti
dalam firman Alloh Ta’ala, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf [12]: 111).
Untuk menyampaikan kisah
teladan beberapa ulama besar dalam buku ini tentu tidak akan memadai. Karena
itu, buku ini hanya dapat memberikan sekelumit kisah atau semacam pengantar
tentang para ulama tersebut. Melalui profil singkat ulama yang disajikan dalam
buku ini, setidaknya akan membuat para pembaca terpancing untuk menelusuri
lebih jauh tentang kisah perjuangan dan dakwah mereka.
Setelah selesai membaca
buku ini, pembaca juga akan menemukan sejumlah hikmah karena para ulama
tersebut mempunyai proses panjang dalam belajar dan mendalami agama Islam.
Terutama, para ulama yang pernah belajar di Makkah, di mana kota ilmu tersebut
telah terbukti banyak melahirkan pendakwah berkelas di Indonesia.
Salah satu ulama
berkelas dan berkontribusi besar dalam dakwah Islam di Indonesia adalah pendiri
NU Kyai Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah Kyai Ahmad Dahlan. Dalam
konteks keindonesiaan, kedua ulama tersebut telah berhasil membuat organisasi
yang mampu mengawal agama Islam sebagai agama yang rohmatan lil alamin.
Dengan meneladani kisah
penerus para Nabi tersebut, para pembaca barangkali nantinya juga dapat
berkontribusi dalam mengatasi kerusakan moral saat ini. Seperti dalam pepatah
Arab, disebutkan bahwa tegaknya suatu bangsa itu adalah karena akhlak. Jika
moral atau akhlak telah hilang, sebuah bangsa akan hilang.
Setiap orang beriman dan
berilmu tinggi memiliki kewajiban untuk beramal dengan berlandaskan ilmu dan
keimanannya. Amal yang berlandaskan iman dan ilmu pasti akan dihiasi oleh
akhlak. Karena itu, dalam ajaran Islam seorang ulama pasti akan berakhlak mulia
sehingga mereka dapat menjadi teladan bagi kalangan awam umat Islam.
Kisah-kisah di dalam
buku ini sangat baik untuk diketahui oleh khalayak umum karena mengajarkan
keteladanan akhlak. Di dalamnya dapat kita peroleh berbagai percikan pemikiran
dan sikap dari 50 pendakwah tersebut karena mereka juga dapat menginspirasi
para pendakwah yang hidup pada zaman ini.
Setiap pendakwah pasti
dihadapkan dengan kondisi masyarakat yang berbeda-beda. Kondisi masyarakat
terdahulu tentu berbeda dengan kondisi masyarakat modern saat ini. Namun,
setidaknya dengan mengetahui sejarah atau kisah para ulama terdahulu akan
membuat ghiroh umat saat ini bangkit kembali untuk menyebarkan ajaran Islam.
Ghiroh dalam konteks ini
merupakan gairah untuk selalu melakukan yang terbaik untuk agama Islam.
Semisal, ketika kita melihat seseorang yang beramal sholih dalam kehidupan
sehari-sehari, ghiroh kita secara otomatis juga akan bangkit untuk menyamai,
bahkan melebihinya.
Dalam sejarah intelektual,
terbukti bahwa tulisan-tulisan yang mengisahkan tentang kemuliaan imam empat
mazhab, para sufi, dan kecerdasan para ilmuwan Muslim telah membuat banyak umat
Islam meneladani mereka. Karena itu, kisah para ulama di dalam buku ini juga
dapat membuat para pembaca meneladani mereka dan turut aktif dalam berbagai
kegiatan dakwah.
Daftar Isi
Inspirasi
dari Guru-guru Masjidil Haram:
1. Nawawi al-Bantani; pemilik banyak gelar
penanda kedalaman ilmu.
2. Muhammad Kholil; guru dari banyak ulama
berpengaruh.
3. Mahdudz at-Tarmasi; mendapat enam gelar dari
Syaikh Yasin al-Fadani.
4. Ahmad Khatib al-Minangkabawi; pembaharu yang
“melahirkan” banyak ulama besar.
5. Yasin al-Fadani; musnid terkemuka abad ini.
Pembaharu dan
Pendidik Fenomenal:
6. Sholeh Darat; guru ulama dan “penunjuk jalan”
RA. Kartini.
7. Muhammad Thaib Umar; memperbaharui model
sekolah agama dan bahasa khutbah.
8. Ahmad Surkati; pendiri Al-Irsyad dan guru
dari banyak tokoh nasional.
Selangkah
Seiring di Jalan Dakwah:
9. Ahmad Dahlan; pendiri Muhammadiyah tak lelah
berdakwah.
10. Siti Walidah; mendirikan Aisyiyah untuk
majukan muslimah.
Bapak-Anak,
Istiqamah di Medan Dakwah:
11. Abdul Karim Amrullah; pembaharu yang gigih
dan tegas kepada siapa pun.
12. HAMKA; sang autodidak “produsen” seratus
buku.
13. Hasyim Asy’ari; pendiri NU dan pejuang
syariat dan tegas kepada Syi’ah.
14. Wahid Hasyim; gigih memperjuangkan Islam
sampai ke level negara.
15. Isa Anshari; tokoh Masyumi, Singa Podium,
dan jago menulis.
16. Endang Saifuddin Anshari; menempatkan posisi
Piagam Jakarta secara haq.
Mertua-Menantu
di Satu Garis Perjuangan:
17. Imam Zarkasyi; pendiri pesantren Gontor yang
meyakini kekuatan tulisan.
18. Tidjani Djauhari; ulama Sumenep-Madura
“berkarya” ke mancanegara.
Gelanggang
Politik pun Menjadi Lahan Dakwah:
19. HOS Tjokroaminoto; berbasis iman dan Islam
gelorakan kesadaran nasional.
20. Agus Salim; mendapat hikmah dari tugas
menginteli aktivis Syarikat Islam.
21. M. Natsir; gigih memperjuangkan Islam
sebagai dasar negara.
22. Mohammad Roem; diplomat ulung bernama harum.
23. Syarifuddin Prawiranegara; pemimpin
sederhana dan da’i yang istiqamah.
24. Kasman Singodimedjo; lantang menagih janji
terkait “tujuh kata”.
25. Prawoto Mangkusasmito; pemimpin yang patut
ditiru calon pemimpin.
Sang
Inspirator, Sang Peneduh:
26. Faqih Usman; ulama perumus “kepribadian
Muhammadiyah”.
27. Abdul Hamid; ulama yang tak hendak terkenal.
Pesona Sang
Penggerak:
28. Abdul Wahab Hasbullah; ulama yang aktif
bergerak dan menggerakkan.
29. Mas Mansur; Sang “Sapukawat” dan Si “Bintang
Timur”.
“Dua
Abdullah” yang Penuh Prestasi:
30. Abdullah Syafi’i; pencinta ilmu dan pendidik
sukses.
31. Rahmat Abdullah; pengemban dakwah, penebar
ghirah.
“Cahaya-cahaya”
yang Mencerahkan:
32. Mas Abdurrahman; “bercahaya” bersama
Mathla’ul Anwar.
33. Misbach; bak lampu menjadi penerang umat.
Perempuan-perempuan
Tangguh di Arena Dakwah:
34. Rohana Kuddus; pendidik dan perempuan
jurnalis pertama.
35. Rahmah El-Yunusiyah; pendidik sukses dan
syaikhah pertama dari Al-Azhar.
36. Rasuna Said; berjuang lewat
pendidikan,politik, dan jurnalistik.
37. Zakiah Daradjat; perempuan berkualitas
ulama.
38. Yoyoh Yusroh; penghafal Al-Qur’an yang
bersiaga hadapi kematian.
Kristolog
yang Jago Dialog:
39. Bahaudin Mudhary; kristolog cakap berdebat
dan terampil menulis.
40. Abdullah Wasi’an; kristolog hebat berdebat
dan jempolan menulis.
Siap Menulis
dan Sigap Berdebat:
41. A. Hassan; guru Persis, tajam menulis dan
fasih berdebat.
42. M. Rasyidi; sang pembela agama dan negara.
Tetap “Hidup”
Bersama Karya Tulisnya:
43. Arsyad al-Banjari; Sang Penunjuk Jalan agar
urusan agama mudah.
44. Mahmud Yunus; pembaharu pengajar bahasa
Arab.
45. Hasbi ash-Shiddieqy; pemikir besar dari kota
kecil.
46. Munawar Khalil; “hidup” bersama Kelengkapan Tarikh Muhammad.
47. Ahmad Warson Munawwir; penyusun kamus
Arab-Indonesia legendaris.
48. Mu’ammal Hamidy: rajin menulis, dari “lembar
ceramah” hingga buku.
Selalu
Bersemangat Gerakkan Dakwah:
49. Abdullah Said; pendiri Hidayatullah, Si Kutu
Buku, dan Sang Motivator.
50. Hasan Hasly; kakek yang “mewariskan” sebuah
Pusdiklat.
Ibrah dari
Pendakwah Berprestasi Wah.
Bibliografi
Judul: 50 Pendakwah
Pengubah Sejarah
Penulis: M. Anwar
Djaelani
Tebal: 328 hlm.
Dimensi: 13,5x20 cm
Cetakan:
I, 2016
ISBN: 978-602-7820-40-1
Penerbit: Pro-U Media,
Yogyakarta
0 Komentar