Resensi: Enrique Maluku; Pengeliling Bumi Pertama adalah Orang Indonesia


Enrique Maluku atau disebut juga Henrique el Negro (Portugal), Enrique el Negro (Spanyol), Enrique de Malacca atau Enrique de Molucca. Ia disebut Maluku atau el Negro karena berkulit lebih gelap dibandingkan umumnya masyarakat Asia; istilah lain dari berkulit hitam.

Enrique lahir di Maluku. Saat usianya sekira 10 tahun (1503), ia meninggalkan Amboina untuk bekerja di kapal mengangkuti biji pala dari Banda Neira dan cengkih dari Amboina. Pekerjaan tersebut ia geluti sekitar 7-8 tahun. Di dunia itulah ia berinteraksi dengan beragam bahasa; Melayu, Ambon, Bugis/Makassar, Jawa, Palembang, Portugal, Spanyol,

Enrique menetap cukup lama di Palembang (dahulu kerajaan Sriwijaya), karena kota ini merupakan salah satu kota terbesar di Nusantara sebagai bekas ibu kota Sriwijaya dan pusat kebudayaan Nusantara ketika itu. Di mana kala itu, Malaysia (dahulu Malaka) dan Singapura (dahulu bernama Tumasik) menjadi wilayah taklukan Sriwijaya. Dalam catatan novelis Malaya (sebelum Malaysia berdiri); Harun Aminurrashid; Enrique pernah menjadi pelayan Sultan Mahmud Syah di Malaka. Di tempat itulah —menurut Harun Aminurrashid— Enrique diambil pegawai oleh Ferdinand Magellan; salah satu kapten armada Alfonso d'Albuquerque.

Nama asli Enrique atau Henrique masih dalam penelitian. Konon sebelum ia dibaptis, adalah Panglima Awang. Ia dipanggil dengan nama Enrique atau Henrique karena di masa itu (abad XVI), nama Henrique (Portugal) atau Enrique (Spanyol) sangat populer di Eropa.

Nama Henry berasal dari nama Jerman; Heimrich; dari kata "heim" (home) dan "ric" (kekuatan, ketegasan). Dengan makna tersebut, sehingga bangsa Eropa meyakini, bahwa nama memiliki hubungan dengan keberuntungan. Sebab, di Inggris masa itu ada sembilan raja yang memakai nama Henry. Nama Henry juga digunakan oleh tujuh raja di Jerman dan empat raja Prancis.

Enrique Maluku adalah orang yang diperlukan Magellan untuk menjadikan impiannya menemukan Maluku dari rute barat menjadi kenyataan. Seseorang seperti Enrique Maluku yang menguasai berbagai bahasa ketika itu sangat dinilai tinggi jasanya. Ketika itu, belum ada bahasa internasional yang dikenal luas seperti bahasa Inggris sekarang. Tidak heran, seorang interpreter atau penerjemah dibayar mahal dan sangat dicari oleh penguasa-penguasa pada masa itu. Ketika profesi interpreter dianggap profesi elite. Mereka yang bekerja di istana, mendapat pangkat tinggi, properti tanah, rumah, dan gelar. Salah satu tugas mereka adalah menerjemahkan pengakuan tentara musuh yang tertangkap.

Buku ini diawali dengan pembahasan tentang anggapan bangsa Eropa konservatif yang Kristen, bahwa Bumi itu datar dengan ujung dunia yang dipenuhi dengan monster-monster raksasa nan mengerikan yang dapat menelan kapal laut. Hingga Columbus mematahkan kepercayaan turun-temurun tersebut, bahwa Bumi berbentuk bulat di abad XV.

Fakta bahwa Bumi itu bulat sebenarnya bukan diketahui ketika Columbus menjelajah lautan mengitari Bumi. Sejak lebih dari 2000 tahunan yang lalu manusia sudah tahu bahwa Bumi itu bulat. Ilmuwan-ilmuwan Mesir, Yunani, dan berbagai wilayah di Mediterania yang bekerja di Perpustakaan Alexandria telah mengetahuinya. Salah seorangnya adalah Eratosthenes dari Cyrene (276-194 SM). Entah kenapa, pengertian bahwa Bumi itu bulat dapat hilang di Eropa sampai pada masa Columbus. Boleh jadi keyakinan agama yang malah menjadi penyebabnya.

Penjelasan terkait Enrique Maluku dalam buku ini sebenarnya tidak terlalu banyak. Karena buku ini lebih banyak mengupas tentang pelayaran di masa itu dalam misi mencari sumber rempah dunia, yakni Kepulauan Maluku, meski pun pada perkembangan berikutnya mengalami kristalisasi misi 3G; Gold, Glory, Gospel; serta pasang-surutnya perebutan sumber rempah. Karena secara tidak langsung, keberadaan Enrique Maluku beriringan dengan misi tersebut.

Harga rempah —terutama cengkih— di masa itu bahkan jauh lebih mahal dari emas. Sebagai gambaran, harga tertinggih cengkih di pasaran Eropa saat itu mencapai 7 kg emas untuk menebus 1 kg cengkih. Tingginya harga rempah di Eropa tidak lepas dari iklim di Eropa. Selain itu, tingginya harga rempah di pasaran Eropa disebabkan rantai distribusi rempah yang merentang dari Maluku.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Ottoman memegang peranan penting melonjaknya harga rempah di Eropa. Sebab distribusi rempah, baik jalur laut maupun jalur darat (Jalur Sutra) harus melalui Istanbul. Belum lagi distribusi rempah di Mesir di kooptasi keluarga Karimi untuk didistribusikan ke Venesia dan Genoa. Turki mengenakan pajak tinggi untuk semua barang dan bahan yang akan disalurkan ke Eropa. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari sentimen politik dan sanksi ekonomi untuk Eropa selain juga karena sentimen agama yang menjadi latar perebutan Konstantinopel antara Islam dan Barat (Kristen).

Misi besar-besaran mencari Kepulauan Rempah-rempah merupakan langkah ambisius bangsa Eropa untuk memotong jalur distribusi rempah yang memakan biaya cukup mahal sekaligus sebagai serangan balik untuk Ottoman.

Di mana peran Enrique Maluku pada misi Magellan? Tugas utamanya adalah mengantarkan armada d'Albuquerque ke sumber rempah di Nusantara, yakni Maluku. Dengan susah-payah dan tercerai-berai karena hantaman ombak dan kelakuan mereka di tempat persinggahan, armada Magellan sandar juga di Maluku pada 1521. Dan Portugal menguasai perdagangan rempah-rempah sampai belanda mengammbil hampir 100 tahun kemudian setelah berdirinya VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada 20 Maret 1602.

Di akhir buku ini, Penulis menyuguhkan bagaimana sosok Enrique Maluku menjadi perebutan klaim dua negara, Indonesia dan Malaysia. Di mana Malaysia mengklaim, bahwa dengan menjadi pelayan Sultan Mahmud Syah, Enrique sebetulnya sebagai warga Malaka yang berasal dari Sumatera. Dan Harun Aminurrashid berspekulasi dengan mengganti nama Enrique Maluku menjadi Panglima Awang. Filipina pun ikut ambil bagian dalam klaim tokoh satu ini dengan dalih kompetensi Enrique Maluku dalam berbahasa Filipina dengan berspekulasi, bahwa Enrique Maluku diculik bajak laut dari Cebu (Filipina) dan dijual di pasar bukak di Malaka.

Buku ini akan lebih lengkap jika menjelaskan kesejarahan pembagian teritori Bumi menjadi Timur dan Barat oleh bangsa Eropa dalam Perjanjian Tordesillas. Selain itu, Penulis perlu juga membaca literatur terkait kekuatan maritim Sriwijaya, terutama pada teknologi kanon seperti yang ditemui pada buku "Kronik Peralihan Nusantara; Liga Raja-raja hingga Kolonial" karya Bayu Widiyatmoko. Satu lagi. Terkait penyematan predikat bangsa Eropa sebagai penemu dunia atau benua, bahkan penjelajah pertama kali, sepertinya Penulis perlu pula memasukkan paparan Gavin Menzies yang menyatakan, bahwa pelaut China lebih dulu menjelajah dan menemukan dunia, jauh sebelum bangsa Eropa seperti yang dipaparkan dalam buku berjudul "1421".

Untuk perbaikan dari buku ini, fungsi editor dalam disiplin penulisan dan tata tulis perlu ditingkatkan.

Bibliografi
Judul: Enrique Maluku; Pengeliling Bumi Pertama adalah Orang Indonesia
Penulis: Helmy Yahya dan Reinhard R. Tawas
Tebal: 236 hlm.
Genre: Sejarah
Cetakan: I, 2016
ISBN: 978-602-7689-82-4
Penerbit: Phoenix, Jakarta Selatan

Posting Komentar

0 Komentar