"Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan tang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah." —Aristoteles
Emosi memiliki beragam kecenderungan dan tidak selalu identik dengan kemarahan. Pengertian emosi adalah perasaan yang muncul sebagai respons dari situasi tertentu, misalnya gembira, sedih, marah, takut, cinta, jijik, kagum, dan bingung. Sedangkan buku ini berfokus pada emosi marah, penyebab, dan cara mengendalikannya.
Pada Prolog
buku ini, Penulis mengacu pada Goleman (1995), emosi marah adalah salah satu
dari bentuk emosi yang di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah
besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan,
tindak kekerasan, dam kebencian patologis (hal.11).
Setiap orang pasti pernah mengalami ragam emosi, baik positif
maupun negatif. Salah satu emosi negatif adalah amarah. Setiap orang pun
berbeda-beda dalam memperlakukan amarahnya. Ada yang dipendam saja, ada pula
yang ditumpahkan apa adanya. Bahkan ada yang merusak seperti membanting barang,
melukai orang lain, dan sebagainya.
Dalam buku ini, ada sebuah kutipan dari buku The
Purification of The Heart karya Hamza Yusuf di halaman 156, bahwa
kalimat "jangan marah" maksudnya adalah tidak membiarkan kemarahan
menguasai seseorang dan membuatnya kehilangan tata krama. Kendalikan amarah dan
jangan pernah kehilangan kendali. Kemarahan adalah sesuatu yang perlu dilatih,
bukan dihapuskan, sebab jika manusia benar-benar menekan rasa amarahnya, banyak
ketidakadilan di dunia ini tidak akan dilawan dan tirani akan dibiarkan berkuasa
tanpa koreksi. (hlm. 71-72).
Intinya, boleh marah karena amarah merupakan emosi yang Allah
ciptakan kepada jiwa-jiwa manusia. Amarah merupakan salah satu fitrah manusia.
Amarah yang tidak diperbolehkan adalah yang berlebihan, yang tidak ada manfaat
dan membuat kerusakan.
Dalam buku ini ada poin-poin penting tentang bagaimana
seharusnya menghadapi atau mengelola amarah. Seperti bagaimana harus
belajar menjadi pribadi yang asertif, dan harus mengalirkan amarah secara
benar, yaitu benar kadar dan benar konteksnya.
Tahap untuk
‘Sehat’ di antaranya lepaskan atau alirkan emosi melalui aware (menghadirkan kesadaran), accept
(mengakui rasa luka), allow
(lampiaskan dengan pertimbangan matang), dan away (lepaskan dan pasrahkan kepada Alloh dengan bermodal
kemaafan). Tahap berikutnya adalah mengosongkan potensi emosi dengan
mendetoksifikasi sampah emosi negatif, reframing
diri saat beban mulai ringan, terapi pencernaan, harmoniskan hubungan dengan
Alloh, dan perbaiki hubungan sosial. Selain itu, lakukan tapping pada bagian-bagian tubuh yang berkorelasi dengan jalan
pelepasan amarah. Selanjutnya, perkuat reframing
atau menemukan mutiara diri untuk menata hati terhadap urgensi permasalahan.
Buku Anger Management ini merupakan semacam
rangkuman ilmu mengelola emosi amarah yang telah dilakukan di banyak workshop di kota-kota di Indonesia,
juga telah diaplikasikan di ragam setting peran
dan kalangan.
Resume
Bab: 1. Diantara Banyaknya Sebab Amarah
Beberapa
kesalahan konsep dalam memahami paradigma emosi terjadi disebabkan oleh pola
asuh yang mengedepankan pengasahan kognisi daripada emosional-spiritual dan
pendidikan yang berorientasi pada standardisasi daripada keunikan individu,
seperti doktrin yang ditanamkan, bahwa tabu jika lelaki menangis, menyepelekan
kebutuhan mengalirkan emosi dengan mengalihkan perhatian, menyederhanakan
masalah untuk kita mengalah dan melupakan, toxic
positivity yang seolah menguatkan tapi terlalu menggampangkan beban orang
lain, mengajari anak ambil sikap diam yang cenderung mengalah atau reaksioner
dengan mengabaikan sisi analitik, stigma negatif ketika membutuhkan
pendampingan dari psikolog atau psikiater, doktrin mengebiri dengan ketabuan
jika bersikap marah.
Bab: 2. Alur Kisah Kanvas Rasa
Seiring
waktu, jiwa bersih setiap anak akan mendapat warna dari orang-orang di
sekitarnya. Tak kecuali noda-noda jiwa hasil pengasuhan dengan beragam masalah
dan emosi negatif, seperti inner child
disebabkan kasih sayang pengasuhan di masa kecil tidak pernah didapatkan,
perundungan yang dialami selama pengasuhan dalam rumah maupun di luar rumah,
obsesi orangtua yang dipaksakan kepada anak, pola asuh orangtua yang
memfasilitasi dan membiarkan anaknya terlena dengan teknologi, celetukan
basa-basi yang menyinggung, depresi orangtua dan sensitif karena aktivitas yang
berlebihan, sakit fisik akibat psikosomatik, kegelisahan jiwa karena beban
pikiran, post-power syndrome, amarah
karena doa yang tak kunjung terkabul, dan grieving;
hilangnya separuh jiwa karena perginya pasangan hidup.
Bab: 3. Nafsu Amarah Berkepanjangan
Amarah
adalah hal wajar yang dipunyai setiap makhluk hidup, terlepas apapun motifnya.
Jika ditilik dari sudut agama, kemarahan dilatih pengendaliannya dan dikelola
sedemikian rupa agar tidak kehilangan tatakrama.
Dari sudut
pandang psikologi, marah diberikan syarat untuk tidak berkepanjangan atau
sampai menyimpan dendam. Karena hal itu akan mengakibatkan mempersalahkan diri
sendiri yang akan menutup diri dari segala potensi yang ada, tak
berpengharapan, sakit fisik, mudah meledak karena beban pikiran yang dipendam
lama menemui pemicunya, penurunan kemampuan kognisi, dan pelarian dari jiwa
yang terbebani pada hal-hal tak bermanfaat dan mengadiksi.
Bab: 4. Dinamika Anger Management
Menurut
Goleman (1995), emosi adalah setiap pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Sedangkan amarah adalah salah satu
dari bentuk emosi yang didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah
besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, tersinggung, bermusuhan,
tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
Amarah
ibarat fenomena gunung es. Yang muncul di permukaan adalah ekspresi amarah. Sedangkan
yang terpendam di bawah permukaan merupakan akumulasi beragam emosi negatif
dengan bermacam penyebab.
Ada dua
tipe seseorang ketika menunjukkan amarah, yakni anger in dan anger out.
Pribadi anger in akan senantiasa
menahan dan memendam amarah yang umumnya akan berakibat munculnya penyakit
fisik. Sedangkan pribadi anger out
akan segera melampiaskan amarahnya kepada lingkungan sekitar.
Hal yang
harus dipelajari dan dipahami seseorang untuk mengelola amarah —sebelum
mengalami situasi marah— adalah terkait konteks, sesuai kadar dan benar
sasaran, dan proporsional.
Ada tiga
tipe kepribadian seseorang yang terbebani masalah ketika harus bersikap, yakni fight (hadapi masalah), flight (lari dari masalah), dan freeze (terpaku dan tidak berdaya).
Seseorang
yang mampu mengelola amarah akan dapat meningkatkan kemampuan bertindak tegas,
kemampuan bernegosiasi, dan kemampuan memotivasi diri.
Bab: 5. Intensif Lakukan ‘Sehat’ (Self Healing Therapy)
Tahap untuk
‘Sehat’ di antaranya lepaskan atau alirkan emosi melalui aware (menghadirkan kesadaran), accept
(mengakui rasa luka), allow
(lampiaskan dengan pertimbangan matang), dan away (lepaskan dan pasrahkan kepada Alloh dengan bermodal
kemaafan). Tahap berikutnya adalah mengosongkan potensi emosi dengan
mendetoksifikasi sampah emosi negatif, reframing
diri saat beban mulai ringan, terapi pencernaan, harmoniskan hubungan dengan
Alloh, dan perbaiki hubungan sosial. Selain itu, lakukan tapping pada bagian-bagian tubuh yang berkorelasi dengan jalan
pelepasan amarah. Selanjutnya, perkuat reframing
atau menemukan mutiara diri untuk menata hati terhadap urgensi permasalahan.
Bab: 6. Apakah dengan Tuntasnya Ragam Amarah,
Kita Lantas Jadi Bahagia?
Untuk
menjadikan diri lebih berdaya dalam mengelola amarah, lakukan mental switch dari mental illness to mental wellness, yakini akan kekuatan doa, yakini
manfaat besar dari memaafkan, dan kenali kekuatan diri dengan talents mapping.
Bab: 7. Heart
“Feel-Free” Life X
Ciri-ciri
pribadi yang mampu mengelola amarah —ridho— adalah menjadi pribadi yang asertif
(lugas dan santun).
Bibliografi
Judul: Anger
Management; The Life Skill
Penulis:
Dandi Birdy dan Diah Mahmudah
Tebal: 212
hlm.
Genre:
Pengembangan Diri
Cetakan: I,
2019
ISBN:
978-623-7306-23-8
Penerbit: Zenawa
Media Giditana, Bogor
0 Komentar