Kebiasaan di lingkungan kita ketika membesuk si sakit adalah memberikan
kiriman makanan ―terlepas si sakit suka atau tidak dengan jenis makanan kiriman
tersebut. Padahal si sakit tak berselera makan. Hilangnya selera makan itu
bukan tanpa maksud. Hal itu karena kekuatan tubuhnya sedang diarahkan untuk
melawan penyakit yang dideritanya. Dalam keadaan demikian, maka tidak boleh
memaksanya untuk makan.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir
Al-Juhani, ia berkata: “Rosululloh saw bersabda, ‘Jangan kamu paksa orang yang sakit diantara kamu untuk makan dan
minum. Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla yang memberi mereka makan dan minum.’”
(HR. Tirmidzi dari Ibnu Majah)
Jika si sakit merasakan lapar, hal itu karena tubuh membutuhkan (meminta)
makanan untuk mengganti energi yang keluar, di mana otak menyampaikannya kepada
perut (tempat sumber energi) maka perut pun meminta makanan karena lapar.
Dari Ibnu ‘Abbas
ra, bahwasanya Nabi saw mengunjungi seorang laki-laki (yang sakit) lalu beliau
berkata (kepada si sakit), “Apa yang
engkau inginkan?” Laki-laki itu menjawab, “Aku mau roti dari gandum.” Maka Nabi saw berkata, “Barangsiapa mempunyai roti dari gandum,
kirimkanlah kepada saudara (ini).” Kemudian beliau bersabda, “Apabila orang yang sakit diantara kamu
mengingini sesuatu (makanan), maka berikanlah makanan itu kepadanya.” (HR.
Ibnu Majah)
Dari Jabir bin ‘Abdillah
ra dari Nabi saw, beliau bersabda: “Setiap
penyakit ada obatnya. Apabila penyakit telah bertemu dengan obatnya, maka
penyakit itu akan sembuh atas izin Alloh, Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha
Agung.” (HR. Muslim)
Dari ‘Atho, dari
Abu Huroiroh, ia berkata: Rosululloh saw telah bersabda, “Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali menurunkan pula (obat)
penyembuh bagi penyakit tersebut.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Pada riwayat Abu
Dawud dari Abu Darda’ ra ada penambahan, “...Maka
berobatlah kamu. Akan tetapi jangan berobat dengan sesuatu yang haram
(diharamkan).”
ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ
ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ïº»ï» ï»° اﷲ ï»‹ï» ï»´ï»ª Ùˆ ïº³ï» ï»¢ ﻗﺎل اﻟﺸﻔﺄ ﻓﻰ ﺛﻼث ﺷﺮﺑﺔ ﻋﺴﻞ Ùˆ ﺷﺮﻃﺔ ﻣﺤﺨﻢ Ùˆ ﻛﻴﺔ
ﻧﺎر و اﻧﺎ اﻧﻬﻰ اﻣﺘﻰ ﻋﻦ اﻟﻜﻲ.
Dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi saw beliau bersabda, “Kesembuhan (pengobatan) itu terletak pada tiga hal: meminum madu,
sayatan (goresan) pisau bekam (pisau bedah), dan pemanasan (penyetrikaan)
dengan api. Dan aku melarang ummatku berobat dengan mempergunakan penyetrikaan
dengan api itu.” (HR. Bukhori)
Mengomentari hadits tersebut, Abu ‘Abdulloh Al-Marozi berkata,
“Penyakit yang disebabkan kelebihan sesuatu unsur dalam tubuh dapat
terjadi pada darah, limpa, riak (dahak), dan lemak. Jika hal itu terjadi pada
darah, maka penyembuhannya dilakukan dengan mengeluarkan darah yang berlebih
(kotor) tersebut. Untuk pengobatan tiga penyebab yang lain, dapat diusahakan
dengan cara yang mudah. Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa dengan meminum
madu sudah cukup dan itu sangat mudah.
Adapun untuk membuang darah, dilakukan dengan cara berbekam. Sebagian orang
mengatakan bahwa pengobatan untuk membuang darah termasuk hal yang dimaksudkan
hadits di atas dalam kalimat “syarthoti
mihjamin”. Jika pengobatan secara ini juga tidak dapat menyembuhkan
penyakit, maka jalan terakhir adalah pembakaran/penyetrikaan dengan api panas.
Nabi Muhammad saw menyebutkan juga dalam haditsnya tentang pengobatan
dengan panas api tersebut, karena hal itu telah biasa dipakai orang sejak zaman
dahulu, jika pengobatan dengan cara pertama dan kedua tidak mendatangkan hasil
bagi kesembuhan penyakit.
Kalimat dalam hadits di atas “aku melarang ummatku mempergunakan
penyetrikaan dengan api” dan hadits lain yang menuliskan “aku tidak menyukai
penyembuhan dengan penyetrikaan” menunjukkan bahwa cara pengobatan dengan
mempergunakan panas api ini adalah merupakan upaya pengobatan yang terakhir dan
tidak boleh terburu-buru mempergunakan cara ini.
Hal yang demikian ini disebabkan dengan mempergunakan cara penyembuhan
ini (penyetrikaan) akan menimbulkan rasa sakit yang sangat berat, sedangkan
penyakit yang akan disembuhkan itu kadang-kadang rasa sakitnya masih ringan.”(h.37-38)
Dari Abi Sa’id
Al-Khudri ra, ia berkata, bahwasanya Jibril ‘alaihissalam datang kepada Nabi
saw lalu berkata, “Ya Muhammad, sakitkah
engkau?” Nabi berkata, “Ya.” Maka
Jibril berkata, “Dengan nama Alloh, aku
mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit yang menimpamu dan juga dari setiap
jiwa maupun mata orang yang dengki. Alloh akan menyembuhkanmu. Dengan nama
Alloh, aku akan meruqyahmu.” (HR. Muslim)
Sedangkan sumber penyakit itu sejatinya bermuara pada ruhani ―yang akan
berakibat pada jasmani, yakni perasaan cemas dan nafsu yang tak terkendali. Oleh
karenanya, memberikan suasana hati yang melapangkan dan memompa optimis bagi si
sakit adalah sebuah mukjizat kekuatan ruhani seperti kalimat motivasi
Rosululloh saw, “Jangan khawatir. Tidak apa-apa.
Engkau sembuh, in sya Alloh.”
Pada dasarnya, kitab kedokteran Nabi (Ath-Thibbun
Nabawi) menggunakan format pasal demi pasal tanpa ada pembagian Bab. Pada edisi
terjemahan ini, sengaja dibagi dalam bentuk Bab dengan mengelompokkan
materi-materi secara sistematis.
Beberapa pendapat mengenai kesehatan,
Ibnu Musawaih: “Barangsiapa memakan bawang selama 40 hari
sehingga wajahnya merah menghitam atau mengeluarkan darah dengan sengaja dan
hanya memakan garam yang mengakibatkan timbulnya sakit burut atau kurap, atau
makan telur dengan ikan yang mengakibatkan badannya lumpuh sebagian, atau pergi
tidur padahal perutnya penuh dengan makanan lalu terkena penyakit mati badan
sebelah, atau mengisi perutnya dengan susu dan ikan sekaligus lalu ia kena
penyakit supak, atau bermimpi keluar mani tanpa mandi lalu bersetubuh dengan
istrinya yang mengakibatkan lahirnya anak yang kurang waras, maka untuk
masing-masing ini janganlah ia menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri.”
Ibnu Bukhtayasyu’: “Hindarkanlah makan telur bersama ikan. Karena dapat
mengakibatkan sakit gigi geraham dan wasir. Membiasakan dan terlalu banyak
makan telur dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada wajah. Mandi air dingin
setelah makan ikan segar, bisa menimbulkan kelumpuhan bagian badan. Bersetubuh dengan
wanita yang sedang haidh, dapat menimbulkan penyakit lepra.”
Harits bin
Kaldah: “Barangsiapa
ingin tetap sehat di hari tuanya, hendaklah ia sarapan pagi-pagi benar,
bersegera makan malam, mengurangi kerja berat, dan mengurangi banyak
bersetubuh.”
“Empat hal yang dapat merusak tubuh, yaitu bersetubuh dalam keadaan perut
kekenyangan, tidur dalam keadaan perut penuh makanan, memakan daging yang
dikeringkan, dan bersetubuh dengan orang yang lemah/sakit.”
“Jangan kamu kawin kecuali dengan wanita yang berusia muda, jangan makan
buah-buah yang bukan musimnya, jangan memakai obat yang mempunyai efek samping.
Bersihkan perut besarmu sebulan sekali untuk menghilangkan kelebihan lemak dan
mengencangkan kulit. Selesai makan, istirahatlah sejenak. Dan jika hendak tidur
malam, hendaklah berjalan-jalan lebih dahulu sebanyak 40 langkah.”
Imam Syafi’i: “Empat hal yang dapat menguatkan tubuh, yaitu
makan daging, mencium wewangian, sesering mungkin mandi, dan memakai pakaian
dari katun.”
“Empat hal yang dapat melemahkan tubuh, yaitu terlalu banyak bersetubuh,
terlalu banyak bersedih, terlalu banyak mereguk air liur, dan terlalu sering
memakan asam-asam.”
“Empat hal yang dapat mempertajam penglihatan, yaitu duduk menghadap Ka’bah,
mencelak mata setiap malam, memandang yang hijau-hijau, dan membersihkan tempat
duduk.”
“Empat hal yang dapat mengaburkan mata, yaitu melihat yang kotor-kotor,
melihat orang yang disalib, melihat aurot wanita, dan duduk membelakangi Ka’bah.”
“Empat hal yang dapat menambah kekuatan akal, yaitu meninggalkan berkata
sia-sia, gosok gigi, sering menghadiri majelis orang-orang sholih, dan majelis
para ulama.”
Plato: “Ada lima hal yang dapat mencelakakan orang
bahwa dapat membunuh, yaitu pelit/kikirnya orang-orang kaya, hilangnya rasa
kasih sayang, tertanamnya sifat iri hati, nasihat tidak punya pengaruh lagi,
dan orang-orang bodoh menertawakan orang-orang pintar.”
Ibnul Qoyyim
Al-Jauziyah: “Empat hal
yang dapat mengakibatkan tubuh sakit, yaitu banyak berbicara, banyak tidur,
banyak makan, dan banyak bersetubuh.”
“Empat hal yang dapat merusak badan, yaitu susah, bersedih, lapar, dan
begadang.”
“Empat hal yang menggembirakan jiwa, yaitu memandang benda-benda yang
berwarna hijau, memperhatikan air yang mengalir, memandang orang yang dicintai,
dan melihat buah-buahan.”
“Empat hal yang dapat merusak mata, yaitu berjalan tanpa alas kaki,
sepanjang hari berwajah masam dan susah, terlalu banyak menangis, dan terlalu
banyak melihat benda-benda yang halus.”
“Empat hal yang dapat menguatkan tubuh, yaitu memakai pakaian yang licin,
mandi secara teratur, makan makanan yang manis, dan berlemak serta mencium
wewangian.”
“Empat hal yang dapat menghilangkan kejernihan air muka, yaitu berdusta,
tidak punya malu, banyak bertanya tanpa menguasai masalah, dan banyak berbuat
maksiat.”
“Empat hal yang dapat menambah kejernihan air muka, yaitu menjaga wibawa
(muru’ah), menepati janji, berbuat baik, dan taqwa.”
“Empat hal yang dapat menimbulkan kemarahan dan kutukan orang, yaitu
sombong, dengki, pendusta, dan memfitnah.”
“Empat hal yang dapat mendatangkan rezeki, yaitu sholat malam, banyak
beristighfar di ujung malam, memperbanyak shodaqoh, dan berdzikir pada awal dan
akhir siang.”
“Empat hal yang dapat menjauhkan rezeki, yaitu tidur pagi hari, jarang
sholat, malas, dan suka berkhianat.”
“Empat hal yang dapat mengacaukan pikiran, yaitu mengekalkan/membiasakan
makan yang masam-masam dengan buah-buahan, tidur pada leher bagian atas di
bawah kepala, berduka cita, dan bimbang.”
“Empat hal yang dapat menambah kecemerlangan pikiran, yaitu tenangnya
hati, sedikit makan dan minum, pintar mengatur menu makanan antara yang masam
dan yang manis, serta membuang kelebihan makanan yang terdapat dalam tubuh.”
Dari Ibnu Abbas
ra, ia berkata: “Seorang Arab dusun datang kepada Rosululloh saw lalu ia bertanya
kepada Rosululloh, ‘Apakah yang (baik)
aku minta kepada Alloh setelah selesai melakukan sholat lima waktu?’ Rosululloh
menjawab, ‘Mintalah kesehatan.’ Orang
Arab dusun itu masih tetap mengulangi pertanyaannya. Maka untuk yang ketiga
kalinya Rosululloh mengatakan, ‘Mintalah
kesehatan di dunia dan di akhirat.’”
Daftar Isi
Bab I―Pemeliharaan
Kesehatan
Makanan
Minuman
Pakaian
Tempat Tinggal
Olah Raga
Tidur dan Bangun
Bersetubuh
Harum-haruman
Bab II―Pedoman
Berobat
Setiap Penyakit Ada Obatnya
Dilarang Berobat dengan yang Haram
Berobat kepada Dokter
Bab III―Sistem Pengobatan
Pengobatan Secara Alamiah
Pengobatan Secara Ruqiyyah
Pengaruh Ruqiyyah terhadap Diri Si
Sakit
Keunggulan Pengobatan Nabi
Bab IV―Pengobatan
Penyakit
Macam-macam Penyakit
Sumber Penyakit
Mencegah (Menolak) Penyakit
Menghilangkan (Menyembuhkan)
Penyakit
Bab V―Penyakit
dan Obatnya
Penyakit Rohani
Penyakit Jasmani
Bab VI―Sumber Pengobatan
dan Makanan Bergizi serta Khasiatnya
Berasal dari Aqidah dan Ibadah
Berasal dari Ketrampilan/Teknologi
Berasal dari Alam
Bibliografi
Judul: Sistem Kedokteran Nabi;
Kesehatan dan Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW (Ath-Thibbun Nabawiy)
Penulis: Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah
Penerjemah: Drs. H. S. Agil Husin Al-Munawar, MA dan Drs. Abd. Rahman Umar
Tebal: 194 hlm.
Penerjemah: Drs. H. S. Agil Husin Al-Munawar, MA dan Drs. Abd. Rahman Umar
Tebal: 194 hlm.
Ukuran: 14,5 x 20,5 cm
Cetakan: I, 1994
Cetakan: I, 1994
Penerbit: Dina Utama (Toha Putra, Semarang)
0 Komentar