Buku
ini pertama kali dijumpai sekitar tahun 1999 (atau 2000) milik Murobbi.
Dipinjam tetapi belum tuntas dibaca, meski sempat dilakukan aksi scanning
keseluruhan isi bukunya. Dan peran kertas memang belum bisa tergantikan.
Ada
14 penyakit yang dibahas dalam buku ini, mulai dari makna, sebab, (tanda), akibat, dan
terapinya. Sengaja saya tuangkan semua poin-poin dalam buku ini dalam
resensi saya kali ini agar memudahkan teman-teman memahami esensinya.
1. Futur
» Makna:
menjadi malas setelah sebelumnya rajin.
» Sebab: Berlebih-lebihan
dan terlalu bersemangat dalam beragama |Berlebihan dalam hal yang
mubah | Suka menyendiri dan meninggalkan jama’ah | Sedikit
mengingat mati dan kampung akhirat | Bersikap sembrono dalam amal
keseharian | Perutnya kemasukan barang haram atau
syubhat | Membatasi kegiatan hanya pada satu bagian
agama |Melupakan sunnah terhadap alam dan kehidupan | Tidak
memperhatikan hak-hak badan karena banyaknya kewajiban yang harus
digarap | Tidak adanya persiapan untuk menghadapi
rintangan | Berteman dengan orang yang lemah kemauannya dan rendah
cita-citanya | Serabutan dalam melaksanakan sesuatu | Jatuh
dalam lembah maksiat dan menganggap ringan dosa-dosa kecil.
» Akibat:
Tidak bersungguh-sungguh atau sembrono dalam menjalankan ketaatan kepada Alloh.
» Mengobati: Jauhi
maksiat | Rajin lakukan amalan siang dan malam | Cermati
waktu-waktu utama dan istiqomah |Membebaskan diri dari berlebihan dalam
beragama | Melebur dalam jama’ah atau komunitas | Selalu
ingat hukum Alloh |Beramal secara cermat dan
sistematis | Bersahabat dengan hamba Alloh yang sholih | Memberikan
hak tubuh | Menghibur diri dengan hal mubah | Rajin
mengkaji kitab siroh, kisah, dan biografi tokoh | Mengingat
mati | Mengingat surga dan neraka| Menghadiri majelis
ilmu | Ambil seluruh ajaran agama, tidak parsial | Selalu
muhasabah.
2. Isrof
» Makna:
melampaui batas.
» Sebab: Lingkungan
keluarga | Memperoleh kelapangan setelah
kesempitan | Berkawan dengan orang-orang isrof | Lupa
mencari bekal perjalanan (akhirat) | Istri dan anak | Lupa
pada tabiat dunia | Memandang rendah terhadap nafsu | Lupa
terhadap dahsyatnya kiamat | Lupa terhadap realita
kehidupan | Tidak menghiraukan akibatnya.
» Dampak: Penyakit
tubuh | Hati yang keras | Lambannya
berpikir | Besarnya dorongan bermaksiat | Mudah tertekan
ketika menghadapi ujian | Tidak menghiraukan orang
lain | Banyak permasalahan di hadapan Alloh | Terjatuh
dalam permasalahan yang haram | Menjadi saudara
setan | Terhalang untuk peroleh cinta Alloh.
» Terapi: Renungkan
akibat dan bahaya isrof | Kendalikan
nafsu | Memperhatikan amalan sunnah | Bercermin dari pola
hidup orang-orang salaf | Tidak bersahabat dengan orang isrof | Miliki
keinginan kuat untuk membina kepribadian |Memikirkan realita lingkungan
agar tumbuh kepedulian | Selalu mengingat kematian | Pahami
bahwa tabiat kehidupan adalah penuh ujian.
3. Isti’jal
» Makna:
ingin mengubah sesuatu dalam sekejab, terburu-buru, dengan mengabaikan banyak
faktor.
» Sebab: Dorongan
nafsu | Semangat yang menggebu-gebu | Tabiat
waktu | Karena musuh-musuh Islam | Tidak mengetahui taktik
musuh Islam | Banyak kemungkaran tetapi tak tahu metode mengubahnya | Tidak
mampu menanggung beban dan derita | Mengandalkan sarana tapi abai
dalam akibat | Tak adanya program yang matang | Bekerja
dengan tidak bercermin pada yang sudah berpengalaman | Melupakan
sunnatulloh terhadap alam semesta | Melupakan tujuan yang hendak
dicapai| Melupakan sunnatulloh terhadap para
pelanggar | Terbiasa bergaul dengan orang yang suka buru-buru.
» Akibat: Menyebabkan futur | Menyebabkan
kematiannya tak terhormat | Menjadikan pekerjaan tersia-sia.
» Terapi: Memperhatikan
akibat dari isti’jal | Selalu memperhatikan kitab
Alloh | Rajin menelaah sunnah dan siroh |Mengkaji kitab-kitab
siroh | Bertindak di bawah bimbingan yang sudah
berpengalaman | Bertindak sesuai manhaj |Memahami program musuh | Tidak
takut dikuasai musuh | Berjuang mengendalikan hawa
nafsu | Selalu ingat tujuan dalam hidup | Menyadari posisi
politik.
4. ‘Uzlah
» Makna:
lebih mengutamakan hidup sendirian daripada hidup berjama’ah.
» Sebab: Mengambil
sebagian dalil syar’i pada hidup bersendirian | Asal mencontoh ‘uzlah sebagian
ulama dengan mengabaikan kehidupan mereka dalam jama’ah | Menganggap
hidup berjama’ah akan mengganggu privasinya | Lupa dengan tugas-tugas
insan sosial | Beralasan bahwa bergaul dengan banyak orang akan
mengganggu ibadahnya | Beralasan bahwa terjadi kerusakan dan
keburukan dalam komunitas | Karena beratnya ujian | Bergaul
dengan orang-orang yang suka menyendiri | Banyaknya organisasi
agama | Lupa terhadap akibat dari ‘uzlah.
» Bahaya: Tidak
mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya | Menghalangi orang lain
yang dapat membetulkan kesalahannya | Menyia-nyiakan sebagian potensi
sosialnya | Kurang pengalaman dalam menghadapi kesulitan | Menimbulkan
rasa pesimis | Mempersempit peluang beramal | Kehilangan
kemampuan untuk menegakkan agama pada dirinya | Mencampakkan dirinya
pada kebencian Alloh (perintah berjama’ah).
» Akibat: Dilecehkan, Terhalang
dari pertolongan Ilahi.
» Terapi: Memiliki
pemahaman yang sempurna tentang dalil syar’i | Memahami latar
belakang ‘uzlah-nya pada salaf | Memahami manhaj
Islam | Memahami pengertian ibadah dengan
benar | Menundukkan dan mengendalikan nafsu dengan
ketat | Memahami tugas seorang Muslim ketika fitnah
melanda | Memohon perlindungan dan pertolongan
Alloh | Tidak bersahabat dengan orang yang memilih ‘uzlah | Memiliki
pemahaman tentang organisasi-organisasi keagamaan | Mengikuti manhaj yang ditempuh Rosululloh
saw | Mengerti dan mengetahui sifat kegotong-royongan kaum
kafir | Merenungkan kehidupan makhluk yang ada di sekitar
kita | Memperhatikan dampak negatif ‘uzlah.
5. I’jab
bin-Nafsi
» Makna:
kagum atau membanggakan diri dari segala sesuatu yang timbul darinya dengan
tidak berbuat melampaui batas terhadap orang lain.
» Sebab: Faktor
nasab (keturunan) | Disanjung dan dipuji di hadapannya dengan
mengabaikan adab-adab syar’i |Bersahabat dengan orang-orang ‘ujub | Terpesona
dengan nikmat dan melupakan yang memberi nikmat | Tampil beramal
sebelum matang kepribadian dan sempurna pendidikannya | Lupa atau
bodoh terhadap hakikat dirinya | Karena nasab orang
terhormat | Penghormatan yang berlebihan | Kepatuhan dan
ketaatan yang berlebihan | Lupa akibat buruk yang ditimbulkan
oleh i’jab bin-nafsi.
» Akibat: Menjadikannya
terpedaya | Terhalang dari taufik Alloh | Hancur berantakan
ketika menghadapi ujian |Ditinggalkan dan dibenci orang
lain | Mudah rusak, rapuh, tidak produktif | Terhentinya
‘amal Islami, atau setidaknya tidak mendapat simpati.
» Tanda-tanda: Menganggap
dirinya suci | Sukar menerima nasihat | Merasa senang
mendengar aib orang lain, terlebih aib saingannya.
» Terapi: Senantiasa
mengingat hakikat diri manusia | Senantiasa mengingat hakikat dunia
dan akhirat | Mengingat nikmat-nikmat Alloh | Memikirkan
kematian | Rajin menghadiri majelis ilmu | Memperhatikan
dan merenungkan keadaan orang-orang sakit | Nasihat orangtua tentang
menjauhi sifat i’jab bin-nafsi | Memutuskan hubungan
dengan orang-orang berpenyakit i’jab bin-nafsi | Memperhatikan
adab-adab menyanjung | Menjauhi peluang
promosi | Merenungkan jalan hidup para salafush
sholih | Berlaku tawadhu’ (rendah hati) dengan
melayani | Introspeksi diri | Memahami akibat dari i’jab
bin-nafsi | Memohon pertolongan Alloh | Menekankan
tanggung jawab pribadi dengan mengabaikan nasab.
6. Ghurur
» Makna:
rasa ‘ujub dengan meremehkan segala yang timbul dari orang
lain, tetapi tidak sampai merendahkan orang lain.
» Sebab: Tidak
melakukan muhasabah (introspeksi diri) | Tidak
adanya bimbingan dari orang lain | Berlebihan dalam
beragama | Berlebih-lebihan dalam mendalami suatu
ilmu | Terpaku pada ketaatan dan melupakan kemaksiatan dan
keburukannya | Cenderung kepada dunia | Karena melihat
salah satu sisi kehidupan yang kurang baik dari seorang tokoh |Karena
sebagian aktivis berlebih-lebihan menyembunyikan
amalannya | Diskriminatif terhadap pengikutnya.
» Akibat: Suka
berdebat | Takabbur | Memaksakan pendapatnya dan
berlaku sewenang-wenang | Rentan dirusak musuh
Alloh | Menjadikan orang awam enggan mendekat.
» Tanda: Selalu
merendahkan dan menyepelekan amal orang lain | Suka membicarakan amal
yang dilakukannya dengan sanjungan dan pujian | Enggan patuh pada
kebenaran.
» Terapi: Memperhatikan
dampak buruk yang ditimbulkan dari ghurur | Selalu
mengingat pentingnya sikap moderat |Amalan semata-mata tidak
menyelamatkan | Senantiasa mengkaji kitab Alloh | Bercermin
dengan tata kehidupan orang-orang salaf | Memusatkan pada
masalah-masalah penting | Menjauhi pergaulan dengan orang-orang ghurur | Selalu
koreksi diri sendiri | Mengundurkan diri dari posisi
terdepan | Orang sekelilingnya harus mengikuti adab syar’iyah dalam
memuji |Orang sekitar hendaknya menampakkan sebagian amal
baiknya | Orang yang menjadi panutan hendaklah memperlakukan pengikutnya
secara sama rata | Selalulah memohon pertolongan Alloh.
7. Takabbur
» Makna:
kagum dengan dirinya, merendahkan orang lain sekaligus menolak kebenaran.
» Sebab: Sikap tawadhu’ orang
lain yang berlebihan | Rusaknya penilaian dan tolok ukur
kemuliaan manusia |Membandingkan nikmat yang diperoleh orang
lain | Mengira seluruh nikmat adalah kekal | Mengungguli
prestasi orang lain| Melupakan akibat buruk takabbur.
» Tanda: Berjalan
dengan congkak | Membuat kerusakan, tak mau terima nasihat, memandang
rendah nilai kebenaran |Cara berbicara dibuat sedemikian
rupa | Menampakkan dari sisi pakaian | Senang orang lain
mendatangi, tapi ia enggan untuk mendatangi | Ingin selalu terlihat.
» Akibat: Terhalang
untuk mengambil pelajaran dari tiap kejadian | Keguncangan
jiwa | Selalu dalam keadaan aib dan kekurangan | Terhalang
untuk masuk surga.
» Terapi: Mengingat
akibat buruk dan bahayanya sifat takabbur | Tidak
berteman dengan orang-orang yang takabbur |Menengok orang
sakit dan juga yang meninggal | Seringlah berkumpul dengan
fakir-miskin | Seringlah memikirkan diri di tengah alam
semesta | Memperhatikan riwayat orang-orang yang takabbur | Menghadiri
majelis taklim | Melatih diri melakukan pekerjaan yang dilakukan
orang lain | Meminta maaf kepada orang yang disombongi | Menampakkan
nikmat yang diberikan Alloh | Rajin melakukan
ketaatan | Introspeksi atas diri sendiri | Senantiasa
meminta pertolongan Alloh.
8. Riya’ dan Sum’ah
» Makna: Riya’ adalah
memamerkan amal sholih yang diperbuat dengan pamrih mencari kedudukan di depan
umum. Jika amal sholih yang dipamerkan tersebut dimaksudkan agar orang lain
mendengar, ia disebut Sum’ah.
» Sebab: Kultur
yang dibangun di dalam keluarga | Kawan yang buruk
perangainya | Tak mengenal Alloh |Menuruti/permisif terhadap
ambisi orang lain | Menginginkan milik orang lain | Nafsu
ingin dipuji | Bertindak sok (over acting) | Mencari
popularitas di masyarakat | Khawatir dibicarakan orang lain.
» Tanda: Bila
disanjung, semangat beramal. Tetapi tak profesional ketika tak
disanjung | Giat beramal jika di tengah khalayak, tetapi malas ketika
sendirian | Berpura-pura sholih ketika di depan orang, tetapi
melanggar larangan ketika sendirian.
» Akibat: Penderitanya
tak mendapatkan taufik dan hidayah | Gangguan
psikologis | Tidak berwibawa | Tidak dipedulikan orang
lain | Tidak tekun dan mapan dalam beramal | Terungkap
kejelekannya di dunia | Terjerumus dalam tipu daya ‘ujub |Amal
yang bathil | Siksa yang besar di akhirat.
» Terapi: Harus
mengingat akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari sifat riya’ | Menjauhkan
diri dari berteman dengan orang-orang yang riya’ | Mengenal
Alloh dengan sebenar-benarnya | Melawan hawa
nafsu | Bersikap welas asih agar bawahan tidak berbuat riya’ | Tetap
beradab dalam pergaulan | Menyimak akhir kisah orang-orang yang
suka riya’ |Senantiasa mendengar nasihat dari ayat Al-Qur’an
dan Hadits tentang ikhlas beramal | Mengoreksi diri sendiri sebelum
mengoreksi orang lain | Bersandar sepenuhnya pada Alloh dan memohon
pertolongan-Nya | Ingat, bahwa segala sesuatu dalam pengaturan Alloh.
9. Ittiba’ul
Hawa
» Makna:
mengikuti hawa nafsu.
» Sebab: Sejak
kecil tidak terbiasa mengatur hawa nafsu | Suka bergaul dengan orang
yang mengumbar hawa nafsu |Lingkungan yang masih membiarkan terjadinya
memperturutkan hawa nafsu | Cinta dunia dan lupa
akhirat | Buta terhadap akibat memperturutkan hawa nafsu.
» Akibat: Hilangnya
sifat taat dalam dirinya | Menimbulkan penyakit hati: angkuh dan mati
hati | Hina dengan dosa-dosa |Menolak
nasihat | Melakukan bid’ah dalam agama | Sesat dan tiada
hidayah | Masuk jahannam | Lemah dalam kaderisasi
potensial | Memecah belah | Tak mendapat pertolongan Alloh.
» Terapi: Diingatkan
akan akibat buruk dari mengikuti hawa nafsu | Harus berjuang menolak
perbudakan syahwat |Mengenal Alloh dengan sebaik-baik
pengenalan | Adanya kepedulian lingkungan akan anggota yang dikuasai
hawa nafsu |Halangi budak nafsu agar ia
terselamatkan | Menampilkan kisah teladan | Waspada
terhadap kecenderungan dunia |Memohon pertolongan
Alloh | Berjuang sungguh-sungguh untuk membebaskan diri dari
perbudakan nafsu.
10. At-Tatholi’u
ilaash-Shodaaroh wath-Tholabur-Riyaadah
» Makna:
keinginan hati (ambisi) untuk menjadi pemimpin secara terang-terangan
dan berlomba untuk mendapatkannya.
» Sebab: Keinginan
bebas dari kekuasaan orang lain | Keinginan mendapatkan kenikmatan
dunia | Lalai dengan konsekuensi menjadi pimpinan | Lupa
terhadap akibat negatif dari shodaroh dan riyadah | Ambisi
berkuasa dan meremehkan orang lain.
» Akibat: Tidak
memperoleh taufik dan pertolongan Alloh | Mudah terkena fitnah dan
amarah Alloh | Melipatgandakan dosa dan masalah yang
berat | Diskriminasi, pembunuhan, penyingkiran, dan pengusiran.
» Terapi: Selalu
mengikuti dan memperhatikan sunnah Nabi saw | Senantiasa mengingat
hal-hal/risiko yang menyertainya| Membiasakan taat dan mendidik jiwa
sesini mungkin | Kasih sayang dalam muamalah | Diingatkan
dengan perilaku kaum salaf dan pendirian mereka tentang
kepemimpinan | Mengingatkan perbandingan antara kekuasaan di dunia dan
di akhirat.
11. Dhoyyiqul
Afaq aw Qoshirun Nadzar
» Makna:
sempitnya wawasan dan pendeknya pandangan.
» Sebab: Lingkungan
pembentuk | Berteman dengan orang berwawasan sempit dan berpandangan
pendek | Menjauhkan diri (‘uzlah) | Kurang paham
dengan tujuan penciptaan manusia | Tidak paham dengan hakikat dan
kandungan Islam | Tidak mendalami musuh dan tidak mengetahui strategi
mereka | ‘Ujub, ghurur, dan takabbur | Lalai
akan dampak negatif dari sempitnya wawasan dan pendeknya
pandangan | Tidak mengetahui informasi dan peristiwa
kekinian | Lemah hubungan dengan Alloh.
» Tanda: Terlalu
kaku dalam manhaj dakwah atau harokah | Membatasi masalah-masalah
yang bersifat sampingan |Menengahi tapi tak mengetahui duduk
masalahnya | Memetik buah sebelum waktunya.
» Akibat: Hancurnya
semangat dan borosnya energi | Timbulnya frustasi dan
keputusasaan | Tidak mendapat dukungan |Tidak mendapat taufik
dari Alloh | Penghinaan dan
pelecehan | Bentrok | Pukulan.
» Terapi: Membiasakan
memikul tanggung jawab dari sejak dini | Menjauhkan diri dari bergaul
dengan yang berwawasan sempit | Memahami hakikat diciptakannya
manusia | Tahu dan paham apa yang dikandung Islam | Teliti
dengan detail tentang ciri-ciri musuh Islam | Pelajari siroh
Rosululloh saw | Berhubungan baik dengan Alloh | Selalu
pelajari dan ambil hikmah dari sejarah hidup orang
terdahulu | Memantau secara seksama akibat-akibat negatif yang
disebabkan oleh wawasan sempit.
12. Dho’fu
aw Talasyi al-Iltizam
» Makna:
lemah dan sirnanya tekad.
» Sebab: Tak
memahami pengertian dan pentingnya iltizam | Setengah-setengah
dalam iltizam atau tidak sama sekali |Lemah
iman | Tergantung dengan kebutuhan dunia | Ujian dan
kesulitan | Terlalu banyak beban dan sukarnya jalan | Kedua
orangtua | Terlalu memperturutkan rasa was-was | Karena
tidak diikuti orang lain | Lalai terhadap akibat lemahnya iltizam.
» Akibat: Terhalang
dari ibadah yang benar | Hilangnya kepercayaan dari orang
lain | Ragu dan goncang jiwa | Tidak mendapat ganjaran dan
pahala.
» Terapi: Mengetahui
secara mendalam tanda-tanda iltizam | Memperkokoh
kehalusan iltizam | Senantiasa memperbarui
iman | Memahami secara mendalam hakikat dunia dan
akhirat | Memahami tabiat jalan dakwah | Memikul tanggung
jawab sesuai kemampuan | Waspada dari tipu daya
setan | Meneladani tokoh-tokoh yang teguh dalam iltizam | Perhatian
serius terhadap jama’ah | Memohon pertolongan
Alloh | Sering mengoreksi diri | Berbakti kepada
orangtua | Selalu ingat motivasi dari faedah iltizam | Syukuri
segala nikmat Alloh | Selalu berpegang pada hadits dan sunnah.
13.
Tiadanya Tatsabbut dan Tabayyun
» Makna:
mudah/menyepelekan bukti atau dalil penguat dan mengesampingkan kebenaran
sebuah berita.
» Sebab: Hasil
didikan keluarga | Berteman dengan orang yang tidak memiliki akhlak
Islami | Sembrono | Tertipu oleh kefasihan
kata | Jahil akan metode tatsabbut dan tabayyun | Kaku
dan cenderung ekstrem | Lalai akan akibat penting dari tiadanya tatsabbut dan tabayyun.
» Tanda: Banyak
terjadi permusuhan | Berfokus pada bentuk dan penampilan, lalai
dengan pengetahuan dan inti | Tak mau menerima alasan dari orang
lain | Ambisi mendominasi dengan pendapatnya
sendiri | Renggangnya shof/barisan | Lesu dalam
beraktivitas | Meluasnya celah bagi para
infiltran | Kerugian bagi kader dan pendukung | Nyaris
semua bermula dari asumsi | Tidak memperoleh pertolongan dari Alloh.
» Akibat: Menuduh
orang-orang baik atau bersih dengan dusta | Timbulnya pertumpahan
darah dan perampasan harta |Timbul kecemasan dan
penyesalan | Hilangnya kepercayaan | Menghadapi murka
Alloh.
» Terapi: Perkuat
rasa takwa pada Alloh | Memperingatkan pertanggungjawaban di hadapan
Alloh | Hidup dalam naungan Al Qur’an dan
Sunnah | Senantiasa belajar dari keteladanan para
salaf | Mengambil pelajaran dari peristiwa nyata |Diperingatkan
tentang kaidah dan cara tatsabbut dan tabayyun | Mengevaluasi
dampak negatif bagi yang meninggalkantatsabbut dan tabayyun | Bijaksana
dalam bermuamalah | Membiasakan untuk selalu berprasangka baik.
14. Tafrith
» Makna:
malas dan lalai dalam peribadahan.
» Sebab: Mengotori
dengan kemaksiatan | Memperluas hal-hal mubah | Tak mampu
merasakan kenikmatan beribadah |Lalai terhadap pentingnya
beramal | Disiplin yang rendah | Lupa terhadap
kematian | Mengira sudah pada taraf sempurna |Terlalu banyak
beban dan kewajiban | Akan... akan... (Pemberi Harapan
Palsu) | Meniru tokoh yang melakukan tafrith.
» Akibat: Menjadikan
jiwa bimbang | Enggan melaksanakan kewajiban | Berani
berbuat maksiat | Lemah fisik | Tak memperoleh pertolongan
Alloh | Hilangnya wibawa | Sirnanya kekuatan berjama’ah.
» Terapi: Kembali
berpegang teguh pada Kitabulloh dan Sunnah Rosul | Membebaskan diri
dari kemaksiatan dan dosa |Memperbanyak amalan
mubah | Mencanangkan disiplin sehari-hari dalam
bertindak | Mensyukuri nikmat | Memohon pertolongan
Alloh | Melawan hawa nafsu | Menimbang sisi negatif sikap
lalai | Membuat suatu kelompok | Menyadari bahwa dirinya
adalah lahan bercocok tanam pahala | Menyadari bahwa
dirinya layak jadi teladan | Berteladan pada Nabi |Mempelajari
amalan salafush sholih | Muhasabah terhadap dosa masa
lampau | Mengingat datangnya mau selalu tiba-tiba.
Judul: Terapi Mental Aktifis Harakah
Penulis:
Dr. Sayyid Muhammad Nuh
Penerjemah:
Drs. As’ad Yasin, ust. Salim Bazemool
Tebal:
396 hal.
Dimensi:
12,5x18 cm
Cetakan:
III, Agustus 1994
Penerbit:
Pustaka Mantiq, Solo
Resentator:
Harmasto Hendro Kusworo
0 Komentar