Langsung ke konten utama

Resensi: Sejarah Peradaban Islam

Buku Sejarah Peradaban Islam yang dikarang oleh Dr. Badri Yatim, MA ini membahas sejarah perkembangan atau peradaban Islam mulai zaman klasik (Nabi Muhammad), pertengahan (Khulafaurrosyidin dan tabi’in), dan modern (saat ini). Pada masa klasik, peran bangsa Arab sangat dominan, sebab memang Islam lahir di Arab. Pada masa pertengahan, muncul tiga kerajaan besar yang mewakili tiga kawasan budaya, yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, kerajaan Syafawi di Persia, dan kerajaan Mughol di India. Pembahasan pada masa pertengahan ini dititikberatkan pada persaingan politik yang terjadi. Pada masa modern, yang dibahas adalah kerajaan Islam di Nusantara (Indonesia). Perlu diketahui bahwa pembahasan kerajaan Islam di Indonesia walaupun mendapat porsi besar di dalam buku ini tetapi sebenarnya Islam di Indonesia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian sejarah peradaban Islam. Buku menitikberatkan pada masalah percaturan politik karena politik adalah salah satu ikon penting adanya peradaban, sehingga aspek lainnya tampak hanya terikut di dalamnya, seperti sistem pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan seni bangunan.     

Sejarah politik dunia Islam terbagi menjadi tiga kurun waktu. Periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800), dan periode modern (1800 sampai sekarang). Sudah barang tentu pembahasan di dalam buku ini tidak seimbang antara tiga kurun waktu tersebut. Periode pertama dibahas lebih panjang daripada periode selanjutnya ―baca: pertengahan dan modern― karena memang pada periode pertama merupakan periode emas (kejayaan) Islam. Sebagai masa kejayaan, tentunya periode pertama sering dijadikan pijakan atau tolok ukur dan rujukan keteladanan masa Nabi Muhammad SAW yang hanya berlangsung selama 23 tahun. Pembahasan selanjutnya adalah perkembangan Islam di kawasan Persia (Iran dan negara Islam Asia Tengah), perkembangan Islam di kawasan Turki dan perkembangan Islam di kawasan India sampai Nusantara. Pembabakan atau pembahasan perkembangan Islam di Indonesia memang masih dirasa sulit untuk dibahas terutama periodesasi. Beberapa sebab yang menjadikan hal tersebut adalah cakupan daerah yang luas di Indonesia, sehingga perkembangan Islam di satu daerah tentunya berbeda dengan daerah yang lain. Berbeda dengan pembahasan perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad atau sesudahnya yang memang cakupan daerahnya tidak begitu luas, sehingga dengan mudah diceritakan kembali melalui kilasan sejarah. Kita ambil contoh perkembangann Islam di Indonesia mengenai kerajaan pertama yang berdiri di Indonesia apakah yang terlebih dahulu kerajaan Samudera Pasai di Aceh atau kerajaan Aceh Darussalam. Namun dengan berbagai keterbatasan tersebut, buku Sejarah Peradaban Islam karya Dr. Badri Yatim, MA ini mencoba membuat periodesasi sebagai berikut: (1) Kedatangan Islam di Indonesia, (2) Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia Sebelum Penjajahan Belanda, (3) Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia zaman Penjajahan Belanda, dan (4) Islam di Indonesia zaman Modern dan Kontemporer.

Bab I membahas tentang definisi atau arti peradaban Islam (al-hadhoroh al-Islamiyah). Bab II membahas tentang sejarah Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam dengan diawali dengan pembahasan keadaan Arab sebelum Islam masuk. Masyarakat pra Islam telah menyimpang dari ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrohim. Mereka mempercayai Tuhan memiliki pembantu yang mereka interpretasikan dengan membuat dan menyembah berhala. Bab ini menyebutkan sejarah Nabi Muhammad mulai dari menyebarkan Islam di Makkah, perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh Rosululloh dan hijrahnya Beliau ke Madinah dan mendirikan peradaban madani di Makkah. Bab ini juga menyebutkan beberapa perang yang dialami kaum muslimin, seperti perang Badr, Uhud, Khondaq, dll. Bab III-IV membahas masa kemajuan Islam pada masa khulafaurrosyidin. Disebutkan pengumpulan Al-Quran, pembangunan baitul maal, pemerintahan Utsman dan Ali yang penuh dengan pergolakan. Dibahas juga Bani Umayyah yang mengalami kemajuan di berbagai bidang walau dengan percekcokan yang terjadi di dalamnya. Bani Abbasiyah yang dianggap sebagai golden age peradaban umat Islam pada masa itu yang mampu menyamai kerajaan Romawi. Bab V membahas perkembangan Islam di Spanyol dengan berbagai problematikanya. Spanyol ditaklukkan oleh Thoriq bin Ziyad dengan pasukannya dan Ad-Dakhil merebutnya dari kekuasaan Bani Abbasiyah yang sedang berkuasa pada masa itu. Terjadi perkembangan di bidang sains, fiqih, kedokteran, pembangunan perpustakaan, dan didirikannya universitas di Cordova. Kerajaan Spanyol ini runtuh karena konflik Islam dan Kristen, tidak adanya ideologi pemersaatu, kesulitan ekonomi, tidak kejelasan peralihan kekuasaan, dan akhirnya dapat ditaklukkan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Bab VI dijelaskan masa kemunduran Islam yang dilanjutkan dengan berdirinya tiga kerajaan besar di bab selanjutnya. Tiga kerajaan besar itu adalah Kerajaan Turki Utsmani, kerajaan Syafawi, dan kerajaan Mughol di India. Bab IX membahas upaya negara Islam membebaskan diri dari penjajahan Barat dan bab X-XI menyebutkan perkembangan Islam di Nusantara.       

Buku ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu isi buku ini menceritakan sejarah peradaban Islam dari masa Nabi Muhammad, masa dinasti kerajaan besar, sampai perkembangan Islam di Nusantara (Indonesia). Buku ini patut dibaca tidak hanya oleh para akademisi tetapi juga oleh siapa pun yang ingin mengetahui sejarah Islam lebih lanjut. Kelebihan lainnya adalah penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, terdapat glosarium di bagian akhir untuk mencari kata-kata yang jarang didengar oleh pembaca, buku ini berusaha mengungkapkan sejarah dengan objektif, melihat dari berbagai sisi kehidupan, tidak hanya berbagai kemajuan dan kebaikan, tetapi juga masa kelam peradaban Islam juga diceritakan dalam buku ini, selain itu juga terdapat silsilah raja yang memudahkan pembaca mengetahui silsilah raja secara umum.

Di samping berbagai kelebihan tersebut, buku ini juga memiliki berbagai kekurangan. Misalnya pembahasannya hanya sampai masa kemerdekaan negara-negara Islam, perjuangan kaum muslimin dalam penegakan Islam yang tidak begitu rinci, percaturan pemikiran politik yang hanya dibahas sekelumit saja, sehingga menyebabkan lembaga-lembaga keagamaan dan peradaban negara Islam menjadi tidak terungkap secara gamblang. Kelemahan lainnya adalah hanya digunakannya terjemahan ayat ketika mengutip kalam Ilahi. Alangkah baiknya sebagai buku yang menjadi referensi sejarah Islam untuk mencantumkan ayat Al-Quran dengan bahasa Arab. Namun, terlepas dari semua itu, dapat kita pahami bahwa memang pembahasan sejarah Islam dalam buku ini hanya digunakan untuk satu atau dua semester. Buku ini cukup memadai sebagai sebuah buku pengantar dalam kajian sejarah peradaban Islam.

Buku ini diperuntukkan bagi kalangan akademisi yang ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah peradaban Islam, selain itu juga sebagai referensi dalam pembuatan makalah atau karya tulis lainnya yang berhubungan dengan sejarah peradaban Islam. Tidak hanya kalangan akademisi, siapa pun juga yang ingin memperdalam dan mengetahui seluk beluk perkembangan Islam dari zaman ke zaman juga dapat membaca buku ini.

Daftar Isi
Bab I―Pendahuluan
Diterangkan tentang definisi peradaban Islam yang mana secara bahasa peradaban Islam diambil dari kata al-hadhoroh al-Islamiyah yang berartikan “kebudayaan Islam”. Kebudayaan Islam merupakan landasan dari peradaban Islam, sedangkan landasan kebudayaan adalah agama Islam itu sendiri. Pada bab pertama ini penulis menyuguhkan pendahuan yang menarik dan memberikan bayangan bagaimana isi yang terkandung dalam buku ini selain itu penulis juga memberikun cuplikan mengenai definisi peradaban Islam.

Bab II―Riwayat Hidup Nabi Muhamad SAW
Pada bab kedua ini Penulis menjelaskan tentang riwayat hidup nabi Muhammad yang diawali penjelasan tentang keadaan Arab sebelum Islam. Kemudian dakwah dan Perjuangan yang dilakukan oleh Muhammad serta pembentukan negara Madinah.

Bab III―Masa Kemajuan Islam I (650-1000 M)
Dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan Periode Khilafah Rosyidah. Kemudian pada Khilafah Bani Umayyah Pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiredetis. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Dan dinamakan Khilafah Bani Abbas karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas; paman Nabi Muhammad SAW.

Bab IV―Masa Disintegrasi (1000-1250 M)
Dinasti-dinasti yang memerdekaan diri dari Baghdad, perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, Perang Salib, dan Sebab-sebab Kemunduran Bani Pemerintahan Abbas. Kesemuanya ini akan di bahas oleh Penulis dalam bab ini.

Bab V―Islam di Spanyol dan Pengaruhnya terhadap Renaisans di Eropa
Pada bab ini Penulis memaparkan mengenai masuknya Islam ke Spanyol, perkembangan Islam di Spanyol, kemajuan peradaban, penyebab kemunduran dan kehancuran, serta pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa.

Bab VI―Masa Kemunduran (1250-1500 M)
Setelah kholifah Abassiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Malapetaka yang tidak kalah dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan dari Timur Lenk. Negeri Islam yang selamat dari kehancuran tersebut hanyalah Mesir yang ketika itu berada di bawah kekuasaan dinasti Mamalik di Mesir.

Bab VII―Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)
Tiga kerajaan besar tersebut merupakan Kerajaan Utsmani, kerajaan Syafawi di Persia, dan kerajaan Mughol di India. Selain itu Penulis juga memaparkan tentang perbedaan kemajuan pada masa ini dengan masa klasik.

Bab VIII―Kemunduran Tiga Kerajaan Besar (1700-1800 M)
Penulis membahas tentang proses kemunduran tiga kerajaan besar berdasarkan urutan keruntuhan masing-masing, yaitu kemunduran dan kehancuran kerajaan Syafawi, kemunduran dan runtuhnya kerajaan Mughol, dan kemunduran kerajaan ‘Utsmani. Namun bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, justru Eropa Barat sedang mengalami kemajuan yang pesat karena adanya gerakan Renaissance yang melahirkan perubahan-perubahan.

Bab IX―Penjajahan Barat atas Dunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara Islam
Penulis memulainya dari peristiwa Renaissance yang terjadi di Eropa dan penjajahan Barat terhadap dunia Islam di anak benua India dan Asia Tenggara, kemudian kemunduran kerajaan ‘Utsmani dan ekspansi Barat ke Timur Tengah, dilanjutkan dengan bangkitnya nasionalisme di dunia Islam dan timbulnya gerakan partai yang memperjuangkan kemerdekaan negaranya hingga akhirnya negara-negara Islam yang menyadari kemundurannya serta kelamaan masa jajahan kaum imperialis berusaha untuk meraih kemerdekaannya dengan berbagai cara yang akhirnya diawali dengan kemerdekaan Indonesia yang kemudian diikuti oleh negara-negara Islam lainnya.

Bab X―Kedatangan Islam di Indonesia
Penulis mengulas mengenai kondisi dan situasi politik kerajaan di Indonesia, munculnya pemukiman-pemukiman Muslim di kota-kota pesisir, dan juga saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia.

Bab XI―Kerajaan-kerajaan Islam sebelum Penjajahan Belanda
Di bab ini akan dipaparkan mengenai kerajaan-kerajaan Islam pertama yang ada di Sumatera kemudian tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi. Selain itu hubungan politik dan keagamaan antara kerajaan-kerajaan Islam dan tiga pola “Pembentukan Budaya” yang terlihat dalam proses pembentukan negara: Aceh, Sulawesi Selatan, dan Jawa.

Bab XII―Kerajaan-kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda
Situasi dan kondisi kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda datang, latar belakang kedatangan Belanda, VOC, Hindia Belanda, kemudian penetrasi politik Belanda, perlawanan terhadap penjajahan Belanda, dan politik Islam Hindia Belanda akan dipaparkan oleh Penulis secara runtut sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Bab XIII―Islam di Indonesia Zaman Modern dan Kontemporer
Pada bab ini Penulis mengemukakan mengenai asal-usul dan perkembangan Islam dan juga perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh umat Islam serta organisasi politik dan organisasi sosial Islam dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Bab XIV―Pusat-pusat Peradaban Islam
Memaparkan tentang pusat-pusat peradaban yang berada di Baghdad, Kairo (Mesir), Isfahan (Persia), Istambul (Turki), Delhi (India), Andalus (Spanyol), Samarkand dan Bukhoro (Irak). Dimana pada bab ini Penulis menyuguhkan tentang kemajuan-kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang yang berhasil membuat kita tercengang dan tak henti untuk mengucap masya Alloh begitu majunya peradaban di tempat tersebut.

Bab XV―Peradaban Islam di Indonesia
Pada bab ini, Penulis memaparkan tentang peradaban Islam sebelum dan setelah kemerdekaan. Dimana pada bagian sebelum kemerdekaan, Penulis mengulas mengenai bagaimanakah birokrasi keagamaan, ulama dan ilmu-ilmu keagamaan, serta arsitek bangunan pada masa itu. Kemudian di bagian setelah kemerdekaan, Penulis mengulas bahwa mulai terbentuknya departemen agama, pendidikan, hukum Islam, haji, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kesimpulan
Gaya penulisan oleh Dr. Badri Yatim, MA dengan menggunakan metode narasi, yaitu menyajikan suatu peristiwa atau kejadian serta bagaimana peristiwa itu berlangsung berdasarkan urutan waktu. Dr. Badri Yatim, MA juga objektif dalam memaparkan semua isi buku tersebut dan menjelaskan sejarah peradaban Islam secara gamblang menggunakan bahasa yang mudah dipahami dengan alur yang jelas. Ini memudahkan pembaca dalam menganalisis dan memaknai setiap maksud dan tujuan yang dituliskan oleh Dr. Badri Yatim, MA.

Dan buku ini diterbitkan tanpa melihat faktor usia, golongan, dan jenjang pendidikan para pembaca, sehingga cocok sebagai pegangan mahasiswa maupun masyarakat umum dan semua orang bisa membaca dan memahami isi buku ini dengan mudah. Akan tetapi buku ini belum memberikan data-data yang lebih spesifik untuk menguatkan kebenaran. Dan karena semakin globalnya penjelasannya banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dari buku ini.

Bibliografi
Judul: Sejarah Peradaban Islam
Penulis: Dr. Badri Yatim, M.A.
Tebal: xiv+338 hlm.
Dimensi: 13,5x20,5 cm
Cetakan: XI, Oktober 2000
ISBN: 979-421-337-3

Penerbit: Raja Grafindo Persada, Jakarta

Komentar

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Tshirt Dakwah Online

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Buktikan Cintamu dengan Menikah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi: Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim

Kalau ada buku yang amat mempengaruhi saya untuk segera menulis adalah buku yang tengah saya buat resensinya ini, ada begitu banyak alasan mengapa buku ini juga yang telah memberikan sentuhan tersendiri bagi saya tatkala menikmati dan mencoba tenggelam dalam lautan buku-buku yang berkutat tentang masalah identitas keislaman seseorang di tengah masyarakat atau masyarakat itu sendiri yang tengah bertransformasi menuju masyarakat I slami. Identitas selalu menjadi kebangg a an tiap orang, identitas yang meliputi simbol, slogan-slogan, bendera, dan lain-lain tanpa jelas bagaimana hakikatnya yang kabur atau bahkan merupakan simbol-simbol yang merupakan penghinaan terhadap agama All o h dan R o sulNya . Buku yang berjudul “Saksikan b ahwa Aku Seorang Muslim ” ini menurut yang menulisnya , yakni Salim A. Fillah pada mulanya merupakan karya pertama yang ia buat sebelum karya-karya lain muncul dan berinduk pada buku ini. Mungkin bagi sebagian pembaca yang telah lebih dahulu membaca b

Resensi: Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri

Negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir. Demikian tertulis dalam buku sejarah kemerdekaan Indonesia. Tapi, buku-buku sejarah umumnya tak menjelaskan lebih lanjut, mengapa dan bagaimana Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan dari negara lain, merupakan syarat penting berdirinya sebuah negara. Dan untuk itu, bangsa ini pantas berterima kasih kepada tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin. Sebab, merekalah yang melobi agar pemerintahnya mendukung kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Ikhwanul Muslimin yang saat itu jaringannya telah tersebar, juga menggalang dukungan negara-negara Arab lainnya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Dan setelah Mesir, negara-negara Timur Tengah lain pun mendukung kemerdekaan Indonesia. Para pemimpin Mesir dan negara-negara Arab saat itu, bahkan membentuk Panitia Pembela Indonesia. Mereka mendorong pembahasan soal isu Indonesia di berbagai lembaga internasional, seperti Perserikatan Bangsa-bangsa dan Liga Arab. Dal